LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM LINGKUNGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SELAYAR. dan BUPATI SELAYAR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

SALINAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 15 Tahun 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 23 TAHUN 2002 SERI E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 04 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 25 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BAU-BAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PEDOMAN OPERASIONAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2002

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2008 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (PPNSD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 6 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G Nomor : 5 Tahun : 1986 Seri : D.

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 8 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

KABUPATEN CIANJUR TAI{UN :?oot

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. bahwa penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil; b. bahwa dalam rangka penegakan dan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Tangerang, maka pengaturan mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, TLN Nomor 3890); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 18, TLN Nomor 3518); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50, TLN Nomor 3176); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, TLN Nomor 3258); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 77); 9. Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M.18-PW.07.03 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan Pengangkatan, Mutasi dan Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 11. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pakaian Dinas Lapangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 2 Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang; 3. Walikota adalah Walikota Tangerang; 4. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi

wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah; 5. Penyidik POLRI adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981; 6. Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Jo Nomor 43 Tahun 1999; 7. Tindak Pidana adalah Tindak Pidana Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah. 3 BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 (1) PPNS berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Pimpinan organisasinya; (2) Bentuk, susunan organisasi dan tata kerja organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diatur dengan Keputusan Walikota. Pasal 3 PPNS mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 3 Peraturan Daerah ini, PPNS mempunyai wewenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. Pasal 5 PPNS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 Peraturan Daerah ini berada dibawah koordinasi dan pengawasan Penyidik POLRI. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN

4 Pasal 6 Kepada PPNS disamping hak-haknya sebagai PNS sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo. Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, diberikan tunjangan yang besarnya ditetapkan oleh Walikota dengan memperhatikan kemampuan keuangan Daerah. Pasal 7 PPNS sesuai dengan bidang tugasnya wajib : a. Melakukan penyidikan apabila mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah; b. Menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI dalam wilayah hukum yang sama; c. Membuat Berita Acara setiap tindakan dalam hal : 1) pemeriksaan tersangka; 2) pemasukan rumah; 3) penyitaan barang; 4) pemeriksaan saksi; 5) pemeriksaan tempat kejadian. d. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Walikota melalui Pimpinan organisasinya. BAB IV PENDIDIKAN, PENGANGKATAN, MUTASI DAN PEMBERHENTIAN PPNS Pasal 8 PNS yang akan diangkat menjadi PPNS diharuskan mengikuti pendidikan khusus yang dilaksanakan oleh lembaga Pendidikan POLRI sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Hal-hal yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan pendidikan diatur lebih lanjut oleh Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 (1) Pengangkatan PPNS diusulkan oleh Walikota kepada Menteri Kehakiman dan Hakhak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri; (2) Syarat-syarat PNS yang dapat diangkat menjadi PPNS adalah : a. Serendah-rendahnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan II/b); b. Berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas; c. Ditugaskan di Bidang Teknis operasional; d. Telah lulus pendidikan khusus di bidang penyidikan; e. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dalam 2 (dua) tahun berturutturut dengan nilai rata-rata baik; f. Berbadan sehat dan dibuktikan dengan keterangan Dokter.

5 (3) Hal-hal yang bersifat teknis menyangkut tata cara pengusulan pengangkatan PPNS diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 11 (1) PPNS diberhentikan dari jabatannya karena : a. Berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Atas permintaan sendiri; c. Melanggar disiplin kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS. (2) Pemberhentian PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diajukan oleh Walikota kepada Menteri Kehakiman dan Hak-hak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri; (3) Usul pemberhentian PPNS harus disertai dengan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bukti pendukungnya. Pasal 12 Keputusan pemberhentian PPNS diterbitkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak-hak Asasi Manusia. BAB V KARTU TANDA PENGENAL Pasal 13 (1) Kartu Tanda Pengenal PPNS ditandatangani oleh Kepala Bagian Hukum atas nama Sekretaris Daerah; (2) Masa berlakunya Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung mulai tanggal dikeluarkannya; (3) Bentuk Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, adalah sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini. Pasal 14 (1) Setelah habis masa berlakunya Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) Peraturan Daerah ini, dapat diusulkan perpanjangannya; (2) Perpanjangan Kartu Tanda Pengenal, harus diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum berakhir masa berlakunya, oleh pimpinan organisasi kepada Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah; (3) Setiap permohonan perpanjangan Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, harus dilengkapi dengan : 1. Photo copy Kartu Tanda Pengenal yang akan habis masa berlakunya; 2. Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PPNS;

