BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. adanya kontrol (Nazir, 2003:63). Eksperimen yang dilakukan berupa uji hayati cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa penting yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Gambar 3.1 Desain Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB ІІ TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

PEMANFAATAN LIMBAH DISTILASI BIOETANOL DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pencemaran Air. lingkungan global, dan sangat berhubungan erat dengan pencemaran udara

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci,

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol (Nazir, 2003). Eksperimen yang dilakukan berupa uji hayati cara statis (static bioassay) (APHA, 2005). B. Desain Penelitian Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Desain ini digunakan karena percobaan dilakukan di laboratorium dan kondisi lingkungan dapat dikontrol (Nazir, 2003). Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu range finding test dan definitive test. Untuk masing-masing uji diulang sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda. Pada kedua tes, terdiri dari satu kontrol dan lima perlakuan konsentrasi limbah penyamakan kulit yang masing-masing terdiri atas lima kali pengulangan. Menurut Gomez dan Gomez (1995) penentuan banyaknya jumlah pengulangan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: (t) (r 1) 21 Keterangan: t = treatment (perlakuan) r = replication (pengulangan) 21 = faktor nilai derajat kebebasan 25

26 Berdasarkan rumus tersebut jika jumlah perlakuan (t) = 5 maka jumlah pengulangan dapat diketahui sebagai berikut: (t) (r 1) 21 (6) (r 1) 21 6r 6 21 6r 27 r 4,5 r 5 maka, pada penelitian ini dilakukan 5 kali pengulangan. Penentuan posisi botol vial dilakukan secara acak. Rancangan selengkapnya ditampilkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. E4 C4 B3 C5 B4 E1 A1 E2 F1 A3 D3 A4 D2 D5 A5 B1 F3 C2 E3 C3 C1 B2 F4 D1 B5 D4 A2 F5 E5 F2 Gambar 3.1 Rancangan Blok Desain Penelitian Keterangan: A = konsentrasi limbah penyamakan kulit 0% (kontrol) B = konsentrasi limbah penyamakan kulit 0,01% C = konsentrasi limbah penyamakan kulit 0,1% D = konsentrasi limbah penyamakan kulit 1% E = konsentrasi limbah penyamakan kulit 10% F = konsentrasi limbah penyamakan kulit 100% 1, 2, 3, 4, dan 5 = pengulangan

27 Gambar 3.2 Posisi Penempatan Vial pada Uji Hayati Sumber: Dokumentasi Pribadi Setelah dilakukan range finding test sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda, maka selanjutnya dilakukan definitive test yaitu dengan cara mempersempit konsentrasi yang telah didapat dari range finding test dan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dalam waktu yang berbeda. C. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian yang dilakukan yaitu keseluruhan dari neonate yang berumur kurang dari 24 jam hasil pengulturan di Laboratorium Ekologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Sampel yang digunakan adalah neonate Moina sp., pada masing-masing perlakuan berjumlah 10 individu neonate.

28 D. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011 di Laboratorium Ekologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. E. Prosedur Penelitian Prosedur kerja pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pra-penelitian dan penelitian. Rincian prosedur kerja sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pelaksanaan penelitian dimulai dengan tahap persiapan. Pada tahap ini melakukan pendataan, pengumpulan dan pembersihan alat-alat yang digunakan selama pra-penelitian dan penelitian. 2. Pra-Penelitian Pra-penelitian terdiri dari survey lokasi pengambilan sampel limbah, kultur Moina sp. dan pra-penelitian uji toksisitas untuk mengetahui lamanya waktu pengamataan mortalitas Moina sp. saat pelaksanaan penelitian. Prosedur pra-penelitian adalah sebagai berikut: a. Survey dan Studi Lapangan Survey dan studi lapangan dimaksudkan untuk menentukan lokasi pengambilan sampel limbah. Selain itu untuk mengetahui kondisi lapangan mengenai keberadaan industri penyamakan kulit di daerah Sukaregang, Kabupaten Garut. Survey juga dilakukan ke tempat pembenihan ikan yang

29 berada di Desa Cisaranten, Kabupaten Bandung untuk persediaan kultur Moina sp. Sampel limbah adalah limbah penyamakan kulit, yang berasal dari pembuangan salah satu industri kulit yang mengalir menuju Sungai Ciwalen. Pengambilan sampel limbah ini dilakukan atas dasar tidak berfungsinya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan industri penyamakan kulit Sukaregang. Oleh karena itu, sampel limbah diambil dari pembuangan air limbah tanpa melalui IPAL. Sampel limbah diambil sebanyak 4 liter, dilakukan dengan cara mencuplik langsung kemudian sampel limbah dimasukkan ke dalam jerigen plastik polietilen, ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam cool box (Indira dan Mycin, 2010). Apabila sampel diperiksa lebih dari 36 jam maka sampel limbah harus dimasukkan ke dalam lemari pendingin (Sembiring et al., 1992). Lokasi pengambilan sampel limbah penyamakan kulit dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 Lokasi Pengambilan Sampel Limbah di Salah Satu Pembuangan

