BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. dan pemborong cat yang dilakukan masyarakat Tambak wedi. Musha>rakah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III AKAD KERJA SAMA DAN NISBAH BAGI HASIL ANTARA PEMILIK MODAL DENGAN PEMILIK PERAHU DI DESA PENGAMBENGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM SLAM TERHADAP TRANSAKSI SHARE SWAP DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. meraih sebanyak mungkin nilai-nilai Ilahiyat, yang berkenaan dengan tata

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM. Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al bai yang berarti. jual tetapi sekaligus juga bebrarti beli.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KERJASAMA DAN JUAL BELI ANTARA PEMBORONG DENGAN PEMILIK PERAHU DI DESA PENGAMBENGAN, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA, BALI A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. 1 Akad bai ini dapat dibuat sebagai sarana untuk memiliki barang atau manfaat dari sebuah barang untuk selama-lamanya. 2 Begitu pula dengan kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Desa Pengambengan ini, jual beli dengan menyertakan uang pengikat ini di lakukan semata-mata hanya untuk memperoleh hak beli ikan tangkapan kepada pemilik perahu dan nantinya ikan tersebut akan dijual kembali oleh pemborong. 1 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, diakses, (18 Agustus, 2014). 2 Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), 25. 49

50 Kerjasama yang dilakukan oleh beberapa kelompok nelayan di Desa Pengambengan ini merupakan suatu perjanjian jual beli yang dilakukan oleh seorang pemborong dengan pemilik perahu dan ini sudah berlangsung sejak turun-temurun maka tak heran jika pelakunya juga banyak, bahkan bias dikatakana sebagian besar masyarakat nelayan. Banyak hal yang melatar belakangi seorang itu lebih memilih menjadi seorang pemborong dari pada sebagai nelayan, salah satunya dengan menjadi pemborong mereka tidak lagi bersusah-susah ikut melaut bersama perahu untuk pergi mencari ikan, cukup dengan menunggu keesokan harinya untuk melihat hasil tangkapan para nelayan dan tinggal membeli ikan lalu menjual kembali ikan-ikan tersebut ditempat pelelangan ikan yang ada. Meski demikian peranan mereka tidak semata-mata berjalan mulus, terkadang perahu yang mereka borong tersebut kosong dan hanya membawa sedikit ikan saja. 3 Perlu diketahui ikan-ikan yang nantinya akan dibeli oleh pemborong hanyalah ikan yang berada di perahu jaring, sebab dalam satu kelompok nelayan setiap kali melaut mereka berangkat dengan menggunakan sepasang perahu, ada yang disebut perahu seleret 4 dan ada juga yang disebut perahu jaring. 5 Jika ada hasil tangkapan yang berlebih, maka perahu jaring pun menjadi alternatif lain sebagai tempat ikan, ikan-ikan yang lebih inilah yang 3 Wawancara dengan Bapak Fathul Alim, (Pemborong pada perahu haikal), 21 November 2013. 4 Perahu seleret adalah perahu yang memang diperuntukan sebagai tempat khusus ikan hasil tangkapan yang nantinya akan langsung dikirim ke pabrik pengolahan, dan hasil penjualannya tercatat di dalam buku besar. 5 Perahu jaring adalah perahu yang khusus untuk membawa jaring tangkap ikan dan tidak diprioritaskan sebagai tempat ikan tangkapan.

51 nantinya akan dibeli oleh pemborong. 6 Jika perahu jaring kosong maka jatah ikan untuk pemborong pun juga tidak ada. jika ikan tangkapan di perahu seleret ada, itupun tidak boleh diapa-apakan lagi karena ikan-ikan tersebut akan langsung ditimbang dan itu merupakan sudah menjadi milik pengurus perahu dan nantinya akan dibawa ke pabrik. 7 Dengan demikian para pemborong tidak mendapatkan hasil pada hari itu dan menunggu lagi keesokan harinya. Dalam hal ini mereka menganggap itu sudah biasa. sebab, bila hasil ikan melimpah penghasilan mereka pun juga bertambah. Maka tak heran jika mereka menganggap ini hal yang biasa terjadi. Tidak mudah untuk menjadi seorang pemborong, banyak persyaratan yang harus dipenuhi dari mulai membayar sejumlah uang sebut saja itu sebagai uang pengikat dan ikut andil dalam perbaikan jaring manakala dilakukannya ayum-ayum. Awal mula terjadinya ikatan kerja sama ini terjadi pada setiap adanya perahu baru yang sudah selesai dibuat oleh pemilik perahu disuatu tempat, maka dengan sendirinya para pemborong akan segara mendatangi pemilik perahu untuk menawarkan kerja sama dan nantinya tinggal keputusan pemilik perahulah yang menentukan pemborong mana yang dipakai sebagai pembrong diperahu miliknya. 8 Adapun jumlah nominal uang pengikat yang ditentukan dalam ikatan kerja sama tersebut biasanya berupa barang atau jumlah modal yang 6 Wawancara dengan Bapak Ahmad Sufyan Hadi, (Pengawas pada perahu Haikal), 30 oktober 2013. 7 Wawancara dengan Bapak Fathul Alim, (Pemborong pada perahu haikal), 21 November 2013. 8 Wawancara dengan Bapak Subhan, (Pemilik perahu haikal), 27 November 2013.

