PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

REALISASI SEMENTARA APBNP

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

Kunjungan Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 April 2015

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan Menteri Keuangan

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

FISKAL UNTUK MENDUKUNG RENCANA. Pada MUSRENBANGNAS Mei 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

Perekonomian Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

Peranan Sektor Migas sebagai Sumber Pendapatan APBN dan APBD. Disampaikan pada Diskusi Publik IESR Jakarta, 23 September 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Subsidi dan Tata Kelola Keuangan Negara: Inefektif dan Manipulatif

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGATASI DAMPAK KRISIS GLOBAL MELALUI PROGRAM STIMULUS FISKAL APBN 2009

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016

Angka 2. Pasal 3. Cukup jelas. Angka 3. Pasal 4. Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a. Cukup jelas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%. Dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, target pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi 4,5%, dan dalam NK & RAPBN-P 2009 target tersebut dikoreksi lagi menjadi 4,3%. Pada triwulan I 2009, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,4%, sedangkan dalam triwulan II pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sekitar 3,7%. Dengan demikian, dalam semester I 2009 laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,1%, lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi semester I 2008 yang mencapai 6,34 %. Pertumbuhan tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah, konsumsi masyarakat, dan investasi, yang masing-masing diperkirakan sebesar 16,4%, 5,7%, dan 7,6%. Sedangkan ekspor dan impor mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 14,4% dan minus 20,4%. 7 6 5 Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi (y-0-y), Semester I 2008-2009 % 4 3 2 6,25 6,42 6,34 4,4 *) 3,7 *) 4,1 2008 2009 1 0 *) Perkiraan QI QII Sem I 2. Inflasi Dalam UU APBN 2009, laju inflasi diperkirakan sebesar 6,2%, kemudian disesuaikan menjadi 6,0% dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi 5,0% dalam NK & RAPBN-P 2009. Hingga semester I 2009, laju inflasi kumulatif (m-t-m) dan inflasi tahunan (y-o-y) masing-masing sebesar 0,11% dan 3,65%. Bila dibandingkan dengan semester I 2008, laju inflasi tersebut lebih rendah, masing-masing mencapai 2,46% (m-t-m) dan 11,03% (y-o-y). Menurunnya tekanan inflasi ini disebabkan oleh turunnya harga minyak dunia, turunnya harga BBM bersubsidi (solar dan premium), cukup tersedianya pasokan bahan makanan, dan lancarnya distribusi barang dan jasa. 1

14,0% 12,0% % 8,0% 6,0% 4,0% 2,0% % Grafik 2 Perkembangan Laju Inflasi IHK, 2008-2009 2.46% 11.03% 3.65% 2,5% 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% % -0,5% Inflasi (y-o-y) Inflasi (m-t-m) 3. Nilai Tukar Rupiah Dalam UU APBN 2009, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp9.400/US$, yang kemudian disesuaikan dalam Dokumen Stimulus menjadi Rp11.000/US$, dan dikoreksi menjadi Rp10.600/US$ dalam NK & RAPBN-P 2009. Dalam 6 bulan pertama tahun 2009, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai rata-rata Rp11.082,3/US$, atau melemah dibandingkan posisinya dalam Semester I 2008 yang mencapai Rp9.259,3/US$. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti peningkatan kerugian lembaga keuangan dan korporasi serta polemik stimulus di Amerika Serikat, dan faktor internal, berupa kekhawatiran terhadap kecukupan cadangan devisa dan kewajiban pembayaran utang luar negeri yang membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan. 13.000 Grafik 3 Perkembangan Nilai Tukar Terhadap Dolar AS, 2008-2009 Nilai Tukar (Rp/US$) 12.000 11.000 10.000 9.000 Sem I 2008: Rp9.259,3 Sem I 2009: Rp11.082,3 8.000 Jan 08 Feb Juli Aug Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb 4. Suku bunga SBI 3 bulan Dalam UU APBN 2009 dan juga dalam Dokumen Stimulus dan NK & RAPBN-P 2009, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sebesar 7,5%. 2