30 Industri Penyamakan Kulit Sukaregang, Garut. Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 3.4 Penyimpanan Sampel Limbah Dalam Lemari Pendingin Sumber: Dokumentasi Pribadi b. Pemeliharaan dan Kultur Moina sp. Pemeliharaan Moina sp. dilakukan selama penelitian berlangsung untuk persediaan (stock) hewan uji yang akan digunakan pada penelitian. Pupuk makanan Moina sp. selama pemeliharaan adalah bungkil kelapa sawit karena mengandung nitrogen dan fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan plankton dan bakteri, yang merupakan makanan Moina sp. Kandungan nutrisi pada bungkil kelapa sawit antara lain protein 18,27%, air 4,92%, lemak 9,51%, serat kasar 25,19%, abu 3,94% dan karbohidrat 38,17% (Abidin, 2006).

31 Suhu selama pemeliharaan berkisar antara 24-25⁰C dan ph 7. Kemudian Moina sp. dikultur pada medium freshwater dengan komposisi freshwater 0,096 g NaHCO 3; 0,06 g CaSO 4.2H 2 O; 0,06 g MgSO 4.7H 2 O; 0,004 g KCl, dan 1 L akuades (EPA, 2008). Kultur dilakukan untuk mendapatkan neonate Moina sp. berumur kurang dari 24 jam yang akan digunakan pada penelitian. Sebelum digunakan dalam penelitian, neonate diaklimatisasi pada medium freshwater selama 2 jam. Gambar 3.5 Kultur Moina sp. untuk Mendapatkan Neonate Sumber: Dokumentasi Pribadi c. Pra-Penelitian Uji Toksisitas Pra-penelitian uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui daya hidup Moina sp. tanpa diberi pakan selama tiga hari, karena pada pengujian toksisitas nantinya Moina sp. sebagai hewan uji tidak diberi pakan, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa yang menyebabkan kematian pada hewan

32 uji adalah zat pencemar yang terdapat pada sampel limbah. Larutan uji yang digunakan pada pra-penelitian adalah freshwater sebagai kontrol. Prapenelitian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dalam minggu yang berbeda. Setiap botol vial (10 ml) berisi 10 neonate Moina sp. Pengamatan mortalitas dilakukan pada jam ke-24, 48 dan 72 jam. Dari ketiga jam pengamatan tersebut dilihat persentase mortalitas Moina sp. yang kematiannya kurang dari 20%, hal ini untuk menentukan lamanya waktu pengamatan pada saat uji toksisitas. Lamanya waktu pengamatan untuk uji toksisitas akut tidak menyebabkan hewan uji mengalami kematian lebih dari 20% (APHA, 2005). 3. Penelitian Pada pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu analisis fisikkimiawi limbah penyamakan kulit, pengukuran faktor fisik-kimiawi larutan uji hayati dan pelaksanaan uji toksisitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Analisis Fisik-Kimiawi Limbah Penyamakan Kulit Faktor fisik-kimiawi yang dianalisis yaitu total padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS ), kebutuhan biologis oksigen atau Biochemical Oxygen Demand (BOD), kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD), sulfida dan krom total. Analisis kimiawi limbah penyamakan kulit dikerjakan di Balai Laboratorium Kesehatan, Bandung. Prinsip kerja penentuan faktor kimiawi tersebut adalah sebagai berikut:

33 1) Total Suspended Solid (TSS) Total Suspended Solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Pengukuran TSS menggunakan metode gravimetri dengan menentukan zat terlarut dalam air yang tertahan membran saring yang berukuran 0,45 mikron. Kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 103-105 C, hingga diperoleh berat tetap. Partikel yang sama besar yaitu partikel yang mengapung dan zat-zat yang menggumpal yang tidak tercampur dalam air, terlebih dahulu dipisahkan sebelum pengujian (APHA, 1995). 2) Biochemical Oxygen Demand (BOD) Kebutuhan oksigen biologis atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat didalam air. Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dengan oksigen terlarut setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20 o C. Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di dalam air. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari) (APHA, 1995).