52 dikeluarkan besarannya sekitar seharga barang, semisal uang yang ditetapkan oleh pemilik perahu seharga mesin perahu, maka jumlah mininal yang akan dikeluarkan adalah seharga mesin perahu. Kerja sama ini akan terus berjalan selama perahu masih beroprasi, dan selama itu pula pemborong tersebut bisa bekerja sama dan mendapatkan hasil dari perahu tersebut. 9 Hasil penelitian penulis di lapangan memperlihatkan adanya kesenjangan pada hasil yang didapat oleh pemborong, melihat dari cukup besarnya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pemborong berbanding terbalik dengan hasil yang didapatnya, yakni dengan hasil yang tidak menentu akan tetapi kewajibankewajiban ketika ayum-ayum (perbaikan jaring) tetap dilakukan. Sedangkan dalam satu kelompok nelayan setiap bulannya pasti akan melakukan perbaikan jaring. Hal inilah yang dirasa memberatkan pihak pemborong. Mengenai akad (perjanjian) pada kerjasama dalam usaha perikanan ini berupa pernyataan mengenai kesepakatan dari masing-masing orang atau pihak, untuk bekerjasama dalam menjalankan usaha pengelolaan ikan hasil tangkapan, kesepakatan ini terjadi pada awal dibuatnya perahu baru yang nantinya hendak beroprasi, yang dilaksanakan pada masa awal-awal pembentukan kepengurusan perahu baru. kesepakatan yang lain adalah hasil ikan yang nantinya akan diberikan kepada pemborong adalah hasil ikan yang ada di perahu jaring. Adapun yang menarik disini jika nanti pemborong berkeinginan untuk berpindah perahu, maka hak beli yang dimiliki oleh pemborong 9 Wawancara dengan Bapak Ahmad Sufyan Hadi, (Pengawas pada perahu Haikal), 30 oktober 2013.

53 tersebut bisa dijual kembali kepada pemborong lain dengan kata lain hak beli tadi bisa diperjual belikan. Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. 10 Akad bai ini dapat dibuat sebagai sarana untuk memiliki barang atau manfaat dari sebuah barang untuk selama-lamanya. 11 Didalam kerja sama perikanan ini tedapat praktek jual beli hak yang mana terjadi antara pemilik perahu dengan pemborong, sedangkan dalam hukum fiqh rukun-rukun sah jual beli telah jelas diterangkan mengenai syarat-syarat jual beli itu sendiri, Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: 1. Ada orang yang berakad atau al-muta aqidain (penjual dan pembeli). 2. Ada Shighat (lafal ijab dan qabul). 3. Ada barang yang dibeli. 4. Ada nilai tukar pengganti barang. 10 http://basicartikel.blogspot.com/2013/04/pengertian-jual-beli-dan-ruang.html, diakses, (18 agustus 2014). 11 Dumairi Nor, dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), 25.

54 Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Jika disandingkan dengan kasus jual beli di atas maka jual beli dalam hal ini bisa dikatakan masih belum jelas wujudnya, sebab barang yang diakadkan tidak ada di tempat dan penulis menemukan bahwa jual beli yang dimaksud dalam kasus ini adalah ketika nantinya hasil tangkapan yang diperoleh nelayan hendak dijual, maka hanya pemborong perahu inilah yang berhak untuk membeli ikan-ikan tersebut. B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktek Jual Beli Ikan antara Pemilik Modal dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam transaksi jual beli terdapat syarat dan rukun-rukunnya. Akan tetapi jika salah satu dari rukun atau syaratnya tidak terpenuhi maka transaksi jual beli dapat dikatakan batal. Dalam kaitannya dengan hukum islam, pemborong memiliki hak membeli ikan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan khususnya hasil tangkapan yang ada di dalam perahu jaring. Ikan-ikan tersebut terlebih dahulu ditawarkan kepada pemborong sebelum pemilik perahu memberikan ikan itu kepada pembeli lain, sebab bagaimana pun pemborong sudah memiliki hak untuk membeli ikan ikan tersebut.

