BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan zaman di dalam dunia pendidikan yang semakin signifikan dan merupakan tata cara

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang lebih banyak telah menggerogoti nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia mengandung nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang antara lain yaitu melindungi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan zaman di dalam dunia pendidikan yang semakin signifikan dan merupakan tata cara berpikir pendidik, dari pendidikan yang berpola pikir awam menjadi berpola pikir modern. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah menciptakan manusia yang berkualitas dan memiliki karakter yang luas sehingga memiliki pandangan hidup yang lebih luas dan lebih maju ke depan, karena pendidikan memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik. Pendidikan seseorang bisa saja dimulai sejak ia masih dalam kandungan hingga dia tumbuh menjadi dewasa, pendidikan bisa diperoleh sepanjang hidup manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil sebuah pengertian bahwa pendidikan adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengetahuan untuk mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang lebih baik. Senada dengan hal di atas (Rosyadi 2004: 17) mengungkapkan bahwa perbincangan di seputar pendidikan pada hakikatnya perbincangan manusia itu sendiri, artinya perbincangan diri sendiri sebagai yang berhak mendapatkan pendidikan karena dasar manusia dan muatan lainnya yang mempunyai nilai pragmatis dalam konteks sosioantropologis, seperti kebutuhan pembangunan. Sedangkan menurut Poerwadarminta yang di kutip (Elmubarok, 2008: 1) mengatakan bahwa dari segi bahasa, pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya. Menurut M.J. Langeveld (dalam Elmubarok, 2008: 2) pendidikan adalah memberikan pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaannya, dalam arti 1

2 dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri. Sama halnya dengan yang diungkapkan Ki Hajar Dewantoro (dalam Elmubarok, 2008: 2) pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral(kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tumbuh anak yang antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anakanak yang kita didik selaras. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik sebuah pengertian bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan dan perubahan tingkah laku peserta didik menuju ke arah yang lebih baik serta menjadi manusia yang berdaya guna bagi hidupnya, bangsa dan negara. Dalam menjalani hidup seseorang tidak bisa dipisahkan dari sebuah pendidikan, karena pendidikan memberikan banyak pelajaran agar dapat menjalani hidup lebih baik dan lebih layak. Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya (Hasbullah, 1997: IX). Dinamika pendidikan di Indonesia mengalami banyak pasang surut kemajuan dan kemunduran, pemerintah terus berupaya memperbaiki sistem pendidikan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia agar lebih baik dan berkembang. Dalam pendidikan faktor individu sangatlah penting dalam membantu perkembangannya pendidikan, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang maha esa yang telah di berikan tugas untuk membangun kehidupan yang berharkat dan bermartabat, menjadi makhluk yang bermoral, berakhlak mulia dan berbudi luhur. Dan sebab itu, pendidikan merupakan upaya memberdayakan manusia untuk berkembang menjadi manusia yang seutuhnya, yaitu dengan memegang teguh dan menjunjung tinggi norma-norma beragama dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu maupun makhluk sosial. (Kemendiknas, 2010) Pendidikan nasional memandang manusia sebagi makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kelebihannya, makhluk individu dengan hak dan

3 kewajibannya, serta makhluk sosial dengan tanggung jawabnya di masyarakat. Mereka berada di dalam kehidupan modern yang penuh dengan tantangan kehidupan. Berangkat dari pandangan itulah, tujuan pendidikan di semua jalur dan jenjang untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2009). Di masa modern seperti ini banyak orang yang mulai melupakan bagaimana asal usulnya diri mereka sendiri, dan juga dengan mulai masuknya budaya-budaya dari luar mulai membuat bergesernya corak budaya dari bangsa. Corak bahasa, asal usul kebudayaan, kearifan lokal sudah mulai terpinggirkan dengan masuknya budaya baru dari luar. Kondisi seperti ini telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mulai membuka diri dengan adanya kebudayaan baru dari luar. Salah satunya adalah mulai memudarnya sejarah atau masa lalu sejarah yang merupakan identitas sebuah bangsa, karena setiap negara tentunya memiliki sejarah bangsa yang berbeda-beda. Tentunya telah menjadi sebuah hal yang harus di jadikan sebuah pelajaran bagi sebuah bangsa untuk melangkah ke depan di dalam sebuah ke tidak pastian. Dalam kehidupan di masa kini pola di dalam kehidupan lebih bersifat praktis saja, yang hanya mementingkan kepuasan tanpa melakukan sebuah pekerjaan yang berat. Mungkin bisa dikatakan apa keuntungan dengan adanya kesadaran sejarah, dapat dikatakan mungkin kesadaran tidak dapat memberikan keuntungan materil namun kesadaran sejarah dapat memberikan keuntungan guna. Sejarah sebagai pengalaman tentunya dapat memberikan semangat pandangan hidup di dalam menatap masa depan. Nilai guna tidaklah harus dalam bentuk material namun bisa juga di dalam sebuah ilmu. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, mendorong setia guru untuk menciptakan sebuah inovasi baru dalam pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan tidak terkesan terlihat membosankan dan juga dapat lebih membantu peserta didik dalam menangkap setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Khususnya pada mata pelajaran sejarah yang sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran yang membosankan, terlebih lagi dianggap

