GAYA KELEKATAN ( ATTACHMENT STYLE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

BAB II KAJIAN TEORI. Bowlby (Johnson & Medinnus, 1974) menggambarkan konsep attachment

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus

2015 HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT PADA PENGASUH DENGAN SELF-DISCLOSURE REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK WISMA PUTRA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan pendekataan kualitatif. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya. resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami kejadian tentang sesuatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ditinjau dari tempat atau lokasi penelitiannya, penelitian ini termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan target atau yang disebut sebagai standar keahlian. keahlian atau pun standar keunggulan (standard of excellent).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Konveksi Lida Jaya Padurenan Kudus.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. HalinisesuaidenganpendapatSugiyonoyangmendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai berikut: 69

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dalam penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan dari. bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan campuran, sebagaimana yang diungkapkan oleh Creswell (2009)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 76 Dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menyajikan

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) SANTRIWATI TERHADAP PEMBINA (USTADZAH) DI PONDOK PESANTREN TERPADU AL-YASINI PASURUAN (Studi Kasus Pada Santri Kelas 2 Tingkat SLTP Di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini Pasuruan) Siti Rohmah 1, Drs. Zainul Arifin, M.Ag 2, 2014 Mahasiswa Jurusan Psikologi UIN Malang NIM 10410083 1, Dosen Pembimbing 2 Email: fadeaway19@gmail.com ABSTRAK Pesantren merupakan salah satu sarana tempat belajar, banyak orang tua yang ingin anaknya bisa mendalami ilmu umum dan agama secara seimbang. Jika di rumah anak dekat dengan orang tua, jika di pesantren anak akan dekat dengan ustadzah. Kelekatan orang tua dan ustadzah seharusnya sama atau hampir sama terhadap anak. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana gaya kelekatan santriwati terhadap ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini?, (2) bagaimana problem gaya kelekatan santriwati terhadap ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini?, (3) faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kelekatan santriwati terhadap ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini?, (4) bagaimana upaya meningkatkan gaya kelekatan santriwati terhadap ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan desain penelitian studi kasus yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, komunitas, ataupun situasi sosial. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Analisa data menggunakan metode Miles dan Hoberman dengan melalui tiga tahap, yaitu: data reduction, data display, dan conclution drawing atau verivication. Subjek penelitian santri putri Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini yang masih duduk di bangku SLTP. Hasil dari penilitian yang telah dilakukan bahwasannya (1) kondisi gaya kelekatan subjek pada ustadzah itu cenderung termasuk gaya kelekatan secure attachment. Namun tidak hanya pada pembina, ternyata pada teman dan sahabatnya subjek juga memiliki gaya kelekatan yang aman. (2) Tidak terjadi problem pada fase perkembangan kelekatan pada subjek meskipun ada pengalihan pengasuhan sementara dari ibu ke bude subjek sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi terhadap kualitas kelekatan subjek di kemudian, terbukti dengan adanya kualitas kelekatan yang aman pada subjek dengan pembina, sebagai figur pengganti ibu di pesantren. (3) Faktor kelekatan yang mempengaruhi gaya kelekatan memang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Hanya saja dalam

kasus ini muncul faktor lain yaitu tingkat rasa humor yang tinggi. (4) Dalam meningkatkan gaya kelekatan yang aman ustadzah memiliki lima strategi dari enam strategi yang sudah ada. Adapun strategi tersebut bisa meningkatkan aspekaspek dasar terbentuknya kelekatan yaitu sensitivitas dan responsivitas figur. Kata kunci: Gaya kelekatan, Kelekatan, Santriwati. PENDAHULUAN Kebanyakan santriwati yang tinggal di pondok pesantren tidak lekat dengan para ustadzahnya. Hasil observasi awal mengatakan bahwa dari 150 santriwati SLTP di asrama E, lebih dari 50 % dari mereka mengaku cenderung tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100 santriwati yang diberi angket hanya 76 yang menjawab, dari 76 santriwati tersebut diperoleh 64 santriwati cenderung tidak dekat dan sisanya 12 santriwati cenderung dekat. Kelekatan pada remaja menjadi penting karena ada hubungannya dengan pemenuhan akan kebutuhan khas remaja. Pemenuhan akan kebutuhan tersebut menjadikan remaja mengalami berbagai perubahan secara fisik, emosi dan sosial. Garrison (dalam Mappiare, 1982:45) mencatat ada 7 kebutuhan khaspada remaja yaitu: (1) kebutuhan akan kasih sayang, (2) kebutuhan akan keiikutsertaan dan diterima dalam kelompok, (3) kebutuhan untuk berdiri sendiri, membuat berbagai pilihan dan membuat keputusan, (4) kebutuhan untuk berprestasi, (5) kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, (6) kebutuhan untuk dihargai, dan (7) kebutuhan untuk memperoleh filsafah hidup. Istilah kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Bowlby (Johnson & Medinnus, 1974) menggambarkan konsep attachment sebagai sebuah pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. Menurut Martin Herbert dalam The Social Science Encyclopedia (Kuper & Kuper, 2000) mengatakan bahwa attachment mengacu pada ikatan antara dua orang individu atau lebih yang sifatnya adalah hubungan psikologis yang diskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu (Desmita, 2006:120). ii