Selama semester I 2009 realisasi rata-rata SBI 3 bulan mencapai 8,5%, yang berarti meningkat dibandingkan realisasinya dalam Semester I 2008 yang mencapai rata-rata 8,2%. Meningkatnya rata-rata SBI 3 bulan tersebut untuk menarik minat para pemodal agar mau menanamkan modal jangka pendeknya di Indonesia karena kondisi perekonomian Indonesia lebih kondusif atau masih potensial pada saat krisis global. 12 Grafik 4 Perkembangan Suku Bunga SBI-3 Bulan, 2008-2009 11,03 11 11,49 11,19 SBI (%) 10 9 Sem I 2008: 8,2% 9,00 9,57 9,73 9,84 10,39 9,30 Se m I 2009: 8,5% 8 7,83 7,97 8,03 8,04 8,34 8,68 8,28 7 7,50 7,08 6 Jan 08 Feb Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb 5. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) Dalam UU APBN 2009, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan US$8 per barel. Dalam Dokumen Stimulus, asumsi harga minyak dikoreksi menjadi US$45 per barel, tetapi kemudian disesuaikan kembali menjadi US$61 per barel dalam NK & RAPBN-P 2009. Realisasi ICP pada semester I 2009 mencapai sebesar US$51,6 per barel (Jan - ), menurun dari realisasinya dalam Semester I 2008 yang mencapai US$109,4/barel. 160 Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Indonesia (ICP), 2008-2009 140 (us$/barel) 120 100 80 60 40 20 109,30 103,11 92,09 94,64 132,36 134,96 124,67 Sem I 2008: 109,3 115,56 99,06 70,66 49,32 68,91 57,86 50,62 46,95 41,89 43,10 Sem I 38,45 2009: 51,56 0 Juli Agust Sept Okt Nop Des 2008 2009 3

6. Lifting minyak mentah Dalam UU APBN 2009, Dokumen Stimulus 2009, dan RAPBN-P 2009, lifting minyak diasumsikan sebesar 0,960 juta barel per hari. Realisasi lifting minyak dalam semester I (Desember 2008-2009) mencapai 0,957 juta barel per hari, yang berarti lebih tinggi dibandingkan realisasi Semester I 2008 yang mencapai 0,846 juta barel per hari. Peningkatan ini dikarenakan sumur-sumur minyak baru yang mulai berproduksi ditambah hasil dari program revitalisasi sumur-sumur tua. Ribu barel/hari Grafik 6 Lifting, 2008-2009 1.100 1.050 1.000 950 900 850 800 750 823 829 981 948 910 1.037 Sem I 2008 : 846 ribu barel/hari 863 948 950 919 915 1.048 Sem I 2009 : 957 ribu barel/hari 896 749 956 896 855 700 Jan Peb Juli Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb Cat: penghitungan rata-rata lifting sem I adalah dari bulan Desember - 2008 2009 II. REALISASI APBN 1. Pendapatan Negara dan Hibah Dalam UU APBN 2009, pendapatan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp985,7 triliun. Target tersebut direvisi menjadi Rp848,6 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp872,6 triliun dalam RAPBN-P 2009. Dalam semester I 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp367,2 triliun (37,3% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 42,1% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasi semester I dalam tahun 2008 yang mencapai 47,5% dari pagunya dalam APBN- P 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 5,4%. Realisasi pendapatan negara dan hibah terdiri atas realisasi penerimaan dalam negeri Rp367,0 triliun (37,3% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 42,1% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009), dan realisasi hibah Rp0,2 triliun (21,7% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 20,5% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi penerimaan dalam negeri tersebut terdiri atas realisasi penerimaan perpajakan Rp288,5 triliun (39,8% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 44,2% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009) dan realisasi PNBP Rp78,5 triliun (30,3% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 35,8% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi penerimaan perpajakan dalam Semester I 2009 terdiri dari PPh sebesar Rp163,8 triliun (56,8%), PPN sebesar Rp81,0 triliun (28,1%), PBB dan BPHTB sebesar Rp6,9 triliun (2,4%), cukai sebesar Rp26,3 triliun (9,1%), Bea 4

