Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN INDUSTRI, PERDAGANGAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6a TAHUN 2011 TENT ANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

-2- Dengan Persetujuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2017 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

TBY,'fJ?\TfiUfi*:t- TENTANG PEIIY-ERATIAIY PRASARANA, SARANA, DAII UTTLITAS PERI'UAIIAIT DAN PER}IUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IJIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH (IPPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang bappeda@malangkota.go.id

BAB I Ketentuan Umum (pasal 1) BAB II Tujuan, Prinsip dan Ruang Lingkup (pasal 2, 3,4) BAB III Prasarana, Sarana, dan Utilitas (pasal 5, 6, 7) BAB IV Perencanaan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum (pasal 8,9,10,11,12,13,14) BAB V Pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (pasal 15,16) BAB VI Penyerahan dan Penagihan Bagian Kesatu Penyerahan (pasal 17,18,19,20,21) Kriteria Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum yang diserahkan(pasal 22) Tata Cara Penyerahan (pasal 23.24.25.26,27,28) Bagian Kedua Penagihan (pasal 29,30,31) Bagian Ketiga Pengalihan Lokasi dan Konversi (pasal 32) BAB VII Pemeliharaan dan Perawatan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas (pasal 33) BAB VIII Pemanfaatan (pasal 34,35) BAB IX Pengawasan (pasal 36) BAB X Peran Serta Masyarakat (pasal 37,38) BAB XI Larangan (pasal 39) BAB XII Penyelesaian Sengketa (pasal 40,41) BAB XIII Sanksi Administrasi (pasal 42,43,44,45) BAB XIV Penyidikan (pasal 46) BAB XV Ketentuan Pidana (pasal 47) BAB XVI Ketentuan Peralihan (pasal 48) BAB XVII Ketentuan Penutup (pasal 49)

definisi Prasarana Sarana Utilitas umum kelengkapan dasar fisik lingkungan kawasan budidaya yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal dan/atau bekerja yang layak, sehat, aman dan nyaman fasilitas dalam lingkungan kawasan budidaya yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan pengembangan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan kawasan budidaya 3

BAB III Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 5, 6, 7) PSU pada perumahan dan kawasan permukiman, antara lain : 1. Prasarana, minimal : a. jaringan jalan; b. jaringan saluran pembuangan air limbah; c. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan d. persampahan. 2. Sarana, minimal : a. sarana perniagaan/perbelanjaan; b. sarana pelayanan umum dan pemerintahan; c. sarana pendidikan; d. sarana kesehatan; e. sarana peribadatan; f. sarana rekreasi dan olahraga; g. sarana pemakaman; h. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan i. sarana parkir. 4 3. UtiIitas umum, minimal : a. jaringan air bersih; b. jaringan Iistrik; c. jaringan teiepon; d. jaringan gas; e. jaringan transportasi; f. pemadam kebakaran; dan g. sarana penerangan jalan umum.

BAB III Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 5, 6, 7) PSU pada rumah susun, antara lain : 1. prasarana, minimal : a. jaringan jalan; b. jaringan air bersih; c. jaringan saluran pembuangan air limbah dan sanitasi; d. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan e. persampahan. 2. sarana, minimal : a. sarana perniagaan/perbelanjaan; b. sarana pendidikan; c. sarana kesehatan; d. sarana peribadatan; e. sarana ruang terbuka hijau; f. sarana rekreasi; g. sarana olahraga; h. sarana pemakaman; i. sarana pemerintahan; dan j. sarana parkir. 3. utiiitas umum, minimal : a. jaringan listrik; b. jaringan telepon; c. jaringan gas; dan d. pemadam kebakaran. 5

BAB III Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 5, 6, 7) PSU pada perdagangan dan jasa, antara lain : 1. prasarana, minimal : a. jaringan jalan yang menghubungkan antar blok atau jalan di dalam tapak kawasan; b. jaringan pembuangan air limbah; c. instalasi pengolahan air limbah; d. jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase); dan e. tempat pembuangan sampah. 2. sarana, minimal : a. sarana peribadatan; b. sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; c. sarana parkir; d. sarana kantin; dan e. tempat/ruang untuk pedagang informal/pedagang kakilima dan/atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 3. utiiitas umum, minimal : a. jaringan air bersih; b. jaringan listrik; c. jaringan telepon; d. jaringan gas; e. jaringan transportasi (termasuk halte dan atau sub terminal); f. sarana pemadam kebakaran; g. sarana penerangan jalan umum. 6

