PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN TUBAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

Powered by TCPDF (

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 13 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2010 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 65 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Transkripsi:

SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 7. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 8. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor 57); 9. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun 2014 Nomor 19); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Malang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Malang. 3. Walikota adalah Walikota Malang. 2

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Malang. 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Inspektorat, Badan, Satuan Polisi Pamong Praja, Kantor, Kecamatan, Kelurahan, dan Lembaga Lain. 6. Lembaga Lain adalah adalah lembaga yang dibentuk sebagai pelaksanaan dari ketentuan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya, yang ditetapkan sebagai bagian dari perangkat daerah. 7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah Badan Pemerintah Daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah. 8. Kepala BPBD adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang. 9. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 10. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 11. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. 12. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 14. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 3

15. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. 16. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. 17. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana. 18. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 2 (1) BPBD merupakan bagian Perangkat Daerah di bidang penanggulangan bencana. (2) BPBD dipimpin oleh Kepala Badan, yang secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah. (3) Kepala BPBD berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. (4) BPBD membawahi Unsur Pengarah dan Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana. Pasal 3 BPBD mempunyai tugas : a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi secara adil dan setara; 4

b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Walikota setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; f. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; h. pelaksanaan tugas pemerintahan umum lainnya yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BPBD mempunyai fungsi : a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efesien; b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh; c. pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan di bidang penanggulangan bencana; d. pelaksanaan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana; e. pengkajian, komunikasi, konsultasi, pengembangan dan bimbingan dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana; f. pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban bencana; g. pelaksanaan koordinasi dengan perangkat daerah/instansi lain dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana; h. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen i. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); j. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); 5

k. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); l. pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM); m. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan n. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugasnya. BAB III SUSUNAN ORGANISASI Pasal 5 (1) Susunan Organisasi BPBD, terdiri atas : a. Kepala; b. Unsur Pengarah; dan c. Unsur Pelaksana. (2) Unsur Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari : a. Ketua; b. Anggota. (3) Unsur Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari : a. Kepala Pelaksana; b. Sekretariat Unsur Pelaksana, membawahi : 1) Sub Bagian Penyusunan Program; 2) Sub Bagian Keuangan; 3) Sub Bagian Umum. c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, membawahi : 1) Seksi Pencegahan Bencana; 2) Seksi Kesiapsiagaan Bencana. d. Bidang Kedaruratan dan Logistik, membawahi : 1) Seksi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana; 2) Seksi Logistik Penanggulangan Bencana. e. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, membawahi : 1) Seksi Rehabilitasi Pasca Bencana; 2) Seksi Rekonstruksi Pasca Bencana. f. Kelompok Jabatan Fungsional. 6

BAB IV URAIAN TUGAS DAN FUNGSI Bagian Kesatu Kepala Badan Pasal 6 Kepala BPBD mempunyai tugas menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian internal terhadap unit kerja di bawahnya serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya. Bagian Kedua Unsur Pengarah Pasal 7 (1) Unsur Pengarah dipimpin Ketua Unsur Pengarah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD. (2) Unsur Pengarah mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (2), Unsur Pengarah menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan penanggulangan bencana daerah; b. pemantauan; c. evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana; d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala BPBD sesuai dengan tugasnya. Bagian Ketiga Unsur Pelaksana Pasal 8 (1) Unsur Pelaksana dipimpin oleh Kepala Pelaksana yang membantu Kepala BPBD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Unsur Pelaksana sehari-hari berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD. (2) Unsur Pelaksana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana 7

secara terintegrasi meliputi : a. prabencana; b. saat tanggap darurat; dan c. pascabencana. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unsur Pelaksana mempunyai fungsi : a. pengoordinasian; b. pengkomandoan; dan c. pelaksana. Pasal 9 (1) Fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, dilaksanakan melalui koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga usaha, dan/atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca bencana. (2) Fungsi komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b, merupakan dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. (3) Fungsi pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf c, dilaksanakan secara terkordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah, instansi vertikal yang ada di daerah dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 1 Kepala Pelaksana Pasal 10 Kepala Pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian internal terhadap unit kerja di bawahnya serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BPBD sesuai tugas dan fungsinya. 8