3. Photo copy Surat Keputusan Pengangkatan terakhir dalam jabatan pangkat Pegawai Negeri Sipil; 4. DP3 untuk 1 (satu) tahun terakhir; 5. Pas photo ukuran 2 x 3 hitam putih sebanyak 2 (dua) lembar); 6. Persyaratan sebagaimana dimaksud angka 1 s/d 4 masing-masing rangkap 1 (satu). 6 BAB VI SUMPAH/JANJI DAN PELANTIKAN Pasal 15 (1) PPNS sebelum melaksanakan tugasnya terlebih dahulu harus mengangkat sumpah/ janji dan dilantik; (2) Tata cara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII P E N Y I D I K A N Pasal 16 PPNS yang telah dilantik, dapat melaksanakan penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah sesuai dengan tugas organisasi tempat kerjanya masing-masing. Pasal 17 Petunjuk teknis penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah oleh PPNS diatur lebih lanjut oleh Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 Setiap PPNS dalam melakukan penyidikan dilengkapi dengan Surat Perintah Penyidikan dari pimpinan organisasi atas nama Walikota. BAB VIII BENTUK/MODEL FORMULIR PENYIDIKAN Pasal 19 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini, ditetapkan Bentuk/Formulir penyidikan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

7 Pembinaan terhadap PPNS meliputi : a. Pembinaan Umum; b. Pembinaan khusus. BAB IX P E M B I N A A N Pasal 20 Pasal 21 (1) Pembinaan Umum sebagaimana dimaksud pasal 20 huruf a Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri; (2) Pembinaan Khusus sebagaimana dimaksud pasal 20 huruf b Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Walikota cq Bagian Hukum Sekretariat Daerah bekerjasama dengan Instansi terkait. Pakaian Dinas Lapangan PPNS terdiri dari : a. Pakaian Dinas PPNS Pria; b. Pakaian Dinas PPNS Wanita; c. Pakaian Dinas PPNS Wanita Hamil. BAB X PAKAIAN DAN ATRIBUT Pasal 22 Pasal 23 Pakaian Dinas Lapangan PPNS Pria sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf a Peraturan Daerah ini terdiri dari : a. Kemeja lengan pendek warna kaki berlidah pundak, leher berdiri, 2 (dua) buah saku pakai tutup sebelah atas dan 6 (enam) buah kancing baju; b. Celana panjang warna kaki tua tanpa lipatan bawah dengan 2 (dua) buah saku samping dan 2 (dua) buah saku di belakang tanpa tutup; c. Ikat pinggang nilon warna hitam berlogo PPNS; d. Sepatu warna hitam. Pasal 24 (1) Pakaian Dinas Lapangan PPNS Wanita terdiri dari : a. Kemeja lengan pendek warna kaki muda berlidah pundak, leher berdiri, 2 (dua) buah saku pakai tutup sebelah atas dan 6 (enam) buah kancing baju; b. Rok warna kaki tua dengan ukuran panjang minimal 10 cm di bawah lutut; c. Ikat pinggang nilon warna hitam berlogo PPNS; d. Sepatu warna hitam.

8 (2) Pakaian Dinas Lapangan PPNS Wanita Hamil terdiri dari : a. Kemeja lengan pendek warna muda berlidah pundak, leher berdiri, 2 (dua) buah saku pakai tutup sebelah atas dan 6 (enam) buah kancing baju; b. Rok warna kaki tua dengan ukuran panjang minimal 10 cm di bawah lutut; c. Sepatu warna hitam. Pasal 25 Pakaian Dinas Lapangan PPNS dilengkapi dengan atribut berupa : a. Topi Pet warna kaki tua berlogo PPNS; b. Tanda logo PPNS terbuat dari kain warna dasar hijau, tulisan PPNS dan lambang kuning; c. Logo lambang Daerah terbuat dari kain dipasang pada lengan baju sebelah kiri; d. Tanda khusus PPNS berwarna biru, tulisan PPNS warna putih dipakai di lengan baju sebelah kiri; e. Papan nama dengan tulisan warna hitam yang dibordir dipakai pada dada sebelah kanan. Pasal 26 Bentuk dan tata cara penggunaan pakaian Dinas lapangan PPNS sebagaimana dimaksud pada pasal 23 dan 24 Peraturan Daerah ini, diatur kemudian oleh Walikota; BAB XI P E M B I A Y A A N Pasal 27 Biaya yang diperlukan dalam kaitan dengan fasilitas bagi PPNS dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Walikota. Pasal 29 Peraturan Daerah ini, mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