BAB III Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 5, 6, 7) PSU pada kawasan industri dan pergudangan, antara lain : 1. prasarana, minimal : a. jaringan jalan; b. jaringan saluran pembuangan air limbah; c. instalasi pengolahan air limbah; d. jaringan saluran pembuangan air (drainase); e. bozem; dan f. tempat pembuangan sampah. 3. utiiitas umum, minimal : 2. sarana, minimal : a. jaringan air bersih; a. sarana peribadatan; b. jaringan listrik; b. sarana pertamanan dan ruang c. jaringan telepon; terbuka hijau; d. jaringan transportasi; c. sarana parkir; e. jaringan gas; d. sarana kantin; f. sarana penerangan jalan umum; e. lahan untuk usaha pedagang g. sarana pemadam kebakaran. informal/pedagang kaki lima; f. sarana perumahan bagi pekerja/buruh. 7

BAB IV Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 8,9,10,11,12,13,14) Penyediaan PSU bersumber dari : 1. Pemerintah Daerah; 2. Kewajiban pihak ketiga; atau 3. Hibah atau wakaf. Pemerintah Daerah menyusunan rencana kebutuhan PSU berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan/atau Rencana Rincinya serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka mendukung Rencana dan menjaga konsistensi implementasi Pembangunan PSU yang berasal dari kewajiban Pihak Ketiga, Walikota menetapkan SIPPT. 8

BAB IV Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 8,9,10,11,12,13,14) Berdasarkan SIPPT, selanjutnya disusun perjanjian antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga Perjanjian tersebut memuat : - Penegasan PSU sebagai Piutang Daerah; - Standarisasi kebutuhan dan nilai ekonomis PSU yang akan dibangun oleh Pihak Ketiga; - Jadwal pelaksanaan pembangunan PSU; - Perkiraan waktu penyerahan PSU yang telah selesai dibangun oleh Pihak Ketiga kepada Walikota; - Pernyataan kesanggupan Pihak Ketiga; - Penyelesaian sengketa apabila Pihak Ketiga wanprestasi. Jenis PSU dan luasan lahan yang dipergunakan untuk penyediaan PSU, ditetapkan dalam Keterangan Rencana Kota atau Rencana Tapak yang merupakan lampiran SIPPT 9

BAB IV Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 8,9,10,11,12,13,14) Kawasan Luas Kewajiban Perumahan 25 Ha 30% dari keseluruhan luas lahan Pusat bisnis (Central Bussines District) Perdagangan dan jasa (sistem deret maupun sistem blok) industri dan pergudangan terpadu kawasan industri dan pergudangan > 25 Ha -100 Ha 40% dari keseluruhan luas lahan 100 Ha 25 Ha 3 Ha - < 25 Ha 10 45% dari keseluruhan luas lahan paling sedikit 40% dari keseluruhan luas lahan paling sedikit 20% dari keseluruhan luas lahan paling sedikit 30% dari keseluruhan luas lahan paling sedikit 22% dari keseluruhan luas lahan

BAB V Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (pasal 15,16) Pembangunan PSU yang menjadi kewajiban Pihak Ketiga dilaksanakan dalam areal yang ditentukan sesuai dengan SIPPT dan Lampirannya, berupa Rencana Tapak dan atau Keterangan Rencana Kota. Pelaksanaan pembangunan PSU, harus dilaksanakan secara proporsional dengan pembangunan fisik sesuai dengan peruntukan dan standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. 11

BAB VI Penyerahan dan Penagihan (Pasal 17, 18, 19, 20, 21) Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Kewajiban Prasarana, Berupa tanah dan bangunan Perumahan Tidak Bersusun Sarana Utilitas, Berupa tanah siap bangun atau tanah dan bangunan Berupa tanah dan bangunan Rumah Susun berupa tanah siap bangun yang berada di satu lokasi dan di luar hak milik atas satuan rumah susun 12

BAB VI Penyerahan dan Penagihan (Pasal 17, 18, 19, 20, 21) Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Kewajiban Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines District) dan Kawasan perdagangan dan jasa yang dikembangkan dengan sistem deret Prasarana, Sarana Utilitas, prasarana, sarana dan utilitas dengan proporsi 40% atau 20% dari keseluruhan luas lahan Berupa tanah dan bangunan Berupa tanah siap bangun atau tanah dan bangunan Berupa tanah dan bangunan penyediaan sarana dapat disediakan di dalam gedung/bangunan 13