4 sebagai sebuah pelajaran cerita, tentunya guru harus bisa mengubah paradigma pandangan mengenai mata pelajaran sejarah. Dengan berbagai macam perkembangan yang ada guru harus mampu mengembangkan materi pelajaran dan mengaitkan dengan keadaan sekitar peserta didik agar peserta didik tidak hanya belajar dengan apa yang disampaikan pada proses pembelajaran namun juga belajar dari lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, di peroleh hasil pengamatan berupa kemampuan berpikir kritis yang rendan di tinjau dari proses belajar yang berlangsung di kelas. Siswa cenderung kurang mau mengaitkan sebuah peristiwa atau kejadian yang ada dengan hal-hal yang sama kejadiannya, kemudian siswa juga kurang mau mendalami sebuah kejadian atau sebuah peristiwa sejarah atau pun mau menggali lebih dalam pengetahuan mereka mengenai tokoh-tokoh pahlawan nasional. Mereka cenderung menerima begitu saja atas apa yang diperoleh dari penjelasan guru. Sementara itu juga diperoleh data tentang semakin lemahnya karakter para siswa, hal ini ditinjau dari masih banyaknya siswa yang membolos saat jam pelajaran berlangsung serta bermalas-malasan dalam belajar dan cenderung lebih senang saat jam pelajaran kosong. selain hal tersebut juga hal dalam tatatertib sekolah yang masih kuranh di indahkan oleh para siswa, salah satunya disiplin dalam berpakain yang rapi. Sosok Raden Inten II adalah sosok tauladan yang cukup baik, hal itu di sebabkan karena Raden Inten adala orang yang tidak mudah menyerah terhadap suatu hal, di usianya yang masih muda ia mampu mengemban beban berat dalam memimpin pasukan sekaligus menjadi pemimpin bagi rakyat lampung. Ia adalah orang yang gigih dalam berjuang melawan penjajahan belanda, Raden Inten II tumbuh dalam lingkunagn Islam yang sangat kuat, ia juga memiliki jiwa yang besar seta ketabahan dan keberanian. Selain hal tersebut faktor kepemimpinan dan jiwa patriotisme juga dimiliki Raden Inten II sehingga sosok Raden Inten II sangatlah tepat untuk menjadi contoh yang baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa. Dengan semakin merosotnya kepedulian peserta didik terhadap bangsanya, tentulah pelajaran sejarah memiliki andil penting dalam menanamkan sikap karakter kepada peserta didik. Supaya peserta didik akan lebih mampu

5 meningkatkan kemampuan berpikir dan penguatan karakter mereka. Berangkat dari hal terbut guru diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar yang lebih interaktif sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam menanamkan kemauan berpikir kritis dan penguatan karakter dalam lembaga pendidikan salah satunya adalah melalui pendidikan sejarah. salah satu fungsi dari sejarah adalah mengenang kejadian-kejadian masyarakat di masa lampau, serta sewaktu-waktu dapat menjadi bahan acuan bagi masyarakat sekarang sebagai bahan pertimbangan. Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan/sikap, dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini (Agung & Wahyuni, 2013:55). Sama halnya dengan yang di ungkapkan Hamid Hasan (dalam Sutanto, 2014: 35) pendidikan sejarah merupakan materi pendidikan yang teramat penting untuk mencapai empat tujuan. Pertama pendidikan sejarah memberikan materi pendidikan yang mendasar, mendalam dan berdasarkan pengalaman nyata bangsa di masa lalu untuk membangun kesadaran dan pemahaman tentang diri dan bangsanya. Kedua, materi pendidikan sejarah merupakan materi pendidikan yang khas dalam membangun kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, dan kreatif karena berkenaan sesuatu yang sudah pasti dalam kehidupan bangsa di masa lampau dan selalu berkenaan dengan perilaku manusia yang dikendalikan oleh cara berpikir logis, kritis, analitis, dan kreatif yang sesuai dengan tantangan kehidupan yang dihadapi pada masanya. Ketiga, pendidikan sejarah menyajikan materi dan contoh keteladanan, kepemimpinan, kepeloporan, sikap dan tindakan manusia dalam kelompoknya yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia tersebut. Keempat, kehidupan manusia selalu terkait dengan masa lampau karena walau pun hasil tindakan dalam menjawab tantangan bersifat final tetapi basil dari tindakan tersebut selalu memiliki pengaruh yang tidak berhenti hanya untuk masanya tetapi berpengaruh terhadap masyarakat tadi dalam menjelaskan kehidupan barunya, dan oleh karenanya peristiwa sejarah menjadi bank of examples untuk digunakan dan disesuaikan sebagi tindakan dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini. Dari penjelasan tersebut dapat diambil

