BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa banyaknya siswa di beberapa instansi yang berupa sekolah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab 2 Pasal 2 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta. dilaksanakan melalui wadah yang disebut dengan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keahlian menurut bidangnya masing-masing. menuju pendewasaan dan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian berita yang diketahui di media cetak atau media

BAB I. Pendahuluan. dimulai dari rumah tangga hendaknya dapat dilanjutkan kepada hal-hal yang positif. Para

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar menjadi pribadi yang bermutu. Sekolah. keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dari hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari yang

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. hlm Muhammad Idris Ramulya, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal umum yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. 1 Untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan pendidik sekaligus pengasuh, mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. membantu murid menguasai pengetahuan secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

DEWI ARIANTI PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang harus dimiliki masyarakat agar bisa bersaing adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Kathryn Geldard dan David Geldard, menangani Anak dalam Kelompok, Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 63 2

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa ini banyak kita lihat dan kita nilai kurangnya perilaku atau bisa disebut dengan zamannya krisis akidah yang baik. Banyak kita lihat baik itu di lingkungan sekitar maupun di media informasi berbagai berita yang sangan mengiris hati dan menguras pikiran tentang adanya berita yang tidak bermoral, tidak terpuji bahkan tidak bersikap manusiawi selalau berulang kali terjadi. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengendalian perilaku dari diri sendiri maupun orang disekitarnya. Berdasarkan hal ini sosok seorang yang mampu menopang dan membimbing diri seseorang sangat diperlukan sejak dini agar terbentuknya konsep diri yang mandiri, seimbang dan baik sehingga secara tidak langsung dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Adanya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah merupakan bagian terpenting dari upaya pendidikan, di karenakan kegiatan ini sangat berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan-pelayanan yang ada dalam bimbingan konseling bagi siswa untuk pengembangan dirinya seoptimal mungkin. Dewasa ini kehadiran bimbingan konseling dalam dunia pendidikan sangat diperlukan dalam memberikan layanan kepada siswa untuk menangani 1

2 problematika yang ada di sekolah maupun sepanjang kehidupan siswa. Dengan mengingat adanya pengertian syarat, sifat, dan kewajiban yang harus dipertanggung jawabkan oleh guru pembimbing, maka kehadiran bimbingan konseling di sekolah sangat ditunjang oleh orang yang telah mengambil pendidikan tentang bimbingan konseling dan mempelajari tentang bimbingan konseling dalam waktu yang cukup lama, individu yang melaksanakannya dinamakan guru pembimbing. Guru pembimbing sebagai personil sekolah yang diberikan tugas bertanggung jawab melaksanakan bimbingan konseling dapat melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah siswa terutama siswa yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang banyak terdapat percekcokan dan permasalahan bahkan dari orang tua yang bercerai. Jika terjadi keretakan dalam rumah tangga, maka hal ini akan berpengaruh terhadap cara mendidik anak, sehingga mendidik anak dengan cara yang salah, ini akan mengakibatkan pembentukan konsep diri anak tidak positif. Dimana konsep diri ini terbertuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri siswa. Sikap dan respon orang tua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi siswa untuk menilai siapa dirinya. 1 2010). hal.172 1 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

3 Sebagaimana kita tahu siswa merupakan generasi penerus, penerus pejuang untuk memimpin bangsa di masa yang akan datang, dengan demikian keberhasilan, kemakmuran, dan ketentraman negara ini terletak ditangannya. Apabila siswa ini memiliki kepribadian yang baik, perilaku baik, memiliki moral yang baik, dan memiliki konsep diri yang baik maka baik pula manajemen bangsa ini dan itu akan berpengaruh pada terbentuknya negara yang baik pula. Namun jika generasi muda ini memiliki kepribadian dan konsep diri yang tidak baik maka hal ini akan berpengaruh pada pemikiran, ide, usaha, dan perilaku siswa tersebut sehingga hal ini bisa menjerumuskan dirinya bahkan orang lain pada hal-hal yang tidak baik, bahkan jika ia menjadi pemimpin, maka akan timbul keonaran, permasalahan, korupsi di mana-mana dan hal ini lah awal dimana akan terjadinya kehancuran. Dalam hal ini betapa pentingnya peranan konsep diri untuk menjadikan dan mengarahkan diri ke arah yang lebih baik dan terpuji. Adapun konsep diri ini sendiri merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial siswa yang penting dipahami oleh orang tua dan guru terutama guru pembimbing. Hal ini karena konsep diri merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam perkembangan sifat, pribadi, maupun dalam proses pendidikan. Banyak bukti yang menguatkan bahwa rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa serta terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku siswa disebabkan oleh persepsi, pandangan, perilaku dan sikap negatif siswa terhadap dirinya sendiri. demikian juga dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan berperilaku yang baik, itu disebabkan oleh