9 Ditetapkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 20 Nopember 2000. WALIKOTA TANGERANG Cap/T t d Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN Diundangkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 28 Nopember 2000. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Cap/ttd Drs. H. ACHMAD SUDJAI Pembina Tk. I NIP. 010 047 670 C :/Doc.Huk/LD.Besar/LD.PPNS/com.b-Huk/00

1 0 LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR : 19 TANGGAL : 20 NOPEMBER 2000 TENTANG : PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) BENTUK KARTU TANDA PENGENAL a. Bentuk empat persegi panjang; b. Panjang 9,5 Cm, Lebar 6,5 Cm; c. Warna Kartu bagian depan putih dan bagian belakang hijau tua; /----------------------\ KARTU TANDA PENGENAL PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL Pas Photo 2 x 3 \----------------------/ d. Warna hijau memuat : - Nomor :.. NIP.. - Nama :.. - Pangkat :.. - Jabatan :.. - Keputusan Menteri Kehakiman Diundangkan di Tangerang Pada tanggal 28 Nopember 2000 WALIKOTA TANGERANG Cap/T t d Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Cap/ttd Drs. H. ACHMAD SUDJAI Pembina Tingkat I NIP. 010 047 670 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2000 NOMOR 7 SERI D

1 1 P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) I. U M U M. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) maka kedudukan R.I.B. (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 14) dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 sepanjang mengenai Hukum Acara Pidana tidak berlaku lagi bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana pasal 6 ayat (1) huruf b Undangundang Nomor 8 Tahun 1981, kewenangannya sesuai dengan Undang-undang yang menjadi dasar hukum. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang dimaksud dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka sebagai pedoman kepada PPNS dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. Sesuai dengan perkembangan dan permasalahan yang dihadapi PPNS melaksanakan tugasnya, telah ditetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah. Untuk tertib dan keseragaman Pakaian Dinas serta meningkatkan wibawa Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pakaian Dinas Lapangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah, dalam rangka menegakkan Peraturan Daerah. Menurut KUHAP PPNS adalah Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tersebut sesuai dengan Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing yang dalam pelaksanaan tugasnya dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik POLRI (pasal 6 ayat (2) KUHAP). Pada umumnya wewenang PPNS diatur secara tegas dan terperinci didalam Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya.

1 2 Apabila dalam Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya tidak mengatur secara tegas kewenangan yang diberikan kepada PPNS dibidang penyidikan, maka PPNS tersebut dalam menjalankan kewajibannya hanya mempunyai wewenang sebagaimana dimaksud Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04-PW.07.03 Tahun 1984 pasal 2, yakni : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan Penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan membandingkan wewenang yang ada pada Penyidik Polri, sesuai pasal 7 KUHAP, maka PPNS tidak berwenang melakukan tindakan penangkapan, penahanan. Dalam hal akan melakukan tindakan penangkapan atau penahanan, maka PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah harus meminta bantuan penyidik Polri. Kewenangan Pemerintah Daerah mengangkat PPNS terdapat dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 pasal 74 ayat (1) yang berbunyi : Penyidikan dan Penuntutan atas Ketentuan Peraturan Daerah Dilakukan oleh Pejabat Penyidik dan Penuntut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, dan ayat (2) berbunyi : Dengan Peraturan Daerah dapat juga ditunjuk Pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut tidak menyebutkan secara tegas mengenai kewenangan Penyidik, maka kewenangan PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah sampai saat ini masih berpedoman pada ketentuan pasal 2 Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04-PW.07.03 Tahun 1984 sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal ini didasarkan pada ketentuan peralihan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang berbunyi : selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan Undang-undang ini, seluruh instruksi, petunjuk dan pedoman yang ada atau yang diadakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah jika tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku. Sebagaimana diketahui, bahwa delik yang diatur dalam Peraturan Daerah hanya bersifat pidana pelanggaran dengan hukuman denda paling tinggi Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 22 tahun 1999.