Paragraf 2 Sekretariat Pasal 11 (1) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana. (2) Sekretariat melaksanakan tugas pengkoordinasian dan pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan serta kerja sama. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi program perencanaan, dan perumusan kebijakan di lingkungan BPBD; b. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah; c. pengumpulan data dan informasi kebencanaan; d. pelaksanaan kerja sama; e. pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana; f. penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja); g. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA); h. penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen i. penyusunan Perjanjian Kinerja (PK); j. pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan; k. pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan; l. pelaksanaan urusan rumah tangga; m. pelaksanaan administrasi dan pembinaan kepegawaian; n. pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; o. pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; p. pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah; q. pengelolaan anggaran; 9

r. pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran gaji pegawai; s. pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan; t. pengkoordinasian pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); u. pengkoordinasian penyusunan tindak lanjut hasil pemeriksaan; v. penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); w. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); x. pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan; y. penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah; z. pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang penanggulangan bencana; aa. penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah; bb. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan cc. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan tugasnya. Pasal 12 (1) Sekretariat, terdiri dari : a. Subbagian Penyusunan Program; b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Umum. (2) Masing-masing Subbagian dipimpin oleh Kepala Subbagian yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Pasal 13 (1) Subbagian Penyusunan Program melaksanakan tugas penyusunan program, evaluasi dan pelaporan. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian Penyusunan Program mempunyai fungsi : a. penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja); b. penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA); c. penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 10

dan Dokumen d. penyusunan Penetapan Kinerja (PK); e. penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan kegiatan; f. penyiapan bahan pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah; g. penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama; h. pengumpulan data dan informasi kebencanaan; i. penyusunan laporan penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM); j. penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); k. penyusunan tindak lanjut hasil pemeriksaan; l. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); m. pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan; n. penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah; o. penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait layanan publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah; p. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan q. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugasnya. Pasal 14 (1) Subbagian Keuangan melaksanakan tugas pengelolaan anggaran dan administrasi keuangan. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian Keuangan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen b. pelaksanaan penatausahaan keuangan; c. pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan; d. penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran; e. penyusunan dan penyampaian laporan keuangan semesteran dan akhir tahun; f. penyusunan administrasi dan pelaksanaan pembayaran gaji pegawai; g. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); 11

h. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai tugasnya. Pasal 15 (1) Subbagian Umum melaksanakan tugas pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, ketatausahaan, kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan kepustakaan serta kearsipan. (2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian Umum mempunyai fungsi : a. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen b. pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan; c. pelaksanaan administrasi kepegawaian; d. pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan; e. pelaksanaan urusan rumah tangga; f. pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; g. pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; h. pelaksanaan dan penatausahaan barang milik daerah; i. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah; j. pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang penanggulangan bencana daerah; k. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); l. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi; dan m. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugasnya. Paragraf 3 Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Pasal 16 (1) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. 12

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; b. pengkoordinasiaan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; c. pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; d. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; e. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan tugasnya. Pasal 17 (1) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdiri dari : a. Seksi Pencegahan Bencana; b. Seksi Kesiapsiagaan Bencana; (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 18 (1) Seksi Pencegahan Bencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang pencegahan dan mitigasi bencana. 13

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pencegahan Bencana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang pencegahan dan mitigasi bencana; b. penyiapan bahan pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan mitigasi bencana; c. penyiapan bahan pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang pencegahan dan mitigasi bencana; d. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan mitigasi bencana; l. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen m. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); n. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); o. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); p. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan q. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. Pasal 19 (1) Seksi Kesiapsiagaan Bencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Kesiapsiagaan Bencana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; b. penyiapan bahan pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; c. penyiapan bahan pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; d. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat; 14

e. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen f. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); g. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); h. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); i. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. Paragraf 4 Bidang Kedaruratan dan Logistik Pasal 20 (1) Bidang Kedaruratan dan Logistik melaksanakan tugas mengkoordinasi dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat; d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; e. pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; f. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; g. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen 15

h. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); i. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); j. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); k. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan l. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan tugasnya. Pasal 21 (1) Bidang Kedaruratan dan Logistik, terdiri dari : a. Seksi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana; b. Seksi Logistik Penanggulangan Bencana. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 22 (1) Seksi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; b. penyiapan bahan Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat; d. penyiapan bahan Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; e. penyiapan bahan Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi; 16

f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. Pasal 23 (1) Seksi Logistik Penanggulangan Bencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana dan dukungan logistik. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Logistik Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana dan dukungan logistik; b. penyiapan bahan pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana dan dukungan logistik; c. komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat; d. penyiapan bahan pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana dan dukungan logistik; e. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana dan dukungan logistik; f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. 17