BAB VI Penyerahan dan Penagihan (Pasal 17, 18, 19, 20, 21) Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Prasarana, Kewajiban Berupa tanah dan bangunan Kawasan Industri dan Pergudangan Sarana Utilitas, prasarana, sarana dan utilitas dengan proporsi 40% atau 20% dari keseluruhan luas lahan Berupa tanah siap bangun atau tanah dan bangunan Berupa tanah dan bangunan penyediaan sarana dapat disediakan di dalam gedung/bangunan 14

BAB VI Penyerahan dan Penagihan (Pasal 22) Kriteria PSU yg diserahkan : a. untuk prasarana, tanah dan bangunan telah selesai dibangun dan dipelihara; b. untuk sarana, tanah siap bangun atau tanah dan bangunan telah selesai dibangun dan dipelihara; c. untuk utilitas, tanah dan bangunan telah selesai dibangun dan dipelihara. a. harus sesuai dengan standar, persyaratan teknis dan administrasi yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah; b. harus sesuai dengan rencana tapak sebagai lampiran SIPPT yang telah disahkan oleh Pemerintah Daerah; dan c. telah mengalami pemeliharaan oleh pengembang paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak selesainya pembangunan. 15

BAB VI Penyerahan dan Penagihan Tata Cara Penyerahan (Pasal 23-26) Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Penyerahan Administrasi Secara KETERANGAN Pemerintah Daerah wajib melakukan pemeriksaan administrasi dan fisik terhadap PSU pada kawasan industri, kawasan perdagangan, perumahan dan kawasan permukiman yang akan diserahkan melalui proses verifikasi. Pelaksanaan verifikasi terhadap PSU, dilakukan oleh Tim Verifikasi yang dibentuk oleh Walikota. Penyerahan PSU dilakukan dengan Berita Acara Serah Terima Administrasi dan Berita Acara Serah Terima Fisik dari Pihak Ketiga kepada Pemerintah Daerah. Walikota menetapkan status penggunaan PSU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Fisik. Penetapan status penggunaan PSU ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Walikota menyerahkan prasarana dan sarana kepada SKPD yang berwenang mengelola dan memelihara prasarana dan sarana dimaksud setelah Kantor Pertanahan Kota Malang menerbitkan sertipikat hak atas tanah. SKPD yang menerima aset prasarana dan sarana melakukan pencatatan dalam Daftar Barang Milik Pengguna. 16

BAB VI Penyerahan dan Penagihan Tata Cara Penyerahan (Pasal 23-26) BA Serah Terima Administrasi sekurang-kurangnya memuat : - identitas para pihak yang melakukan serah terima; - rincian jenis, jumlah, lokasi dan ukuran obyek yang akan diserahkan; - jadwal/waktu penyelesaian pembangunan, masa pemeliharaan dan serah terima fisik PSU. harus dilampiri : - perjanjian antara Pihak Ketiga dengan Pemda tentang penyediaan dan penyerahan PSU; - surat kuasa dari Pihak Ketiga kepada Pemda tentang pemberian kewenangan kepada Pemda untuk melakukan pelepasan hak atas tanah dan/atau bangunan PSU yang akan diserahkan kepada Pemda; - daftar dan gambar rencana tapak (site plan) dan lain-lain yang menjelaskan lokasi, jenis dan ukuran PSU yang akan diserahkan kepada Pemda. BA Serah Terima Fisik sekurang-kurangnya memuat : - identitas para pihak yang melakukan serah terima; - rincian jenis, jumlah, lokasi, ukuran dan nilai obyek yang diserahkan. harus dilampiri : - daftar dan gambar rencana tapak (site plan, zoning dan lain-lain) yang menjelaskan lokasi, jenis dan ukuran PSU yang diserahkan; - Berita Acara hasil pemeriksaan/verifikasi kelayakan terhadap standar dan persyaratan teknis prasarana, sarana, dan utilitas yang diserahkan; - akta Notaris pernyataan pelepasan hak atas tanah dan/atau bangunan PSU oleh pengembang kepada Pemda; - asli sertipikat tanah atas nama Pemda yang peruntukannya sebagai PSU. 17