6 pengertian bahwa pembelajaran sejarah memiliki posisi yang sangat strategis dalam membuka pandangan peserta didik. Selain itu Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa materi sejarah sebagai berikut: (1) mengandung nilai -nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik; (2) membuat khazanah mengenai peradaban bangsa -bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan; (3) menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa; (4) sarat dengan aja ran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi kritis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; (5) berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tokoh pahlawan nasional dalam pembelajaran sejarah adalah hal yang penting. Pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan tokoh pahlawan nasional yang ada di lingkungan daerah peserta didik. Tokoh pahlawan nasional yang memiliki karisma dan biografi sebagai tokoh yang berjuang untuk bangsa serta daya tarik tersendiri sebagai sosok yang dikagumi oleh masyarakat akan jasanya bagi bangsa Indonesia, dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran di kelas. Dengan demikian para peserta didik dapat meningkatkan kemauan berpikir kritis dan penguatan karakter peserta didik untuk dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pahlawan nasional yang memiliki biografi sebagai seorang pejuang yang dapat menjadi contoh baik adalah Raden Inten II yang berasal dari daerah Lampung. Raden Inten II adalah sosok pahlawan nasional yang memiliki jiwa kepemimpinan dalam menyegerakan rakyat Lampung untuk melawan kolonialisme Belanda, ia mendapatkan gelar Raden Inten ketika ia masih berusia 16 tahun. Di usianya yang masih muda ia sudah mampu menjadi pemimpin, ia juga mampu menjalankan pemerintahan dengan sangat baik. Selain itu juga Raden Inten

7 II juga menjabat sebagai panglima perang kerajaan. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya ia mampu menggerakkan rakyat untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan bangsa Belanda. Berdasar penjelasan tersebut, peneliti diharapkan mampu membuat peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter peserta didik melalui Biografi Raden Inten II. Selain itu juga peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan sikap karakter tersebut dam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi judul dalam penelitian ini adalah Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Tentang Biografi Raden Inten II untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguatan Karakter Siswa SMA Negeri 2 Sekampung. Penelitian ini mencoba mengembangkan bahan ajar sejarah berbasis biografi Raden Inten II dengan tujuan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter peserta didik. Selain itu juga di harapkan peserta didik dapat mampu menguasai kemampuan kompetensi akademi sejarah mengenai perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam melawan kolonialisme penjajahan Bangsa Belanda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan agar hasil penelitian ini lebih terfoku, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pembelajaran sejarah yang berlangsung selama ini di SMA Negeri 2 Sekampung, khususnya mengenai bahan ajar pembelajarannya? a. Bagaimana pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa? b. Bagaimana kebutuhan terhadap penggunaan bahan ajar sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa? 2. Bagaimanakah prosedur pengembangan bahan ajar sejarah tentang biografi Raden Inten II?

