Menimbang : Mengingat :

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA TASIKMALAYA

M E M U T U S K A N : : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 40/MPP/Kep/1/2003 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 126 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG.

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 45/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Angka Pengenal Importir.

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 61/MPP/Kep/2/2004 TENTANG PERDAGANGAN GULA ANTAR PULAU

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 234/MPP/Kep/6/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 107/MPP/Kep/2/1998 TENTANG

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 372/MPP/Kep/12/2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 12/M-DAG/PER/6/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR ROTAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/8/2012 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 36/M-DAG/PER/8/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR ROTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 35/M-DAG/PER/5/2012

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 17/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 527/MPP/Kep/9/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR GULA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-DAG/PER/6/2005 TANGGAL 10 JUNI 2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR INTAN KASAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35/M-DAG/PER/8/2009 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 300/Kpts-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

Lampiran I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.24/Menhut-II/2009 TANGGAL : 1 April 2009

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kewenangan. Izin. Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan.

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 35, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG

2012, No.73 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin un

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Surat Izin Usaha Perdagangan. Perubahan.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M-DAG/PER/6/2005 TANGGAL 30 JUNI 2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR ROTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202, 2009

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 9/MPP/Kep/1/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR BERAS

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/3/2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 332/KPTS/M/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 7/MPP/Kep/1/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 141/MPP/Kep/3/2002 TENTANG NOMOR PENGENAL IMPORTIR KHUSUS (NPIK)

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 751/MPP/Kep/11/2002 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA CANAI LANTAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 550/MPP/Kep/10/1999 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)

P E R A T U R A N MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 402/MPP/Kep/11/1997 TENTANG KETENTUAN PERIZINAN USAHA PERWAKILAN PERUSAHAAN PERDAGANGAN ASING

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA T E N T A N G KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 21/M-DAG/PER/6/2008 T E N T A N G

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/M-DAG/PER/7/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Penanaman Modal. Izin Usaha. Izin Perluasan. Pelimpahan. Kewenangan.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR : 199/MPP/Kep/6/2001 TENTANG PERSETUJUAN PENYELENGGARAAN PAMERAN DAGANG, KONVENSI DAN ATAU SEMINAR DAGANG MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGANREPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan manfaat dan tertib usaha penyelenggaraan pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang baik dalam rangka peningkatan pemasaran dan penggunaan barang dan atau jasa hasil produksi dalam negeri maupun pemasaran produk internasional di dalam negeri, dipandang perlu untuk melakukan pengaturan persetujuan penyelenggaraan pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang; b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonnantie Tahun 1934 (Stbl. 1938 Nomor 86); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3346); 3. Undang -Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3113) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3734); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah; 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode Tahun 1999-2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177/M Tahun 2001; 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2001; 10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001; 11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 402/MPP/Kep/11/1997 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing; 12. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSETUJUAN PENYELENGGARAAN PAMERAN DAGANG, KONVENSI DAN ATAU SEMINAR DAGANG. Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pameran Dagang adalah kegiatan mempertunjukkan, memperagakan, memperkenalkan dan atau menyebarluaskan informasi hasil produksi barang dan atau jasa di suatu tempat dalam jangka waktu tertentu kepada masyarakat untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang. 2. Konvensi dan atau Seminar Dagang adalah pertemuan sekelompok orang untuk membahas permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan pameran dagang. 3. Penyelenggara Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Perusahaan Perorangan, Badan Usaha, Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing dan atau instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah yang menyelenggarakan dan mengelola kegiatan pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang. 4. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional adalah pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang yang diikuti peserta dan atau barang/jasa berasal dari beberapa negara termasuk yang diselenggarakan Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing di Indonesia. 5. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Nasional adalah pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang yang diikuti peserta dan atau barang/jasa berasal dari beberapa Propinsi. 6. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Lokal adalah pameran dagang, konvensi dan atau seminar dagang yang diikuti peserta dan atau barang/jasa dari satu atau beberapa Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi. 7. Asosiasi adalah wadah Penyelenggara yang didirikan secara sah dan terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan atau Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota serta terdaftar sebagai anggota Kamar Dagang dan Industri atau Kamar Dagang dan Industri Daerah. 8. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perdagangan. BAB II PENYELENGGARAAN PAMERAN DAGANG, KONVENSI DAN ATAU SEMINAR DAGANG Pasal 2 Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang diklasifikasikan dalam bentuk : 1. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional

2. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Nasional 3. Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Lokal Pasal 3 (1) Setiap Penyelenggara Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional, wajib memperoleh Surat Persetujuan dari Menteri. (2) Menteri melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri untuk menerbitkan Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional Pasal 4 Setiap Penyelenggara Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Nasional, wajib memperoleh Surat Persetujuan dari Gubernur dalam hal ini Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan. Pasal 5 Setiap Penyelenggara Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Lokal, wajib memperoleh Surat Persetujuan dari Bupati/Walikota dalam hal ini Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan. Pasal 6 Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4 dan 5 berlaku untuk 1 (satu) kali penyelenggaraan. Pasal 7 Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat dilakukan oleh Penyelenggara yang telah memperoleh Surat Persetujuan. Pasal 8 (1) Perusahaan Asing yang tidak mempunyai Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing hanya dapat menyelenggarakan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional sepanjang bekerjasama dengan Penyelenggara. (2) Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing dapat menyelenggarakan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional sepanjang untuk mempromosikan produknya sendiri atau produk kelompok usaha yang diwakilinya. (3) Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki Surat Penunjukan/Perjanjian dari Perusahaan Asing yang bersangkutan yang dilegalisasi oleh Kepala/Pejabat Perwakilan RI di negara perusahaan bersangkutan. BAB III TATA CARA PEMBERIAN PERSETUJUAN Pasal 9 (1) Permohonan Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Internasional sebagaimana dimaksud Pasal 3 diajukan selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari kerja sebelum pelaksanaan dengan melampirkan :

a. Foto copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Izin Usaha Jasa Pameran/Konvensi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Izin Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), kecuali penyelenggara dari Instansi Pemerintah; b. Keterangan waktu dan tempat yang dikeluarkan oleh pengelola tempat dan atau gedung; c. Daftar negara asal peserta dan atau pembicara dari luar negeri; d. Jenis barang/jasa yang akan dipamerkan; e. Profile Pameran; dan f. Profile Perusahaan. (2) Permohonan Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang Nasional atau Lokal sebagaimana dimaksud Pasal 4 atau Pasal 5 diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pelaksanaan dengan melampirkan : a. Foto copy Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Izin Usaha Jasa Pameran/Konvensi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), kecuali penyelenggara dari Instansi Pemerintah; b. Keterangan waktu dan tempat yang dikeluarkan oleh pengelola tempat dan atau gedung; c. Daftar peserta pameran dan atau pembicara dari luar daerah; d. Jenis barang/jasa yang akan dipamerkan; e. Profile Pameran; dan f. Profile Perusahaan. Pasal 10 Surat Persetujuan sebagaimana dimaksud Pasal 3, 4 dan 5 tidak diberikan apabila di suatu lokasi yang sama dan atau di lokasi yang berdekatan pada waktu/jadwal yang bersamaan dan jenis barang/jasa yang dipamerkan sama dan atau judul/temanya sama dengan Surat Persetujuan yang diterbitkan sebelumnya. Pasal 11 (1) Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang sebagaimana dimaksud Pasal 3, 4 dan 5 diterbitkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 9 diterima lengkap dan benar. (2) Permohonan Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang sebagaimana dimaksud Pasal 3, 4 dan 5 ditolak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima apabila persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 9 tidak lengkap dan atau tidak benar. (3) Tembusan Surat Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada instansi terkait. Pasal 12 Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang yang dibiayai Pemerintah, tetapi dilaksanakan oleh Penyelenggara swasta, penyelenggaranya wajib mendapat Sertifikasi dari Asosiasi. Pasal 13 Apabila terjadi perubahan atas judul/tema dan atau waktu/jadwal serta tempat penyelenggaraan setelah Surat Persetujuan diterbitkan, Penyelenggara wajib menyampaikan perubahan dimaksud disertai alasan perubahan kepada Pejabat yang mengeluarkan Surat Persetujuan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari keja sebelum pelaksanaan.

BAB IV KEWAJIBAN Pasal 14 Penyelenggara wajib : 1. Mentaati peraturan per Undang-undangan yang berlaku 2. Mereekspor barang pameran dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang kepada pejabat penerbit Surat Persetujuan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pelaksanaan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang. 4. Menyampaikan laporan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang yang tidak dapat dilaksanakan kepada pejabat penerbit Surat Persetujuan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pelaksanaan yang seharusnya dilaksanakan. BAB V S A N K S I Pasal 15 (1) Penyelenggara Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang sebagaimana dimaksud Pasal 3, 4 dan 5 yang tidak memiliki Surat Persetujuan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin usahanya sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Pejabat yang menerbitkan izin. Pasal 16 (1) Apabila penyelenggara melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 14 atau penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang menyimpang dari maksud dan tujuan penyelenggaraan semula, penyelenggara yang bersangkutan dikenakan sanksi tidak diberikan Surat Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang berikutnya. (2) Penyelenggara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 butir 1 (satu) dan butir 2 (dua) dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan oleh instansi yang berwenang. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Surat Persetujuan Pameran Dagang, Konvensi dan atau Seminar Dagang yang telah diperoleh penyelenggara sebelum Keputusan ini ditetapkan, dinyatakan tetap berlaku. Pasal 18 Ketentuan pelaksanaan Keputusan ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 Juni 2001 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA LUHUT B. PANDJAITAN