BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa di kepulauan Alor (11 November, skala 7,5), gempa Aceh (26 Desember, skala

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

PENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa

BAB 1 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Efek dinding..., Yohannes Arief Ninditta Siregar, FT UI, 2010.

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada daerah pertemuan 4 (empat)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

BAB I PENDAHULUAN. permukaaan bumi. Ketika pergeseran terjadi timbul getaran yang disebut

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh faktor eksternal (gempa, angin, tsunami, kekakuan tanah, dll)

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yaitu gempa Aceh disertai tsunami tahun 2004, gempa Nias tahun. gempa di Indonesia menjadi sangatlah penting.

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

PRESENTASI TUGAS AKHIR

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB I PENDAHULUAN. bencana gempa bumi. Hal ini juga disebabkan oleh posisi geografisnya yang

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN EKSENTRISITAS LAY OUT DINDING GESER TERHADAP PUSAT MASSA DENGAN METODE PUSHOVER

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

ANALISIS PUSHOVER NONLINIER STRUKTUR GEDUNG GRIYA NIAGA 2 BINTARO. Oleh: YOHANES PAULUS CHANDRA YUWANA PUTRA SAKERU NPM.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

1.1 Latar Belakang. Gambar 1.1 Tsunami di berbagai kedalaman. Sumber: Pengenalan Tsunami, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

ANALISIS PUSHOVER PADA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TIPE PODIUM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

Assessment Kerentanan Bangunan Beton Bertulang Pasca Gempa

EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI

Kinerja Model Struktur Gedung Lima Lantai Pada Kondisi Tanah Keras Di Wilayah Banyumas Akibat Beban Gempa SNI Dan SNI

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa yang mengguncang di beberapa bagian wilayah Indonesia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah [4, 5, 6] Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Gambar 1.1). Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan di utara Irian dan Maluku Utara lempeng Indo- Australia bertabrakan dengan lempeng Pasifik. Di sekitar lokasi pertemuan 1 Universitas Kristen Marantha

2 lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Gambar 1.1 Peta Lempeng Tektonik Indonesia [6] Di Indonesia, tercatat mulai dari tahun 2004 sampai 2007 ini sudah banyak gempa bumi yang terjadi dengan dampak sangat merugikan (Tabel 1.1). Gempa yang mengakibatkan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu menelan banyak korban dan juga merusak infrastruktur hampir di sebagian besar wilayah Aceh. Begitu pula halnya yang terjadi pada gempa di Bantul, Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 lalu dengan kekuatan sebesar 6,3 pada skala Richter. Selain menelan banyak korban, gempa tersebut juga merusak banyak bangunan

3 dan infrastruktur. Sebagian besar dari bangunan yang rusak tersebut adalah bangunan yang bertingkat rendah dengan tipe kerusakan yang terjadi lebih terpusat pada kolom lantai paling bawah (Gambar 1.2). Hal ini memperlihatkan bahwa bahaya akibat gempa bukan hanya terjadi pada gedung-gedung bertingkat tinggi saja. Gedung bertingkat rendah pun haruslah direncanakan agar tidak menerima dampak yang terlalu besar apabila terjadi gempa. Tabel 1.1 Daftar Gempa Bumi Besar (lebih dari 5 skala Richter) di Indonesia No Tanggal dan Jam Lokasi Kekuatan (SR) Korban (Jiwa) 1 26 November 2007 05:18:39 Raba, Sumbawa: 8.294 S 118.360 E 6.7 +3 2 12 September 2007 Lepas pantai Bengkulu 4.517 LS 101.382 BT 7.9 9+ 3 6 Maret 2007 12:49:28 WIB Padang, Sumatra Barat 0.490 S 100.529 E 6.4 >60 4 11 Agustus 2006 03:54:12 W IB Pulau Simeuleu, Sibolga Sumatra 2.374 N 96.321 E 6.0? 5 17 Juli 2006 15:19:25 WIB Selatan Tasikmalaya, Jabar 9.334 S 107.263 E 7.7 >400 6 27 Mei 2006 05:54:02 WIB Bantul, Yogyakarta 7.977 S 110.318 E 6.3 6234 7 28 Maret 2005 Sumatra 2 04 N 97 00' E 8.5-8.7? 8 26 Desember 2004 Sebelah barat Aceh, Sumatra (dasar laut) 9.3 230.000 9 4 Juni 2000 Bengkulu (Laut Hindia) 7.3 >100 10 12 Desember 1992 Pulau Flores 7.6 >2.100 11 1938 Laut Banda 5.05 N 131.62 E 8.5? 12 24 November 1833 Sumatra 8.7? Sumber : Wikipedia Indonesia

