MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

dokumen-dokumen yang mirip
Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Oleh: Hedhi Sugrito Kuncoro

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBUKTIAN JAMINAN KESUNGGUHAN INVESTASI

Analisis Isu-Isu Strategis

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.18/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM MINAPOLITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional menurut TAP. MPR No.IV/MPR/1999 adalah

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2008 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DI SEKITARNYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo) Minapolitan mungkin merupakan istilah yang asing bagi masyarakat umum, namun bagi pelaku aktif bidang perikanan istilah minapolitan bukan lagi menjadi hal asing semenjak tahun 2009 seiring dengan digulirkannya Program Minapolitan oleh Kementrian Kelautan Dan Perikanan. Pengguliran Program Minapolitan ini bukannya tanpa latar belakang. Adanya pergeseran kerangka berpikir untuk melakukan perimbangan pemanfaatan sumberdaya alam di Indonesia, melahirkan kebijakan yang berorientasi dari pembangunan darat ke pembangunan maritim atau perairan. Reorietansi kerangka berpikir dalam konsep pembangunan inilah yang akhirnya mendorong suatu bentuk terobosan dan inovasi yang bernama Revolusi Biru dengan tujuan pengoptimalisasian pemanfaatan sumberdaya perairan tanpa meninggalkan kegiatan pelestariannya. Pada tataran implementasi, Revolusi Biru akan dilaksanakan melalui sistem pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan menggunakan konsep yang dinamakan Minapolitan. Dari sudut etimologisnya minapolitan terdiri dari dua kata yaitu mina yang berarti ikan dan politan yang berarti kota, yang jika disatukan memiliki arti sebagai kota perikanan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12/MEN/2010, yang juga berfungsi sebagai dasar hukum Minapolitan, Minapolitan memilik pengertian sebagai konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Sebagai bentuk pengejawantahan dari Revolusi Biru, Minapolitan diharapkan dapat mempercepat pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Percepatan ini utamanya adalah di daerah pedesaan, karena pengalaman menunjukan bahwa kegiatan ekonomi kelautan perikanan di 1

wilayah pedesaan amat lambat perkembangannya. Ini bisa dimaklumi jika melihat pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia, kurangnya kemudahan-kemudahan, sarana prasarana, dan fasilitas umum di wilayah pedesaan. Keterbatasan-keterbatasan di wilayah pedesaan tersebut tidak lantas membuat suatu desa bisa ditetapkan sebagai sasaran Minapolitan, karena setidaknya suatu desa harus memiliki karakteristik dan persyaratan tertentu untuk ditetapkan sebagai desa sasaran program Minapolitan. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12/MEN/2010, Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Investasi Jangka Menengah Daerah (RPIJMD) yang telah ditetapkan; b. memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi tinggi; c. letak geografi kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan; d. terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait; e. tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembaga-lembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan; f. kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan; 2

g. komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan minapolitan; h. keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan; dan i. ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan. Kabupaten Cilacap sendiri, adalah salah satu kabupaten/kota di Indonesia yang turut berperan aktif mensukseskan Minapolitan. Penetapan Kabupaten Cilacap sebagai Kawasan Minapolitan tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor: 32/MEN/2010, tgl 14 Mei 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, yang kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Cilacap No. 556/274/19/Th. 2010 tgl 25 Agustus 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Cilacap. Penetapan Kabupaten Cilacap sebagai Kawasan Minapolitan tentunya bukan tanpa pertimbangan. Luasan lahan potensial yang dimiliki, sumberdaya manusia yang ada, dan keseriusan pemerintah daerah setempat dalam mengelola sumber daya perikanan, berperan penting dalam penetapan Kabupaten Cilacap sebagai Kawasan Minapolitan. Ada sekitar 12.000 Ha lahan air payau, 21.866.321 Ha perairan laut, 2535 Ha perairan tawar dan 1488 Ha perairan umum yang menunggu sentuhan Program Minapolitan untuk dapat dikelola dengan optimal. Lebih jauh lagi, Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap terbagi ke bebarapa wilayah dengan rincian sebagai berikut : 1. Minapolitan Perikanan Tangkap, sebagai zona inti adalah Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap dan sebagai zona pengembangan dan pendukung adalah Kecamatan Cilacap Selatan dengan komoditi unggulan ikan tuna, cakalang dan udang. 2. Minapolitan Perikanan Budidaya, yang tersebar atas beberapa kecamatan: 3