Kelekatan orang tua dan ustadzah seharusnya sama atau hampir sama terhadap anak karena pada umumnya rasa kasih sayang anak remaja lebih ditujukan kepada orang-orang di luar rumah sendiri dari pada orang tua atau keluarganya seperti teman, lawan jenis dan beberapa orang yang didewadewakannya (Soesilowindradini, tt:167) yang seharusnya termasuk ustadzah, namun tidak begitu dalam realitanya. Sedangkan definisi gaya kelekatan (attachment style) itu adalah derajat keamanan yang dialami dalam hubungan interpersonal. Gaya-gaya yang berbeda pada awalnya dibangun pada saat masih bayi, tetapi perbedaan dalam kelekatan tampak mempengaruhi perilaku interpersonal sepanjang hidup (Byrne, 2004: 10). Eksperimen Bartholomew dan Horowitz (1991) mencoba menjelaskan gaya/pola attachment masa dewasa awal ke dalam empat model ketegori attachment. Mengikuti teori model mental diri yang dikemukakan oleh Bowlby, Bartholomew & Horowitz (1991) mengemukakan bahwa model mental diri berisi pandangan terhadap diri dan orang lain serta dikotomisasi tiap pandangan kedalam positif dan negatif. Walaupun teori empat model gaya/pola attachment oleh Bartholomew dan Horowitz diperuntukkan bagi dewasa muda, namun Eavest (2007: 17-24) menyatakan bahwa empat model gaya/pola attachment dapat digunakan juga pada remaja. Empat model kategori attachment terdiri dari gaya/pola secure attachment (kelekatan aman), preoccupied attachment (kelekatan terikat), dismissing attachment (kelekatan lepas), dan fearful attachment (kelekatan cemas). Rumusan masalah dalam penelitian rasa hormat santri di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini sebagai berikut : 1. Bagaimana gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini? 2. Bagaimana problem gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini? 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini? iii

4. Bagaimana upaya meningkatkan gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini? Adapun tujuan dalam penelitian rasa hormat santri di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. 2. Untuk memetakan problem gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. 3. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. 4. Untuk menemukan upaya meningkatkan gaya kelekatan santriwati pada ustadzah di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Desain penelitian ini adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, komunitas, ataupun situasi sosial. Berdasarkan kriteria dalam pengambilan subyek diatas maka peneliti dalam mengambil sampel menggunakan metode purposive sampling, artinya sampel atau subjek diambil dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2002:117), dalam penelitian ini subyek yang diambil adalah santri putri Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini yang masih duduk di bangku SLTP. Subjek penelitian terdiri dari satu responden, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Santri putri yang tinggal di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. 2. Subjek pada usia remaja awal memasuki remaja tengah. 3. Dekat dengan pembina. Hal yang jarang terjadi pada remaja yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini berkaitan dengan tingkat analisis dan fokus fenomena lapangan yang dikaji, adalah sebagai berikut: iv

Observasi partisipan Observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari imu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Adapun alat observasi yang digunakan adalah anekdotal dan catatan berkala. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, dengan melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2003: 180). Menurut Sugiyono (2008:89), analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Mengacu pada metodologi penelitian Sugiyono (2008:90), maka peneliti dalam menganalisa data menempuh dua proses sebagai berikut: 1. Analisis sebelum di lapangan 2. Analisis selama di lapangan model Miles and Huberman. Adapun uji keabsahan data dilakukan dengan empat kriteria, yaitu : 1. Credibility (kredibilitas) dan Triangulasi 2. Transferability (keteralihan) 3. Dependability 4. Confirmability (dapat dikonfirmasi) HASIL 1. Kondisi Gaya Kelekatan Santri Pada Ustadzah Dari hasil paparan data dan analisis, dapat disimpulkan bahwa untuk menjawab rumusan masalah pertama bahwasannya kondisi gaya kelekatan subjek pada ustadzah cenderung termasuk gaya secure attachment (kelekatan aman). Namun tidak hanya pada ustadzah, ternyata pada teman dan sahabatnya subjek juga memiliki gaya kelekatan yang aman. Hal ini ditunjukkan dengan subjek merasa nyaman dengan ustadzah dan terkadang v