4 Gambar 1.2 Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Gempa (Yogyakarta, Mei 2006) Kerugian akibat gempa bumi disebabkan oleh kerentanan bangunan sehingga terjadi keruntuhan bangunan, kejatuhan peralatan dalam bangunan, kebakaran, tsunami dan tanah longsor. Faktor gempa bumi tak dapat dielakkan tapi harus dihadapi dengan merencanakan bangunan beserta lingkungannya yang tahan terhadap gempa bumi. Untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi agar tidak terlalu besar maka perlu adanya perencanan bangunan yang baik. Ini meliputi perencanan struktur dan materialnya yang tahan terhadap gempa. Gempa itu sendiri diimplementasikan menjadi suatu beban terhadap struktur bangunan dalam perencanaannya. Saat ini perencanaan berkembang dengan memanfaatkan teknologi komputer dengan melakukan analisis non-linear terhadap perilaku inelastis struktur dari berbagai macam intensitas pergerakan tanah (gempa), sehingga dapat diketahui kinerjanya pada kondisi kritis, yang dikenal dengan sebutan performance based seismic design. Tahap berikutnya dapat dilakukan tindakan antisipasi lebih lanjut bilamana tidak memenuhi persyaratan yang berlaku. Metode tersebut mulai populer sejak diterbitkannya dokumen Vision 2000 (SEAOC,

5 1995) dan National Earthquake Hazards Reduction Program - NEHRP (BSSC, 1995), yang didefinisikan sebagai strategi perencanaan, pelaksanaan dan perawatan/perkuatan sedemikian agar suatu bangunan mampu berkinerja pada suatu kondisi gempa yang ditetapkan, yang diukur dari besarnya kerusakan dan dampak perbaikan yang diperlukan. Kriteria kinerja yang ditetapkan oleh Vision 2000 dan NEHRP dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Kriteria Kinerja [5] Level Kinerja NEHRP Vision 2000 Operational Immediate Occupancy Life Safety Collapse Prevention Fully Functional Operational Life Safe Near Collapse Penjelasan Tak ada kerusakan berarti pada struktur dan non-struktur, bangunan tetap berfungsi. Tidak ada kerusakan yang berarti pada struktur, dimana kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih berada ditempatnya dan sebagian besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia. Bangunan dapat tetap berfungsi dan tidak terganggu dengan masalah perbaikan. Terjadi kerusakan komponen struktur, kekakuan berkurang, tetapi masih mempunyai ambang yang cukup terhadap keruntuhan. Komponen non-struktur masih tetap ada tetapi tidak berfungsi. Dapat dipakai lagi jika sudah dilakukan perbaikan. Kerusakan yang berarti pada komponen struktur dan nonstruktur. Kekuatan struktur dan kekakuannya berkurang banyak, hampir runtuh. Kecelakaan akibat kejatuhan material bangunan yang rusak sangat mungkin terjadi Sejak saat itu, aktivitas riset didunia menjadi sangat intensif khususnya di USA dan Eropa. Di USA, badan Federal Emergency Management Agency (FEMA) bekerja sama dengan Applied Technology Council (ATC), Earthquake Engineering Research Center (EERC) Universitas California, Berkeley, Building Seismic Safety Council (BSSC), dan SAC Joint Venture banyak menghasilkan publikasi yang terkait dengan perencanaan berbasis kinerja. Metoda tersebut dapat diterima secara luas oleh komunitas rekayasa sebagai prosedur canggih untuk