a. Kecamatan Dayeuhluhur, terdiri dari Desa Dayeuhluhur, Desa Hanum, dan Desa Bolang dengan komoditi unggulan ikan mas, nilem dan tawes. b. Kecamatan Wanareja, terdiri dari Desa Wanareja, Desa Limbangan, Desa Tarisi, dan Desa Madura dengan komoditi unggulan ikan mas, nila dan tawes. c. Kecamatan Majenang, terdiri dari Desa Jenang, Desa Pahonjean, Desa Cibening, dan Desa Salebu dengan komoditi unggulan ikan mas, nilem dan tawes. d. Kecamatan Maos, terdiri dari Desa Maos Lor, Desa Maos Kidul, Desa Kalijaran, Desa Panisihan, dan Desa Glempang dengan komoditi unggulan ikan gurami. e. Kecamatan Sampang, terdiri dari Desa Karangjati, Desa Karangasem, dan Desa Karangtengah dengan komoditi unggulan ikan gurami. Dari sekian banyak wilayah desa yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan diatas, penulis ingin mencermati salah satu desa yang memiliki potensi kawasan diatas rata-rata. Adalah Desa Limbangan, desa terluas di Kecamatan Wanareja ini ternyata menyimpan segudang potensi yang belum optimal pengelolaanya. Tidak hanya di bidang perikanan saja potensi yang tersimpan disana, tetapi ada potensi di bidang pertanian, perkebunan dan pariwisata. Pada Bidang perikanan sendiri, Desa Limbangan memiliki potensi luasan kolam budidaya kurang lebih seluas 175.423 Ha, produksi ikan konsumsi yang lebih dari 60 ton/th dan produksi benih yang mencapai lebih dari 10 juta benih/th. Pada bidang pertanian dan perkebunan, Desa Limbangan sudah memiliki satu kawasan yang dijadikan rintisan konsep pembangunan mixfarming atau pertanian terintegrasi. Jenis tanaman pangan, hortikultura, hutan produksi, dan peternakan mulai tertata sangat apik. Kontur dan karakteristik wilayah Desa Limbangan yang berbukit dan memiliki sumber mata air sangat mendukung apiknya penataan dan pemanfaatan setiap jengkal lahan di 4

sana. Kontur dan karakteristik wilayah ini pula yang membuat Desa Limbangan memiliki potensi bidang pariwisata dengan didapatinya air terjun di desa ini. Setidaknya ada tiga buah air terjun yang ada di Desa Limbangan. Namun sementara ini, air terjun yang berpotensi dikelola adalah air terjun bandung atau yang lebih dikenal dengan curug bandung. Curug bandung diutamakan pengelolaannya karena selain lokasinya lebih mudah dijangkau dibanding air terjun lainnya, juga memiliki keunikan tersendiri karena memiliki dua terjunan air yang berdampingan. Dengan semua potensi tersebut, sepertinya tidak salah jika memiliki pendapat bahwa Desa Limbangan adalah wilayah dengan potensi kawasan di atas rata-rata. Namun demikian, semua potensi yang dimiliki ini kurang diimbangi dengan keberadaan infrastruktur, sarana dan prasaran, serta fasilitas-fasilitas umum. Atas dasar hal-hal tersebut, pada tahun ini, Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap, sebagai SKPD teknis terkait dan sebagai penggerak Minapolitan di tingkat Kabupaten/Kota, memfokuskan untuk melakukan optimalisasi pelaksanaan Minapolitan Budidaya di Desa Limbangan Kecamatan Wanareja. Sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan Minapolitan, terutama prinsip integrasi, pelaksanaan Minapolitan di Desa Limbangan bukan menjadi hal yang mustahil untuk diwujudkan apabila dalam pelaksanaanya mendapat dukungan pemangku kepentingan, baik instansi sektoral, pemerintah pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Dengan mulai adanya embrio konsep pembangunan terintegrasi di Desa Limbangan, yaitu mixfarming, implementasi percepatan Minapolitan di desa ini tentunya akan lebih mudah. DKP2SKSA Kabupaten Cilacap yang utamanya adalah SKPD yang memotori Minapolitan, hanya perlu mensinkronkan konsep Minapolitan dengan program-program yang dimiliki SKPD-SKPD lain untuk bisa menunjang keberhasilan Minapolitan. Salah satu contohnya adalah pembangunan infrastruktur berupa perbaikan jalanjalan sebagai akses perkonomian, saluran-saluran air, jaringan listrik, dan 5

lainnya, yang merupakan kewenangan dari instansi lain, tentunya akan makin meningkatkan pemberdayaan kawasan secara keseluruhan, termasuk masyarakatnya. Lebih mendalam lagi, apabila implementasi Minapolitan yang disinergikan dengan segala potensi yang ada di Desa Limbangan, tidak hanya perikanannya saja, tentunya ini bisa menjadi suatu konsep pembangunan multisektoral. Misalnya Minapolitan Wisata yang merupakan penggabungan antara Minapolitan, pariwisata dan pertanian terintegrasi. Sudah barang tentu hal ini akan membuat lebih banyak lagi penyerapan program-program pembangunan lainnya. Desa Limbangan yang tadinya hanya sebuah desa biasa, nantinya akan menjadi desa yang luar biasa dengan penggerak perekonomiannya dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Hasil akhir dari kesemuanya tentu adalah meningkatnya taraf kehidupan dari masyarakat di desa tersebut, dan bukan hal mustahil akan memiliki efek yang sama bagi wilayahwilayah sekitarnya. Dari semua pemaparan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagus apapun konsep pembangunan, tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan di tempat yang tepat. Dan tidak akan berhasil pula apabila para pemangku kepentingan kurang berkomitmen dalam pelaksanaanya. Minapolitan sebagai salah satu konsep pembangunan bidang perikanan, dan Desa Limbangan sebagai tempat yang memiliki segudang potensi kawasan, bisa dipastikan merupakan perpaduan yang tepat untuk mencapai keberhasilan suatu konsep pembangunan. Hanya tinggal menunggu komitmen dari para pemangku kepentingan dalam tataran implementasinya, sehingga konsep tidak hanya tinggal sekedar konsep, dan potensi tidak hanya tinggal sekedar potensi. Semoga. 6