34 3) Chemical Oxygen Demand (COD) Kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui rekasi kimia. Limbah organik akan dioksidasi oleh kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO 2 dan H 2 O serta sejumlah ion krom. Setelah pemanasan maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekivalen dengan dikromat inilah yang menyatakan nilai COD. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik (APHA, 1995). 4) Sulfida Sulfida merupakan gas alam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida atau H 2 S. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari zat-zat organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron atau hidrogen untuk mereduksi karbondioksida (CO 2). Hasil pembusukan zat-zat organik tersebut menimbulkan bau busuk pada lingkungan sekitarnya (Christian, 1994). Pengukuran sulfida menggunakan metode titrasi iodometri. Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung, oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai, selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantatif

35 dan dititrasi dengan larutan standar atau asam. Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks mengacu pada transfer elektron (APHA, 1995). 5) Krom total Krom total merupakan logam yang terkandung dalam limbah cair industri penyamakan kulit. Kadar krom total diukur menggunakan alat spektrofotometer serapan atom atau AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. AAS dapat digunakan untuk mengukur 61 jenis logam. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut. Nilai absorbansi yang diukur dapat diartikan sebagai kadar logam yang diukur (APHA, 1995). b. Pengukuran Faktor Fisik-Kimiawi Larutan Uji Hayati Faktor fisik-kimiawi yang diukur dari larutan uji hayati adalah suhu dan ph medium. Suhu diukur menggunakan termometer dan ph diukur menggunakan ph indikator universal. Pengukuran paramter fisik-kimiawi larutan uji diukur pada awal dan akhir perlakuan, kemudian diambil nilai rataratanya (mean) (APHA-AWWA-WPCP 1985, dalam Tong et al., 1996).

36 c. Uji Toksisitas Akut Moina sp. Uji toksisitas terdiri dari dua uji, yaitu uji pendahuluan (range finding test) dan uji penentuan LC 50 (definitive test). Uji ini diawali dengan uji pendahuluan (range finding test) untuk menentukan rentang konsentrasi pada definitive test. Uji toksisitas ini dilakukan dengan menggunakan botol vial (10 ml), masing-masing vial berisi 10 neonate Moina sp. Pada range finding test setiap botol vial berisi limbah penyamakan kulit dengan konsentrasi 0; 0,01; 0,1; 1; 10; dan 100% (Sembiring, et al., 1992). Pengenceran limbah menggunakan rumus M 1.V 1 =M 2.V 2. Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan sebanyak lima kali. Jumlah neonate Moina sp. yang masih hidup dicatat dan uji ini dilakukan selama 2 24 jam (APHA, 2005). Uji selanjutnya adalah definitive test sebagai uji lanjutan dari range finding test, dengan konsentrasi pengenceran yang dipersempit. Uji lanjutan ini bertujuan untuk menentukan nilai LC 50 yang sesungguhnya. Apabila rentang konsentrasi kritis terletak antara 10% dan 100% maka konsentrasi yang digunakan adalah 0; 15; 22; 32; 46; dan 68%. Apabila rentang konsentrasi kritis terletak antara 1% dan 10%, maka konsentasi yang digunakan adalah 0; 1,5; 2,2; 3,2; 4,6 dan 6,8%. (EPS, 1990). Konsentrasi definitive test yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0; 15; 22; 32; 46; dan 68%. Penentuan konsentrasi uji hayati berdasarkan seri logaritma dapat dilihat pada Tabel 3.1.

37 Tabel 3.1 Penentuan Konsentrasi Uji Hayati Berdasarkan Seri Logaritma Sumber: EPS, 1990 F. Analisis Data Untuk mendapatkan nilai LC 50 dilakukan perhitungan dengan analisis probit menggunakan software BioStat 2009, α = 0,05 (Hammilton, 1977 dalam EPA, 2008:1). LC 50 ini merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebesar 50% dari populasi hewan uji.

38 G. Alur Penelitian Langkah-langkah penelitian mulai dari awal sampai penyusunan laporan penelitian (skripsi) dapat dilihat pada Gambar 3.6. Penyusunan proposal penelitian Persiapan alat dan bahan untuk penelitian Pra-penelitian Survey lokasi dan persiapan organisme uji Pengambilan sampel limbah Kultur Moina sp. dan menyeleksi organisme uji Penelitian Analisis Fisik-Kimiawi Sampel Limbah Uji Toksisitas Akut Pengukuran Fisik-Kimiawi Larutan Uji Hayati Hasil Penelitian Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Skripsi Gambar 3.6 Alur Penelitian