BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. latar Belakang Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. aset berharga dalam proses pembangunan bangsa dalam berbagai aspek. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dijabarkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan sebuah negara dapat meningkatkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

Transkripsi:

BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat diutamakan, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting terhadap terwujudnya peradaban bangsa yang bermartabat. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga tujuan pendidikan telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yakni Nomor 20 tahun 2003 pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003, h. 9). Didalam pendidikan, tentu adanya sebuah interaksi edukatif yakni terjadinya proses kegiatan belajar mengajar antara seorang Guru dan peserta didik. Proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas tentu tak lepas dari adanya peran seorang Guru, dimana peran Guru tidak dapat diganti oleh piranti elektronik semodern apapun. Hal demikian tersebut, disebabkan bahwa dalam proses belajar mengajar di kelas, yang diharapkan adalah bukan 1

2 hanya menyampaikan bahan belajar, melainkan Guru tersebut memiliki peranan sebagai pembimbing, pendidik, mediator, dan fasilitator. Seiring dengan semakin modernnya sistem pendidikan dan tuntutan yang semakin berkembang, tak jarang sekolah masih mempertahankan kurikulum lama maupun menggunakan metode pembelajaran konvensional. Ini dikarenakan belum optimalnya kemampuan dari manajemen sekolah dan kompetensi dari seorang Guru. Bisa diambil contoh ketika pergantian kurikulum KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013, sekolah dan Guru mengeluh akan hal itu, dikarenakan ketidaksiapan sekolah maupun Guru untuk menerapkannya. Akhirnya ketika diberlakukannya kembali Kurikulum lama atau KTSP 2006 oleh Kemendikbud, banyak sekolah yang kembali ke kurikulum lama dan ada pula yang masih menggunakan kurikulum 2013. Dari hasil wawancara di SMK Pasundan 3 Bandung, banyak Guru yang masih mengeluhkan K-13 yang begitu banyaknya tugas yang dilakukan Guru walaupun pembelajaran berpusat pada peserta didik. mereka berpendapat lebih baik penggunaan kurikulum lama dibandingkan yang baru dikarenakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran lebih rumit dibandingkan KTSP. Padahal Guru merupakan faktor penting penentu keberhasilan belajar. Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional dan intruksional. Peran strategis tersebut sejalan dengan undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen, yang menempatkan kedudukan Guru sebagai tenaga profesional sekaligus

3 sebagai agen pembelajaran. Sebagai tenaga profesional, pekerjaan Guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikassi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu, Sedangkan kedudukan Guru sebagai agen pembelajaran berkaitan dengan peran Guru dalam pembelajaran, antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. peran tersebut menuntut Guru untuk mampu meningkatkan kinerja yang dihasilkannya sesuai dengan perubahan dan tuntutan yang muncul dari masyarakat terhadap pendidikan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas seorang Guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen, menyatakan pula bahwa : pasal 1 ayat 1 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pasal 20 salah satu kewajiban profesional Guru adalah merancang pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Guru sebagai pendidik diharapkan mengembangkan kompetensi diri sebagai seorang guru. Biasanya guru harus mengikuti pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berfungsi untuk pengembangan kompetensi

4 guru. Kadang-kadang pada saat guru melakukan program pengembangan diri, mereka lupa akan tugas utama mereka sebagai pendidik, mereka meninggalkan kelas atau KBM demi kegiatan pengembangan diri, Sehingga untuk mengisi kekosongan di kelas atau KBM, perlu ada seorang guru pengganti yang bertugas untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran, ketika guru tersebut sedang melaksanakan pelatihan, ada prinsip saling mengisi. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru biasanya dilakukan secara soliter, artinya proses pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran siswa dilakukan oleh satu orang Guru. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran, diantaranya Guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individual, mengembangkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar prestasi belajar siswa meningkat, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara akurat dan komperhensif. Dengan rasio jumlah Guru dan siswa per kelas yang berbanding 1:20 1:35, dengan waktu belajar yang begitu sedikit sedangkan Guru harus memberikan pendidikan yang sama dan tuntas pada setiap peserta didik ini dirasa belum bisa optimal. Berdasarkan hasil pra penelitian di SMK Pasundan 3 Bandung dilakukan kepada 25 Guru, ditemukan fenomena profesional guru, seperti yang di tunjukan tabel berikut ini :

5 TABEL 1.1 Observasi Penelitian NO PERNYATAAN SS ST N TS STS 1 Guru mampu hadir 100% di 0 0 4 19 2 sekolah dan pada saat Proses Pembelajaran. 2 Guru mampu secara efektif dalam 0 8 12 5 0 Merencanakan program belajar mengajar meliputi: Prota, Promes, Analisis SKL, RPP, Metode pembelajran, Soal, dan lain-lainnya. 3 Guru mampu Menguasai bahan 5 15 5 0 0 pelajaran. 4 Guru mampu Melaksanakan / 0 4 13 6 2 mengelola proses belajar mengajar dan sekaligus menilai ke efektifan siswa selama proses pembelajaran 5 Guru mampu melakukan evaluasi 1 5 9 7 3 dan Menilai Kemajuan proses Belajar mengajar secara otentik. Total 6x5 32x4 43x3 37x2 7x1 =30 =128 =129 =74 =7 SUMBER: HASIL OLAHAN DATA OBSERVASI