Paragraf 5 Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasal 24 (1) Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana; b. pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana; c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana; d. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana; e. penyiapan bahan dalam rangka pemeriksaan dan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan; f. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen g. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); h. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); i. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); j. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan k. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana sesuai dengan tugasnya. Pasal 25 (1) Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, terdiri dari : a. Seksi Rehabilitasi Pasca Bencana; b. Seksi Rekonstruksi Pasca Bencana. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan 18

tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 26 (1) Seksi Rehabilitasi Pasca Bencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Rehabilitasi Pasca Bencana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana pada rehabilitasi pasca bencana; b. penyiapan bahan pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada rehabilitasi pasca bencana. c. pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada rehabilitasi pasca bencana; d. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada rehabilitasi pasca bencana; e. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen f. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP); g. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); h. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); i. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. Pasal 27 (1) Seksi Rekonstruksi Pascabencana melaksanakan tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Rekonstruksi Pasca Bencana mempunyai fungsi : 19

a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana pada rekonstruksi pasca bencana; b. penyiapan bahan pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada rekonstruksi pasca bencana; c. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang penanggulangan bencana pada rekonstruksi pasca bencana; d. penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada rekonstruksi pasca bencana; e. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen f. pelaksanaan Standar Pelayanan (SP) dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP); g. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI); h. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM); i. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi; dan j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugasnya. BAB V TATA KERJA Pasal 28 (1) Kepala BPBD, Ketua Unsur Pengarah, Kepala Pelaksana, Sekretaris, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjalankan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara vertikal maupun horizontal. (2) Kepala BPBD, Ketua Unsur Pengarah, Kepala Pelaksana, Sekretaris, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi wajib melaksanakan sistem pengendalian intern. (3) Kepala BPBD, Ketua Unsur Pengarah, Kepala Pelaksana, Sekretaris, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi masing-masing bertanggung jawab memimpin, membimbing, mengawasi, dan memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan, dan bila terjadi penyimpangan, mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 20

(4) Kepala BPBD, Ketua Unsur Pengarah, Kepala Pelaksana, sekretaris, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Pasal 29 (1) Apabila Kepala Pelaksana berhalangan menjalankan tugasnya, Walikota atas usul Kepala BPBD menunjuk Sekretaris untuk menyelenggarakan tugas sebagai Kepala Pelaksana. (2) Apabila Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berhalangan menyelenggarakan tugas sebagai Kepala Pelaksana, Walikota atas usul Kepala BPBD menunjuk Kepala Bidang yang dinilai mampu. (3) Apabila Sekretaris berhalangan menjalankan tugasnya, Kepala Pelaksana dapat menunjuk Kepala Bidang yang dinilai mampu. (4) Apabila Kepala Bidang berhalangan menjalankan tugasnya, Kepala Pelaksana dapat menunjuk Kepala Bidang lainnya yang dinilai mampu. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, maka : a. Ketentuan dalam Peraturan Walikota Malang Nomor 62 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, sepanjang mengatur tugas pokok dan fungsi Bidang Penanggulangan Bencana pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik; dan b. Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/284/35.73.112/2006 tentang Pembentukan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) di Kota Malang pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 21

Pasal 31 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Malang. Diundangkan di Malang pada tanggal 6-11 - 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA MALANG, Ditetapkan di Malang pada tanggal 6-11 - 2014 WALIKOTA MALANG, ttd. H. MOCH. ANTON ttd. Ir. CIPTO WIYONO, M.Si Pembina Utama Madya NIP. 19620331 199003 1 003 BERITA DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2014 NOMOR 44 Salinan sesuai aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, TABRANI, SH, M.Hum. Pembina NIP. 19650302 199003 1 019 22