55 Menurut Nasrun Haroen di dalam bukunya fiqih muamalah dijelaskan bahwa syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjual belikan ialah Barang yang dijual ada atau tidak ada di tempat, dan pihak penjual menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang itu, maka jual beli itu dibolehkan. 12 Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan Ibnu Qayyim al- Zauziyyah (691-751 H/1292-1350M), pakar fiqh Hanbali, mengatakan bahwa jual beli yang barangnya tidak ada waktu berlangsungnya akad, tetapi diyakini akan ada dimasa yang akan datang sesuai dengan kebiasaannya, boleh diperjual belikan dan hukumnya sah, alasanya karena tidak dijumpai di dalam al-quran dan as-sunnah larangan terhadap jual beli seperti ini. Yang ada dan dilarang dalam sunnah Rasulullah SAW., menurutnya adalah jual beli tipuan (ba I al-gharar). Memperjual belikan sesuatu yang diyakini ada pada masa yang akan datang, menurutnya tidak termasuk jual beli tipuan. 13 Jika kita sandingkan dengan praktek jual beli ikan yang diperaktekan oleh pemilik perahu dengan pemborong, maka apa yang dilakukan bisa dibenarkan. Artinya jual beli yang dilakukan antara pemborong dengan pemilik perahu bisa dikatakana sah secara hukum Islam. Jual beli yang dimaksud dalam kasus ini adalah ketika nantinya hasil tangkapan yang diperoleh nelayan hendak dijual, maka hanya pemborong perahu inilah yang berhak untuk membeli ikan-ikan tersebut. Mengenai perjanjian yang tidak tertulis, memang dibolehkan dalam hukum Islam, namun menurut penulis, perjanjian yang seperti ini kurang mempunyai 12 Nasron Haroen, fiqih muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007). 118 13 Ibid. 122

56 kekuatan hukum, hal ini dikarenakan tidak adanya bukti yang kuat mengenai perjanjian, serta detail mengenai isi perjanjian juga kurang jelas, sehingga rawan akan terjadi penyelewengan dan munculnya sengketa dikemudian hari. Dalam kaitannya dengan konteks jual beli di atas, megenai perjanjiannya memang mereka hanya menggunakan ingataan dan konsep kekeluargaan semata, ketika mereka berakad maka pada saat itu pula akad disahkan tanpa adanya lagi pertimbangan-pertimbangan yang lain. Perlu kita ketahui hakikat akad itu sendiri yaitu adanya unsur kerelaan dari kedua belah pihak yang berakad sehingga pada akhirnya dapat tercapai suatu kemaslahatan untuk bersama, hal ini sesuai dengan kaidah fiqihiyyah, oleh Ibnu Taymiyyah, juz III, yang berbunyi: 14 الا ص ل في الع ق د ر ض ى ع المت اق د ي ن ن ت وي ج ت ه م ا ز م إ ل ت اه ب الت ع اق د Artinya: Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan antara kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu, transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak. Artinya tidak sah suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau dipaksa atau juga merasa tertipu. Artinya hilang keridhaannya, maka akad tersebut bisa batal. 14 Ahmad Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Pranada Media, IV, 2011), 130.

57 Ketika seorang subyek hukum hendak membuat perjanjian dengan subjek hukum yang lain, selain didasari dengan adanya kata sepakat ternyata juga dianjurkan untuk membuat penjanjian dalam bentuk tertulis. Selain itu akad yang ditulis juga bertujuan untuk menjaga kepentingan hak dan kewajiban masing-masing pihak, serta akad juga dilakukan untuk kebaikan bagi semua pihak, sebagaiman dituangkan dalam al-qur an surat al-baqarah ayat 282: 15... Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS. al-baqarah, ayat:282). Ayat tersebut menerangkan mengenai perlunya seseorang atau pihak untuk menuliskan sebuah perjanjian sebagai bukti tertulis atas kesepakatan yang telah dilakukan, karena salah satu fungsi dari sebuah akta perjanjian adalah selain sebagai langkah antisipatif terhadap masing-masing pihak agar tidak melakukan kecurangan, sekaligus sebagai bukti autentik ketika suatu saat terjadi sengketa. Dalam perjalanan kerjasama ini pernah timbul kekecewaan dari pemborong, mereka kecewa karena perahu borongannya yang memperoleh ikan tidak memberikan bagian ikan kepadanya, padahal hasil tangkapan 15 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, juz:3, 60-61.

58 cukup banyak, sedangkan pengurus sendiri kurang begitu respon terhadap hal-hal semacam ini. Dengan adanya contoh di atas maka pengurus perahu mempunyai cara untuk mengantisipasi hal tersebut yaitu memberikan hasil tangkapan nelayan kepada pemborong khusus hasil tangkapan yang ada di perahu jaring, dan jika pemborong berkeinginan mengakhiri kerjasamanya dengan pemilik perahu, maka pemborong bisa menjual kembali hak belinyanya kepada pemborong lain.