dengan temannya, mengakui bahwa ustadzah sebagai dasar pengetahuan, dan subjek menganggap ustadzah lebih peduli. Bila dilihat dari menilai hububungannya, WD masih ada kecenderungan mempertahankan kebebasannya yang mana ini salah satu ciri dari tiga ciri gaya dismissing attachment (kelekatan lepas). Kesemua bentuk sikap tersebut merupakan penjabaran yang mencakup dari dimensi empat gaya kelekatan. 2. Problem Yang Terjadi Dalam Gaya Kelekatan Santri Pada Ustadzah Dari hasil paparan data dan analisis, bahwasannya tidak terjadi problem pada fase perkembangan kelekatan pada subjek meskipun ada pengalihan pengasuhan sementara dari ibu ke bude subjek. Karena tahapan yang harus dilalui di awal mulai bayi sampai usia 6 bulan dijalani oleh ibunya sendiri seperti biasa pengasuhan pada umumnya. Sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi terhadap kualitas kelekatan subjek di kemudian hari, terbukti dengan adanya kualitas kelekatan yang aman pada subjek dengan ustadzah, sebagai figur pengganti ibu di pesantren. Walaupun ada beberapa ustadzah lain yang menjadi figur tidak aman bagi WD, kualitas kelekatan itu berubah dan terbukti dengan WD tetap menjaga rasa hormat terhadap ustadzah lain tersebut. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kelekatan Santri Pada Ustadzah Dari apa yang sudah dijelaskan di atas bahwasannya faktor kelekatan yang mempengaruhi gaya kelekatan memang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keturunan dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternalnya adalah pengalaman masa lalu. Yang dimaksudkan keturunan yaitu cara berpikir dan bertindak tidak jauh beda dalam suatu hubungan. Contohnya WD suka marah karena WD melihat ibunya sering marah ketika bertengkar dengan ayahnya. Hanya saja dalam kasus ini ada tambahan yaitu tingkat rasa humor yang tinggi ternyata juga masuk dalam faktor yang dapat mempengaruhi gaya kelekatan, khususnya subjek terhadap ustadzahnya. vi

4. Strategi Yang Digunakan Ustadzah Untuk Meningkatakan Gaya Kelekatan Santri Pada Ustadzah Dari ulasan di atas bahwasannya ustadzah memiliki strategi untuk meningkatkatkan gaya kelekatan yang aman, karena dengan stategi tersebut bisa meningkatkan aspek-aspek dasar yang membentuk kelekatan dengan lima strategi yang telah disebutkan sebelumya. Adapun aspek-aspek yang mendasari terbentuknya kelekatan yaitu sensitivitas dan responsivitas figur, dalam hal ini adalah ustadzah. Berarti di sini ustadzah belum bisa melakukan keenam strategi tersebut yang seharusnya harus dapat diterapkan semua. KESIMPULAN Kondisi gaya kelekatan subjek pada ustadzah itu cenderung termasuk gaya kelekatan secure attachment. Namun tidak hanya pada pembina, ternyata pada teman dan sahabatnya subjek juga memiliki gaya kelekatan yang aman. (2) Tidak terjadi problem pada fase perkembangan kelekatan pada subjek meskipun ada pengalihan pengasuhan sementara dari ibu ke bude subjek sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi terhadap kualitas kelekatan subjek di kemudian, terbukti dengan adanya kualitas kelekatan yang aman pada subjek dengan pembina, sebagai figur pengganti ibu di pesantren. (3) Faktor kelekatan yang mempengaruhi gaya kelekatan memang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Hanya saja dalam kasus ini muncul faktor lain yaitu tingkat rasa humor yang tinggi. (4) Dalam meningkatkan gaya kelekatan yang aman ustadzah memiliki lima strategi dari enam strategi yang sudah ada. Adapun strategi tersebut bisa meningkatkan aspek-aspek dasar terbentuknya kelekatan yaitu sensitivitas dan responsivitas figur. vii

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Baron & Byrne. (2004). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi & Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi & Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soesilowindradini. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya: Usaha Nasional. Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. viii