4 penilaian dan pemahaman siswa yang memandang dirinya jelek dan tidak mampu bersikap serta belajar dengan baik. Berdasarkan dari uraian dan penjelasan yang telah peneliti uraikan, maka terlihat betapa pentingnya keberadaan bimbingan konseling di sekolah, guru pembimbing selalu berupaya memberikan pelayanan bimbingan konseling terhadap siswanya terutama siswa berlatar belakang Broken Home. Karena mengingat pentingnya penyelamatan terhadap konsep diri, pandangan siswa terhadap dirinya agar mengarah kearah yang lebih baik dan positif. SMA Negeri 10 Pekanbaru merupakan salah satu lembaga pendidikan yang telah menetapkan dan memiliki guru pembimbing untuk melaksanakan pelayanan bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan konseling ini merupakan kegiatan yang juga diikuti oleh seluruh siswa. Selain itu, di SMA Negeri 10 Pekanbaru ini juga terdapat siswa berlatar belakang Broken Home yang cenderung memiliki konsep diri rendah sehingga tidak sedikit diantara mereka yang memiliki masalah berkaitan dengan konsep diri dalam kehidupan siswa tersebut. Dari penjelasan di atas, studi ini penting dilakukan mengingat upaya pemberian layanan bimbingan konseling sangat penting terhadap kemandirian, keberhasilan, dan kesuksesan siswa di masa depannya, dengan beriringan tingkat moral dan konsep diri positif yang tinggi sehingga siswa dapat berakhlak dan bermoral yang baik, tidak berpandangan jelek terhadap dirinya dan juga tidak menganggap orang lain berpandangan jelek terhadap dirinya.

5 Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA Negeri 10 Pekanbaru, penulis menemukan gejala-gejala berkenaan tentang upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri siswa berlatar belakang Broken Home, adapun gejala-gejalanya yaitu: 1. Masih terdapat guru pembimbing yang tidak aktif dalam memberikan upaya pelayanan. 2. Terdapat guru pembimbing dalam melaksanakan pelayanan hanya terfokus pada satu masalah saja. 3. Masih terdapat siswa yang suka membolos, menyendiri, dan terkadang tidak memiliki kepercaan diri dalam proses belajar berlangsung. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Upaya Guru Pembimbing dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Berlatar Belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah. Beberapa istilah yang terkait dengan judul penelitian ini adalah : 1. Upaya adalah syarat atau usaha untuk menyampaikan hal ihwal sedapatdapatnya atau melakukan sesuatu untuk mencari jalan keluar terhadap sesuatu. 2 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008). hal. 1534

6 2. Guru pembimbing (konselor) adalah orang yang profesional, lebih dewasa, lebih matang memiliki pengetahuan serta keterampilan khusus. 3 3. Meningkatkan adalah menaikkan derajat, taraf, mempertinggi, atau mengangkatkan diri. 4 4. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. 5 5. Siswa adalah secara umum siswa berlaku untuk seluruh rentang usia yang sudah dapat mengikuti pendidikan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia, namun siswa di sini ialah setiap orang yang mengikuti proses belajar mengajar. 6 6. Berlatar belakang adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin disampaikan. 7 7. Broken Home adalah (keluarga retak, rumah tangga berantakan) atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah atau ibu) di sebabkan oleh perceraian, meninggalkan keluarga, dan lainnya. 8 3 Amirah Diniaty, Teori-teori Konseling, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2009). hal. 3 4 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hal. 1470 5 Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009). hal. 129-130 6 Husdarta. Nurlan Kusmaedi, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (olahraga dan kesehatan, ( Bandung: Alfabeta, 2010). hal. 3-4 7 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit.,hal. 794 8 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Bandung: Raja Grafindo Persada, 2008). hal. 71

7 C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah dengan gejala-gejala yang telah penulis uraikan di atas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: a. Latar belakang pendidikan guru pembimbing di SMA Negeri 10 Pekanbaru. b. Upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri siswa berlatar belakang Broken home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. c. Kepedulian guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. d. Faktor yang mempengaruhi upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. 2. Batasan Masalah Dilihat dari banyaknya masalah yang mengitari penelitian ini dan menimbang kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri (rendah) siswa berlatar belakang Broken Home, dan faktor yang mempengaruhinya di SMA Negeri 10 Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

8 a. Apa upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri (rendah) siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru? b. Apa faktor yang mempengaruhi upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri (rendah) siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri (rendah) siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi upaya guru pembimbing dalam meningkatkan konsep diri (rendah) siswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah: a. Secara teoritis, untuk memberikan sumbangan karya ilmiah bagi perpustakaan UIN Suska Riau. b. Sebagai bahan informasi bagi guru bimbingan konseling di SMA Negeri 10 Pekanbaru tentang upaya guru pembimbing dalam

9 meningkatkan konsep diri (rendah) s iswa berlatar belakang Broken Home di SMA Negeri 10 Pekanbaru. c. Sebagai informasi bagi jurusan Manajemen Pendidikan Islam khususnya Prodi Bimbingan Konseling. d. Sebagai menambah wawasan keilmuan penulis dalam bidang bimbingan konseling. e. Untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan Starata Satu (S.1) di UIN Suska Riau.