BAB VII Pemeliharaan dan Perawatan PSU (pasal 27) Dalam hal prasarana dan sarana ditelantarkan/tidak dipelihara dan belum diserahkan kepada Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah menyampaikan surat permintaan kepada pengembang untuk memperbaiki/memelihara prasarana, sarana dan utilitas dimaksud dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dalam hal pengembang tidak sanggup memperbaiki/memelihara prasarana dan sarana maka pengembang membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa pengembang tidak sanggup memperbaiki/memelihara prasarana dan sarana dimaksud. Berdasarkan surat pernyataan dimaksud, Pemerintah Daerah membuat Berita Acara Serah Terima prasarana dan sarana dan akan digunakan sebagai dasar bagi pengelola barang milik daerah dalam melakukan pencatatan ke dalam Daftar Barang Milik Daerah. Walikota menyerahkan prasarana dan sarana yang telah diserahkan oleh pengembang kepada SKPD yang berwenang mengelola dan memelihara prasarana dan sarana dimaksud. Penyerahan prasarana dan sarana kepada SKPD, ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang Penetapan Status Penggunaan. SKPD yang menerima asset prasarana dan sarana melakukan pencatatan dalam Daftar Barang Milik Pengguna. Berita Acara Serah Terima, dijadikan dasar oleh Pemerintah Daerah dalam mengajukan permohonan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kota Malang. 18

BAB VII Pemeliharaan dan Perawatan PSU (pasal 28) Dalam hal prasarana dan sarana ditelantarkan/tidak dipelihara serta pengembang tidak diketahui kedudukan dan keberadaannya dan belum diserahkan kepada Pemerintah Daerah, maka surat kuasa pelepasan hak atas tanah dan/atau bangunan, dijadikan dasar oleh Pemerintah Daerah dalam pembuatan akta Notaris Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Pengembang yang tidak diketahui kedudukan dan keberadaannya, dapat diketahui dari tidak adanya jawaban atas surat permintaan penyerahan prasarana dan sarana yang telah disampaikan oleh Walikota dan setelah diumumkan dalam media massa tentang pelaksanaan kewajiban pengembang untuk menyerahkan prasarana dan sarana dimaksud. Surat kuasa dan akta Notaris, dijadikan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk mengajukan permohonan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kota Malang. Setelah Kantor Pertanahan Kota Malang menerbitkan sertipikat hak atas tanah, Pengelola Barang Milik Daerah wajib melakukan pencatatan asset atas prasarana dan sarana ke dalam Daftar Barang Milik Daerah. Walikota menyerahkan prasarana dan sarana kepada SKPD yang berwenang mengelola dan memelihara prasarana dan sarana dimaksud setelah Kantor Pertanahan Kota Malang menerbitkan sertipikat hak atas tanah. Penyerahan prasarana dan sarana kepada SKPD, ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang Penetapan Status Penggunaan. SKPD yang menerima aset prasarana dan sarana melakukan pencatatan dalam Daftar Barang Milik Pengguna. 19

BAB VII Pemeliharaan dan Perawatan PSU (pasal 29) Apabila penyerahan kewajiban Prasarana, sarana dan utilitas umum tidak dipenuhi oleh Pihak Ketiga maka Pemerintah Daerah akan melakukan penagihan. Penagihan dilakukan apabila : Pihak Ketiga lalai memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan; Pihak Ketiga tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan; Pihak ketiga hanya menyelesaikan sebagian kewajibannya; Pihak ketiga menunda-nunda realisasi kewajiban yang telah ditetapkan Pihak ketiga tidak menyediakan Prasarana, sarana dan utilitas umum yang telah diperjanjikan; dan Terdapat indikasi kuat dan meyakinkan bahwa Pihak Ketiga berupaya untuk menghindar dari kewajiban yang telah ditetapkan. 20

BAB VII Pemeliharaan dan Perawatan PSU (pasal 33) 1. Pemeliharaan dan perawatan prasarana, sarana dan utilitas umum yang menjadi kewajiban Pihak Ketiga sebelum diserahkan kepada Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. 2. Pemeliharaan dan perawatan prasarana, sarana dan utilitas umum setelah diserahkan kepada Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 21

BAB VIII Pemanfaatan (pasal 34 dan 35) 1. Sarana yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah menjadi barang milik daerah dimanfaatkan oleh SKPD/UKPD atau badan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Prasarana dan utilitas umum yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. 3. Pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum yang bersumber dari hibah dilakukan sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 22

BAB IX Pengawasan (pasal 36) 1. Untuk menjamin perlindungan kepentingan umum dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan dalam pembangunan, penyerahan, perawatan dan/atau pemeliharaan, serta pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum. 2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk : a. menjamin kesesuaian pembangunan dengan perencanaan dan standar; b. kelancaran dan ketertiban proses penyerahan; c. pengamanan fisik; d. pemanfaatan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; e. penggunaan sesuai dengan fungsi, peruntukan serta persetujuan penggunaan; f. perawatan dan/atau pemeliharaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan g. tertib administrasi pengelolaan aset Daerah. 23