masuk dan bea keluar sebesar Rp9,0 triliun (3,1%), serta pajak lainnya sebesar Rp1,5 triliun (0,5%). Sementara itu, realisasi PNBP dalam semester I 2009 terdiri dari penerimaan SDA Rp47,6 triliun (60,6%), Laba BUMN Rp3,5 triliun (4,5%), PNBP lainnya Rp26,3 triliun (33,5%), dan BLU sebesar Rp1,1 triliun (1,4%). 10 9 8 7 6 5 4 3 Grafik 7 Penerimaan Negara dan Hibah, Januari - 2009 0,1 Hibah PNBP Pajak 22,7 0,1 8,0 0,1 7,2 18,4 12,3 71,6 64,1 45,4 49,9 37,9 42,5 7 6 Grafik 8 Penerimaan Perpajakan, Januari - 2009 1,4 3,3 0,3 5 4 3 1,4 4,4 0,2 14,4 5,2 1,3 4,6 0,1 11,0 3,6 1,5 5,8 0,2 13,7 3,0 13,3 4,8 40,3 1,4 4,7 1,4 3,5 3,3 0,5 13,8 14,6 4,8 6,0 19,2 16,5 24,9 17,7 17,7 PPh Nonmigas PPh Migas PPN PBB BPHTB Cukai Pajak Lainnya Bea Keluar Bea Masuk 7 Grafik 9 PNBP, Januari - 2009 6 5 13,3 4 3 14,4 11,0 5,2 3,6 19,2 16,5 13,7 3,0 24,9 4,8 40,3 0,5 13,8 14,6 4,8 6,0 17,7 17,7 SDA Migas SDA Nonmigas Laba BUMN PNBP Lainnya Pendapatan BLU 5

2. Belanja Negara Dalam UU APBN 2009, belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.037,1 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp988,1 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp1.005,7 triliun dalam RAPBN-P 2009. Sampai dengan semester I 2009, realisasi belanja negara mencapai Rp372,9 triliun, yang berarti 36,0% dari pagunya dalam APBN 2009 atau 37,1% dari pagunya dalam RAPBN-P 2009. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I 2008 yang mencapai 36,7% dari pagunya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti 2,55% lebih tinggi. Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas realisasi belanja pemerintah pusat Rp233,0 triliun (32,5% dari pagunya dalam APBN 2009 atau 33,5% dari pagunya dalam RAPBN-P 2009) dan transfer ke daerah Rp139,8 triliun (43,6% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 45,2% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi belanja pemerintah pusat didominasi antara lain oleh belanja pegawai Rp68,9 triliun (29,6%), pembayaran bunga utang Rp5 triliun (21,3%), subsidi Rp42,8 triliun (14,7%) dan lainnya 34,5%. Sementara itu, realisasi transfer ke daerah sebagian besar berasal dari DAU Rp108,7 triliun (77,7%) dan DBH Rp18,4 triliun (13,1%). Grafik 10 Belanja Negara, Januari - 2009 10 9 8 7 6 5 4 3 26,3 23,9 25,0 17,6 31,2 15,8 59,6 40,6 45,9 38,8 21,5 26,6 Transfer ke Daerah Belanja Pemerintah Pusat Grafik 11 Belanja Pemerintah Pusat, Januari - 2009 45,0 4 35,0 3 25,0 15,0 5,0 Subsidi Pembayaran Bunga Utang K/L 14,2 2,3 3,1 7,3 8,3 6,1 4,4-5,7 10,2 9,9 17,8 21,5 19,6 12,2 12,3 6,2 6

35,0 3 - Grafik 12 Transfer ke Daerah, Januari - 2009 Otsus dan Penyesuaian DAK DAU DBH 25,0 15,0 5,0-3,0 1,5 0,8 4,2 2,0 0,5 31,0-0,8 15,6 15,6 15,5 15,5 15,6 8,4 0,3 0,3 4,1 4,6 0,7 3. Defisit Anggaran Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp367,2 triliun, dan realisasi belanja negara mencapai Rp372,9 triliun, dalam semester I 2009 terdapat defisit anggaran Rp5,6 triliun (0,1 % terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam Semester I 2008 yang mencapai surplus sebesar Rp61,5 triliun (1,4 % terhadap PDB), kinerja APBN 2009 hingga semester I berarti lebih baik penyerapannya. 7 6 5 Grafik 13 Surplus (Defisit) Anggaran, Semester I 2008-2009 4 3 61,5 () (5,6) Sem I 2008 Sem I 2009 4. Pembiayaan Anggaran Dalam UU APBN 2009, pembiayaan anggaran ditetapkan sebesar Rp51,3 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp139,5 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp133,0 triliun dalam RAPBN-P 2009. Realisasi pembiayaan hingga semester I 2009 mencapai Rp47,8 triliun (93,2% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 36,0% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). 7

Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 22,9%. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut terdiri atas realisasi pembiayaan dalam negeri Rp70,2 triliun (115,6% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 48,5% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009) dan realisasi pembiayaan luar negeri minus Rp22,4 triliun (237,2% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 190,3% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi pembiayaan dalam negeri sebagian besar berasal dari SBN (neto) sebesar Rp69,0 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan luar negeri sebagian besar berasal dari penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp16,8 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang LN sebesar minus Rp35,0 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp47,8 triliun, sedangkan defisit anggaran mencapai Rp5,6 triliun, dalam semester I 2009 kelebihan pembiayaan anggaran Rp42,2 triliun. Dalam semester I 2008, terjadi kelebihan pembiayaan tersebut mencapai Rp123,5 triliun. 4 Grafik 14 Pembiayaan Anggaran, Januari - 2009 3 2,4 () () 31,4 17,1 8,1 8,9 14,4 (2,9) (1,9) (4,4) (3,8) Jan Peb Jun (9,5) (11,8) (3) Pembiayaan LN Pembiayaan DN 8

REALISASI APBN, SEMESTER I 2008-2009 (dalam triliun Rupiah) 2008 2009 LKPP % thd APBN-P Sem. I APBN RAPBN-P Sem. I (Audited) APBN-P % thd RAPBN-P A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 895,0 981,6 425,1 47,5 985,7 872,6 367,2 42,1 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 892,0 979,3 424,6 47,6 984,8 871,6 367,0 42,1 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 609,2 658,7 307,5 50,5 725,8 652,1 288,5 44,2 a. Pajak Dalam Negeri 580,2 622,4 288,8 49,8 697,3 632,1 279,5 44,2 b. Pajak Perdagangan Internasional 29,0 36,3 18,8 134,3 28,5 9,0 87,4 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 282,8 320,6 117,1 41,4 258,9 219,5 78,5 35,8 a. Penerimaan SDA 192,8 224,5 93,7 48,6 173,5 14 47,6 34,0 b. Bagian Laba BUMN 31,2 29,1 1,0 3,3 30,8 29,2 3,5 12,1 c. PNBP Lainnya 58,8 63,3 22,4 38,0 49,2 44,4 26,3 59,2 d. Pendapatan BLU 3,7 5,4 5,9 1,1 18,7 II.HIBAH 2,9 2,3 0,5 16,5 0,9 1,0 0,2 20,5 B. BELANJA NEGARA 989,5 985,7 363,6 36,7 1.037,1 1.005,7 372,9 37,1 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 697,1 693,4 246,9 35,4 716,4 696,1 233,0 33,5 1. Belanja K/L 29 262,0 82,6 28,5 322,3 317,0 101,0 31,9 2. Belanja Non K/L 407,0 431,4 167,8 41,2 394,1 379,1 132,0 34,8 II.TRANSFER KE DAERAH 292,4 292,4 116,8 39,9 320,7 309,6 139,8 45,2 1. Dana Perimbangan 278,4 278,7 113,6 40,8 297,0 285,3 134,9 47,3 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 14,0 13,7 3,1 22,5 23,7 24,3 5,0 20,5 C. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (94,5) (4,1) 61,5 (51,3) (133,0) (5,6) % defisit thd PDB (2,1) (0,1) (1,0) (2,5) D. PEMBIAYAAN 94,5 84,1 62,0 65,6 51,3 133,0 47,8 36,0 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,6 102,5 82,0 76,2 60,8 144,8 70,2 48,5 1. Perbankan dalam negeri (11,7) 16,2 (0,5) 4,6 16,6 56,0 1,1 1,9 2. Non-perbankan dalam negeri 119,3 86,3 82,5 69,2 44,2 88,8 69,2 77,9 II.PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (13,1) (18,4) () 152,5 (9,4) (11,8) (22,4) 190,3 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,1 50,2 9,9 20,6 52,2 70,7 16,8 23,8 2. Subsidiary Loan (5,2) (1,4) (13,0) (4,2) 32,7 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (61,3) (63,4) (28,5) 46,5 (61,6) (69,5) (35,0) 50,4 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 8 123,5 () 42,2 a. Pertumbuhan (%) 6,4 6,1 6,3 6,0 4,3 4,1 b. Inflasi (%) 6,5 11,1 11,0 6,2 5,0 3,7 c. Tingkat bunga SBI 3 bulan (%) 7,5 9,3 8,2 7,5 7,5 8,5 d. Nilai tukar (Rp/US$) 9.10 9.692,0 9.259,0 9.40 10.60 11.082,0 e. Harga minyak (US$/barel) 95,0 96,8 109,4 8 61,0 51,6 f. Produksi minyak (MBCD) 0,927 0,931 0,923 0,960 0,960 0,957 9