6 Istilahnya adalah SS (Sangat Setuju), ST (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS ( Sangat Tidak Setuju). Jumlah skor ideal untuk seluruh item yaitu 5 x 125 = 625 (seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari data observasi pra penelitian yaitu 368. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan terhadap profesional guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yaitu ( 368:625 ) x 100%= 58,88% dari yang diharapkan. Melihat persoalan di atas, metode Team Teaching bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, metode Team Teaching atau pengajaran beregu adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang Guru, dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang sehingga tugas dari seorang Guru akan lebih mudah dikerjakan dan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan profesional seorang Guru. untuk itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan profesional Guru dengan judul penelitian ANALISIS PENERAPAN METODE TEAM TEACHING DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU di SMK PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN PENGAJARAN 2015/2016.

7 1.2 Identifiksi Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas maka, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Ketidaksiapan guru dalam menghadapi perubahan. 2. Tuntutan kewajiban guru yang begitu banyak sebagai guru profesional 3. Kemampuan akademis guru yang terbatas 4. Metode Team Teaching dapat meningkatkan mutu profesional guru 1.3 Rumusan dan Batasan Masalah 1.3.1 Batasan masalah Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan, dalam mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut: 1. Analisis penerapan metode team teaching dalam meningkatkan profesional guru dibatasi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran di SMK Pasundan 3 Bandung. 2. Dalam penerapan metode team teaching setiap pelajaran terdiri dari 2 orang guru yang menguasai pelajaran yang sama, satu guru tetap dan satu guru honor di SMK Pasundan 3 Bandung. 3. Penelitian dilakukan di SMK Pasundan 3 Bandung yang telah menerapkan kurikulum 2013.

8 1.3.2 Rumusan Masalah Agar penelitian yang dilakukan oleh penulis benar-benar terarah dan sesuai dengan tujuan, maka penulis perlu merumuskan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini : 1) Bagaimana menerapan metode team teaching dengan menggunakan dua orang guru di SMK Pasundan 3 Bandung? 2) Bagaimana tingkat profesional setiap guru dalam menerapkan metode team teaching di SMK Pasundan 3 Bandung? 3) Apakah metode team teaching dapat meningkatkan mutu Profesional Guru di SMK Pasundan 3 Bandung? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Guru di SMK Pasundan 3 Bandung bisa menerapkan metode team teaching dengan baik. 2. Data analisis yang didapat menjadi bahan referensi untuk penerapan metode team teaching bagi guru-guru. 3. Metode team teaching menjadi alternatif dalam meningkatkan mutu profesional guru di SMK Pasundan 3 Bandung.

9 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan dapat tercapai, antara lain: 1.5.1 Kegunaan Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk pengembangan serta bahan kajian dalam peningkatan mutu profesional guru di Indonesia pada umumnya dan di SMK Pasundan 3 Bandung pada khususnya. 1.5.2 Kegunaan Praktis 1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak Guru di SMK Pasundan 3 Bandung dan pihak-pihak terkait di pendidikan dalam penggunaan metode team teaching dalam meningkatkan profesional guru. 2. Bagi guru di SMK Pasundan 3 Bandung umumnya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam tugas-tugas guru dalam pelaksanaan pembelajaran serta peningkatan profesionalnya. 3. Bagi mahasiswa, LPTK dan Lembaga pendidikan lainnya pada umumnya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar atau acuan dalam mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru maupun calon guru dalam meningkatkan professional guru maupun pelaksanaan pendidikan dalam proses belajar mengajar.

10 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi ini serta acuan penelitian maka peneliti mendefinisikan variabel-variabel yang terkait sebagai berikut : 1. Komaruddin (2009, h. 53) menyatakan bahwa Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadai komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan terpadu. 2. Abdul Majid (2014, h. 213) menyatakan bahwa Team Teaching pada dasarnya ialah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. 3. Kunandar (2007) dikutip dari Donni Juni Priansa (2014, h. 116) menyatakan bahwa profesionalisme merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. 4. Donni Juni Priansa (2014, h. 36) menyatakan bahwa Guru merupakan fasilitator utama disekolah yang berfungsi untuk menggali, mengembangkan, dan engoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga ia bisa menjadi bagian dari masyarakat yang beradab. 5. Kunandar (2014, h. 46-47) menyatakan bahwa guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

11 guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah bagaimana penerapan metode team teaching dalam upaya meningkatkan profesional guru.