1 3 Pasal 71 ayat (1) menyebutkan bahwa, Peraturan Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar. Pasal 71 ayat (2) menyebutkan bahwa, Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Pada hakekatnya untuk menegakkan hukum terhadap Peraturan Daerah tersebut, lebih banyak bersifat tindakan preventif dan tindakan represif non justisial. Oleh karena itu bagi Pemerintah Daerah untuk mengurangi pelanggaran terhadap Peraturan Daerah perlu adanya Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat bertindak melakukan tugas Kepolisian represif justisial yang dibenarkan oleh hukum, guna mencegah serta mengurangi gangguan ketentraman dan ketertiban disamping upaya meningkatkan pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi. Untuk tertib dan keseragaman Pakaian Dinas serta meningkatkan wibawa Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah dalam rangka penegakkan Peraturan Daerah perlu ditetapkan Pakaian Dinas Lapangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah, sebagaimana ditegaskan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pakaian Dinas Lapangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 3 Pasal 4 Huruf a s/d c Huruf d : Istilah-istilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman atas isi Peraturan Daerah ini, sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dalam penafsirannya. : Tanggung jawab PPNS tidak lagi bersifat langsung kepada Walikota melainkan melalui Pimpinan Organisasi karena pejabat yang bertugas membina secara langsung dan bertanggung jawab terhadap kredibilitas PPNS yang bersangkutan adalah Pimpinan Organisasinya. : Cukup jelas. : Yang dimaksud dengan Peraturan Daerah disini adalah Peraturan Daerah yang mengandung sanksi pidana, termasuk Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah. : Yang dimaksud dengan penyitaan adalah serangkaian tindakan PPNS untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Yang dimaksud dengan benda adalah benda benda yang diduga berhubungan dengan dugaan adanya tindak pidana.

1 4 Yang dimaksud dengan surat adalah surat yang berasal dari tersangka atau ditujukan kepadanya atau kepunyaanya atau diperuntukan baginya atau apabila surat tersebut merupakan alat untuk melakukan tindak pidana. huruf e s/d I Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 huruf a : PPNS dalam melaksanakan tugas penyidikan, tidak terlepas dari peranan penyidik POLRI selaku koordinator dan pengawas, karena berkas hasil penyidikan PPNS tidak dapat langsung dilimpahkan ke kejaksaan, melainkan harus melalui penyidik POLRI. : Penyidikan oleh PPNS dilaksanakan setelah PPNS yang bersangkutan memperoleh Surat Perintah dari Pimpinan Organisasinya atas nama Walikota. huruf b, c dan d. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) hurup a s/d e huruf f Ayat 3 Pasal 11 s/d Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) AYat (2) Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 : Pendidikan khusus tersebut wajib diikuti oleh PNS, sebelum diusulkan untuk diangkat menjadi PPNS oleh Menteri Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia. : Yang dimaksud dengan berbadan sehat yaitu bahwa yang bersangkutan mempunyai kondisi fisik yang dinyatakan sehat secara medis serata tidak mempunyai penyakit tertentu yang dapat mengganggu pelaksanaan tugasnya. : Pengangkatan Sumpah/Janji dan Pelantikan PPNS dilakukan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Cukup jelas.

1 5 Pasal 20 huruf a : Pembinaan umum yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri meliputi : - Kebijaksanaan bidang pendidikan dan pelatihan; - Kebijaksanaan penyusunaan program; - Rapat-rapat koordinasi. huruf b : Pembinaan khusus yang dilakukan oleh Walikota. - Pembinaan teknis yuridis; - Pembinaan teknis administrasi; - Pembinaan pelaksanaan tugas-tugas operasional. Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 s/d Pasal 29 : Cukup jelas...