BAB X Peran Serta Masyarakat (pasal 37 dan 38) 1. Peran serta masyarakat, dilakukan dengan memberikan masukan dalam : a. penyusunan rencana pembangunan prasarana,sarana dan utilitas umum; b. pelaksanaan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum; c. pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum; d. pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas umum; dan e. pengawasan dan pengendalian. 2. Peran serta masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), dilakukan dengan menginformasikan atau melaporkan : a. penyalahgunaan peruntukan prasarana, sarana dan utilitas umum; b. penyalahgunaan pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum; c. penyerobotan prasarana, sarana dan utilitas umum oleh pihak lain; d. pengerusakan prasarana, sarana dan utilitas umum oleh pihak yang tidak bertanggung jawab; dan e. keberadaan Pihak Ketiga yang tidak memenuhi kewajiban prasarana, sarana dan utilitas umum. 3. Camat dan/atau Lurah yang menerima laporan dari masyarakat, wajib menindaklanjuti laporan yang diterima kepada Walikota. 24

BAB XI Larangan (pasal 39) 1. Pihak Ketiga dilarang untuk memindahtangankan sebagian atau seluruh kewajiban atau hak pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagaimana tercantum dalam SIPPT kepada pihak lain, tanpa ada persetujuan tertulis dari Walikota. 2. Pihak Ketiga dilarang untuk menjual, menggadaikan, menghibahkan, dan/atau memindahtangankan sebagian atau seluruh prasarana, sarana dan utilitas umum sebagaimana tercantum dalam SIPPT kepada pihak lain. 3. SKPD/UKPD yang berwenang dalam pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum dilarang untuk mengalihkan pengelolaan kewajiban prasarana, sarana dan utilitas umum kepada pihak lain. 25

BAB XII Penyelesaian Sengketa (pasal 40 dan 41) 1. Sengketa yang timbul dalam penyediaan dan/atau penyerahan prasarana, sarana dan utilitas umum dapat diiakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan atau melalui pengadilan. 2. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi, arbitrase atau pilihan lain dari pihak yang bersengketa. 3. Apabila penyelesaian sengketa di luar pengadilan, tidak dapat dicapai kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat mengajukan ke pengadiian. 26

BAB XIII SANKSI ADMINISTRASI (pasal 42, 43, 44 dan 415) Kepada Pihak Ketiga a. Peringatan Tertulis SANKSI ADMINISTRASI b. Penundaan pemberian persetujuan dokumen dan/atau perizinan c. Dicabut izinnya d. Dihentikan Kegiatannya Camat dan/atau Lurah yang tidak menindaklanjuti laporan darimasyarakat mengenai pengelolaan prasarana, sarana dan utilitasumum yang melanggar, dikenakan sanksi hukuman disiplin kepegawaian. 27

BAB XV Ketentuan Pidana (pasal 47) 1. Pihak Ketiga yang dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda 25% (dua puluh lima persen) dari nilai kewajiban prasarana, sarana dan utilitas umum sesuai ketentuan peraturan perundangan. 2. Pihak Ketiga yang dengan sengaja tidak menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas umum, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda 15% (lima belas persen) dari nilai kewajiban prasarana, sarana dan utilitas umum sesuai ketentuan peraturan perundangan. 3. Setiap orang, badan hukum pemerintah dan/atau badan hukum swasta yang tidak melakukan pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas umum, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 4. Setiap orang, badan hukum pemerintah dan/atau badan hukum swasta yang melanggar, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda 20% (dua puluh persen) dari nilai kewajiban prasarana, sarana dan utilitas umum. 28

BAB XVI Ketentuan Peralihan (pasal 48 dan 49) 1. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka semua peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas umum, sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dangan Peraturan Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku dan harus disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan dan diberlakukan. 2. Proses penagihan prasarana, sarana dan utilitas umum yang sedang berjalan tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lama. 3. Untuk proses penagihan prasarana, sarana dan utilitas umum yang baru akan dilakukan harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. 4. Terhadap penyerahan prasarana, sarana dan utilitas umum melalui Berita Acara Serah Terima sementara yang telah dilakukan antara Kepala SKPD dan pihak pengembang, maka dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah ditetapkan dan diberlakukan Peraturan Daerah ini, segera disampaikan kepada Walikota melalui SKPD/UKPD yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan barang Daerah. 29