8 3. Bagaimana keefektifan bahan ajar sejarah dengan memanfaatkan biografi Raden Inten II untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Sekampung yang berlangsung selama ini, khususnya berkenaan dengan penggunaan bahan ajar sejarah. a. Mendeskripsikan pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa. b. Menganalisis kebutuhan terhadap penggunaan bahan ajar sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa. 2. Mendeskripsikan prosedur pengembangan bahan ajar sejarah tentang biografi Raden Inten II. 3. Mendeskripsikan efektifitas bahan ajar sejarah dengan memanfaatkan biografi Raden Inten II untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter pada siswa. D. Manfaat Penelitian Produk utama penelitian ini adalah bahan ajar sejarah dengan memanfaatkan biografi Raden Inten II untuk meningkatkan kemapuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa SMA Negeri 2 Sekampung. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini akan menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat bagi guru mata pelajaran sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa sejarah yang terjadi di daerah/ lingkungan sekitar peserta didik, khususnya dalam penggunaan bahan ajar sejarah berupa modul yang sesuai dengan SK KD, yang memanfaatkan Biografi Raden Inten II untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter pada siswa. Bagi siswa, untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang sejarah daerahnya, dan melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah yang terjadi di lingkungan sekitar mereka

9 secara benar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah peserta didik. 2. Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dihubungkan dengan kebutuhan daerah, melalui pemanfaatan biografi Raden Inten II yang merupakan keunggulan daerah sebagai bahan ajar sejarah yang menarik dan inovatif yang dirancang oleh guru mata pelajaran sejarah. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pengembangan bahan ajar sejarah dengan memanfaatkan biografi tokoh-tokoh pahlawan yang ada di daerah sekitar. E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Produk pengembangan bahan ajar sejarah yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bahan ajar sejarah tentang biografi Raden Inten II yang berdasarkan kurikulum KTSP. 2. Bahan ajar sejarah tentang biografi Raden Inten II untuk Kelas XI disusun sesuai dengan komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan kebahasaan. 3. Secara garis besar bahan ajar sejarah tentang biografi Raden Inten II untuk siswa SMA berisi tentang judul bahan ajar, petunjuk umum, tujuan yang harus dicapai, peta konsep, materi pembelajaran, rangkuman materi, tugas dan latihan, soal evaluasi, dan kunci jawaban. F. Asumsi Keterbatasan Pengembangan Peserta didik merasa bahwa belajar Sejarah saat ini terkesan kurang menarik dan monoton saja, serta banyak peserta didik yang masih menganngap remeh pelajaran sejarah. Hal ini disebabkan karena kurangnya penggunaan bahan ajar yang menarik yang menggugah minat peserta didik dalam mata pelajaran sejarah, serta dapat dilihat dari minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah. Selain hal tersebut kurangnya bahan ajar yang digunakan juga dapat dilihat ari rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan juga lehamnya karakter peserta didik. Fenomena tersebut terjadi pada kelas XI IPS I dan II SMA Negeri 2

10 Sekampung, sehingga perluadanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dan salah satunya yaitu dengan pengembangan bahan ajar sejaran tentang biografi Raden Inten II untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguatan karakter siswa kelas XI IPS I dan II SMA Negeri 2 Sekampung. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pada pengembangan bahan ajar itu sendiri yang saat ini belum di produksi. Bahan ajar yang ada sekarang baru sebatas sarana penyampaian materi belum berada pada tingkat yang menarik untuk dibaca dan dipelajari oleh peserta didik. G. Definisi Istilah Terdapat beberapa istilah dalam rumusan judul penelitian ini yang perlu mendapat pembatasan agar tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda dan sekaligus memberikan panduan yang jelas tentang istilah yang maksud. Adapun istilah-istilahnya adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan. Pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menhasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 297) 2. Bahan Ajar Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru / instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bias berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis (Purwanto, Djandji 2014: 171) 3. Pembelajaran Sejarah Slah satu manfaat utama sejara dalam pendidikan adalah bahwa ilmu ini berkembang dari tahap sangat dasar hingga mencapai tahap perbaikan terakhir berupa semangat berpikir skeptis (Rowse, 2014: 153).

11 4. Biografi Raden Inten II Raden Inten II lahir di Lampung pada tahun 1834, ia merupakan putera dari Raden Imba II yang merupakan anak dari Raden Inten I. jadi Raden Inten adalah cucu dari Raden Inten I, di usianya yang masih muda yaitu 16 tahun, ia suda di percayai sebagai penguasa Negara Ratu(sekarang Lampung (Mirnawati, 2013: 30). 5. Berpikir Kritis Berpikir Kritis adalah sebuah proses yang teroganisir yang memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahsa yang mendasari pernyataan orang lain (Triyuningsih, 2011: 17-18). 6. Karakter Karakter adalah ciri-ciri yang unik dan terpatri dalam diri seseorangyang terlihat dalam sikap, perilaku, dan tindakan yang terejawatkan secara konsisten dalam memproses sebagai situasi (Aqib, 2012: 26)