6 berbagai aplikasi termasuk di Indonesia. Meskipun saat ini perencanaan berbasis kinerja difokuskan pada perencanaan bangunan tahan gempa, tetapi cara yang sama dapat juga digunakan untuk perencanaan bangunan terhadap bahaya angin topan (tornado), ledakan dan kebakaran dengan baik. Kenyataan yang terjadi, saat ini sebagian perencana struktur bangunan di Indonesia yang mengabaikan pengaruh gempa terhadap gedung-gedung bertingkat rendah, dengan asumsi bahwa resiko keruntuhan bangunan tidak akan terlalu besar. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan studi analisis terhadap gedung dengan tingkat yang rendah, dengan mengambil struktur baja sebagai objek penelitiannya. Dengan mengevaluasi kinerja struktur tersebut terhadap gempa, maka terlihat apakah bangunan tersebut dapat bertahan terhadap gempa kuat atau tidak. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan studi evaluasi kinerja terhadap struktur baja pada gedung Intikom Center Jakarta tingkat tiga dengan analisis pushover, untuk melihat apakah bangunan tersebut dapat bertahan terhadap gempa kuat atau tidak.

7 1.3 Ruang Lingkup Penulisan Dalam Penulisan Tugas Akhir ini, pembatasan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Model Struktur yang ditinjau adalah gedung Intikom Center, Jalan Kuningan Barat II, Jakarta. Gedung tersebut merupakan gedung 3 lantai yang berfungsi sebagai perkantoran. 2. Gedung berada pada wilayah gempa 3 dengan jenis tanah lunak. 3. Beban gempa sesuai dengan SNI 1726-2002. 4. Sambungan pada joint dianggap kuat. 5. Sistem struktur dianggap Kolom Lemah-Balok Kuat. 6. Beban angin tidak diperhitungkan, baik pada rangka atap maupun pada seluruh struktur gedung. 7. Analisis menggunakan program SAP2000 Versi 11. 8. Data eksperimental atau analisis dari perilaku plastifikasi sendi plastis tidak ada, maka kurva Beban-Lendutan umum yang didefinisikan dalam FEMA 356 Tabel 5-6 dan 5-7, digunakan untuk melakukan evaluasi komponen portal baja. 9. Proses analisis dilakukan dua pemodelan terhadap gedung tersebut, yang pertama gedung dengan karakteristik biasa (Reguler Story Frame), yang kedua dengan mengasumsikan bahwa kekuatan kolom lantai dasar tereduksi sebesar 50% dari nilai sebenarnya (Weak Story Frame), tetapi pada prinsipnya pemodelan dimaksudkan untuk melihat perilaku soft/weak story frame pada struktur.

8 10. Dari kedua model diatas, dilakukan juga dua pemodelan yaitu dengan memperhitungkan efek P-Delta dan tidak memperhitungkan efek P-Delta. 11. Analisis menggunakan metode koefisien perpindahan yang mengacu pada FEMA 440. 1.4 Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini dibagi atas beberapa bab, dengan ruang lingkup pembahasan setiap bab nya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang dan dasar-dasar pemikiran, serta alasan mengenai diangkatnya tema tentang analisis pushover pada struktur baja bertingkat rendah sebagai objek penulisan. Selain itu juga dikemukakan mengenai tujuan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan yang merupakan penjelasan mengenai metode penulisan yang dianggap cocok oleh penulis untuk memperoleh sumber data yang telah ditentukan dan metode yang digunakan untuk menganalisis dan mengkaji data. BAB II STUDI PUSTAKA Bagian ini menjelaskan mengenai teori umum dari perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dan analisis statik nonlinear, yaitu analisis pushover. Mulai dari tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah dalam analisis pushover juga dijelaskan mengenai metode-metode yang

9 digunakan untuk menghitung target perpindahan dan kriteria penerimaan kinerja struktur. BAB III STUDI KASUS Bab studi kasus ini berisi uraian deskripsi bangunan rencana yang ditinjau dan juga data-data lain seperti, beban tetap dan massa bangunan, analisis modal, juga konfigurasi pembebanan mulai dari beban gempa sampai ke kombinasi pembebanan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi analisis dan juga pembahasan dari hasil studi. Dengan hasil akhir berupa evaluasi kinerja struktur terhadap struktur gedung yang di tinjau. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan secara umum dari hasil studi analisis pushover pada struktur baja tahan gempa, serta beberapa saran yang perlu diperhatikan pada penelitian selanjutnya.