Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
Anita Lidya Hastuti Nauli*) Armis**) Titi Solfitri ***)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Riza Pratiwi Sehatta Saragih Titi Solfitri ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Lestaria Meri, Atma Murni, Syofni No Hp :

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I. Pendahuluan Matematika memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu bidang studi yang

Ermiwati*) Putri Yuanita**) Syofni **) Key word : Cooperative Learning, Think Pair Square, Learning Achievement

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Oleh: Marfi Ario Susda Heleni Jalinus

Bambang Irawadi*), Yenita Roza, Zuhri**) ( )

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

Restu Putri Islami* Syofni ** Putri Yuanita ***

Tatik Lestari, Syofni, Kartini No Hp :

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI 5 PEKANBARU

Noni Vera Helvida*, Putri Yuanita**, Syarifah Nur Siregar**)

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 4 SMP Negeri 5 PEKANBARU

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Ririn Budiarti*) Susda Heleni**) Syarifah Nur Siregar**)

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP AN NAMIROH PEKANBARU

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN STRATEGI FIRE-UP DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 3 SMPN 2 TAMBANG

Abstract: This research is based on the low of students math achievement at

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

Program Studi Pendidikan Matematika

Rika Aprilia 1, Yenita Roza 2, Rini Dian Anggraini 3 No.

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

1130 ISSN:

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THREE STAY ONE STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SQUARE (TPS) TO IMPROVE MATHEMATICS ACHIEVEMENT GRADE X AP 1 SMK PGRI PEKANBARU

Aryanita 1 * Syofni ** Sehatta Saragih ***

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Zulkifli *) Susda Heleni, Putri Yuanita **) Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Budiarti 1 Zuhri.D 2 Sehatta Saragih 3 Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru Telp. (0761)

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wan Sriindrahayu 1 Suhermi 2 Rini Dian Anggraini 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761)63266

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Puput Wiyanto, Zuhri D, Susda Heleni No Hp :

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bima Firmantara, Armis, Syarifah Nur Siregar ,

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN:

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

Vadhillah Rivha Vicry, H. Zuhri D, Suhermi No Hp

Nurlaily, Susda Heleni,Kartini Phone Number:

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

PROSIDING ISBN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Eka Andriyani*) Syofni**) Jalinus**)

Lucia Helen Dewi Ariani * ), Japet Ginting,Yenita Roza ** ) ( )

ABSTRACT. Key word : Model study of type cooperative, think pair square, cycles, learning outcomes, result of learning mathematics

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X IPA 1 MAN 2 MODEL PEKANBARU

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 10 Ratri Isharyadi 1 1 Program Studi Teknik Informatika Universitas Pasir Pengaraian e-mail: arya_math@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Think Pair Square(TPS). Penelitian tindakan kelas kolaboratif yang diterapkan pada kelas VII 10 SMPN 13 Pekanbaru dengan dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah berupa tes. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar PENDAHULUAN Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian siswa. Sistematis karena proses pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan (prosedural) dan sistemik karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, disemua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat) (Tirtarahardja, 2005). Pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun siswa. Pada gilirannya manusia hasil pendidikan itu menjadi sumber daya pembangunan (Tirtarahardja, 2005). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Hal ini disebabkan karena matematika dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika memiliki tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran matematika agar siswa memiliki kemampuan, yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015 71

solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar matematika yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar matematika. Ketuntasan tersebut dapat dilihat dari skor hasil belajar yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran. Siswa dikatakan tuntas, apabila skor hasil belajar matematika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (Permendiknas No. 20 Tahun 2007). Oleh karena itu, setiap siswa di setiap jenjang pendidikannya harus mencapai yang telah ditetapkan sekolah. Pada kenyataannya, masih terdapat kesenjangan antara kriteria ketuntasan minimal () dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran matematika. Dari informasi yang peneliti peroleh dari guru mata pelajaran matematika kelas VII 10 di SMPN 13 Pekanbaru, masih banyak siswa yang belum mencapai yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru yang disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Persentase Ketercapaian Ulangan Harian Siswa Kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012 No Materi Pokok Siswa yang mencapai Persentase Ketuntasan 1 Himpunan 9 orang 25% 2 Garis dan Sudut 13 orang 36,1% Sumber: Guru Matematika Kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru Hasil pengamatan penulis, menunjukkan beberapa anjuran Permendiknas no. 41 tahun 2007 yang tidak dapat dilaksanakan dengan optimal pada proses pembelajaran, seperti kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk memahami konsep pelajaran secara mandiri dan selanjutnya diperlukan suatu kelompok yang akan menyelesaikan permasalahan yang tidak bisa diselesai-kan secara mandiri. Salah satu modelnya yaitu Pembelajaran Kooperatif Pendeka-tan Struktural Think Pair Square (TPS). Ibrahim, Nur (2000) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri atas 6 fase. Dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian penghargaan. Berikut ditampilkan tabel langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif Tabel 2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Fase-2 Menyajikan informasi Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat 72 Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015

bahan bacaan. Fase-3 Guru menjelaskan kepada Mengorganisasi siswa bagaimana caranya kan membentuk kelompokkelompok siswakedalam belajar dan kelompokkelompok membantu setiap kelompok agar melakukan transisi belajar. secara efisien. Fase-4 Guru membimbing Membimbing kelompok-kelompok belajar kelompok bekerja pada saat mereka dan belajar mengerjakan tugas mereka. Fase-5 Guru mengevaluasi hasil Evaluasi. belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Guru mencari cara-cara Memberikan untuk menghargai, baik penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Ibrahim, dkk. (2000) Think Pair Square merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri, serta bekerja sama dengan orang lain. Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Think Pair Square juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir aktif dalam menemukan konsep materi yang dipelajari (Think). Selanjutnya siswa bisa berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan dengan pasangan dalam satu kelompoknya (Pair) dan pada akhirnya dapat menyatukan ide antar pasangan dalam satu kelompok (Square) METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti dan guru bekerja sama dalam proses pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri dan guru matematika kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru. Menurut Arikunto (2011) Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Model siklus penelitian tinda-kan kelas digambarkan sebagai berikut: Refleksi Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta data hasil belajar siswa. Alat pengumpul data pada penelitian ini berupa lembar pengamatanberbentuk isian yang berisi tentang keterlaksanaan tahapan yang dilakukan oleh peneliti dan tes berbentuk uraian yang diberikan dua kali. Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika. Data tentang hasil belajar matematika digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar matematika dan keberhasilan tindakan. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif naratif dan statistik deskriptif. Menurut Sukmadinata Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015 73

(2005) teknik analisis deskriptif naratif bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan memaparkannya dalam bentuk narasi. Menurut Sugiyono (2011) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. HASIL PENELITIAN Nilai perkembangan anggota kelompok diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor tes hasil belajar. Nilai perkembangan siswa pada siklus I diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor ulangan harian I. Nilai perkembangan siswa pada siklus II diperoleh dari selisih skor ulangan harian II dengan skor dasar. Nilai perkembangan siswa pada siklus I dan II disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Nilai Perkembangan Individu Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Nilai Jml Perkembangan % Jml % siswa siswa 5 4 11,1 6 16,7 10 6 16,7 1 2,8 20 8 22,2 5 13,9 30 18 50 24 66,7 Dari Tabel 3 terlihat bahwa persentase siswa paling banyak terdapat pada nilai perkembangan 20 dan 30 untuk setiap siklus. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar. Namun, pada ulangan harian II masih terdapat enam siswa memperoleh nilai perkembangan 5. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut memperoleh nilai pada ulangan harian II yang lebih rendah dari nilai pada skor dasar dan juga karena materi pada ulangan harian II relatif lebih sulit dibandingkan materi pada ulangan harian I. Nilai perkembangan pada siklus II diperoleh dari perbandingan nilai ulangan harian II dengan nilai ulangan pada skor dasar. Setelah diperoleh nilai perkembangan individu yang disumbangkan kepada kelompok, kemudian dicari ratarata nilai perkembangan itu dan disesuaikan dengan kriteria penghargaan kelompok yang digunakan, sehingga diperoleh penghargaan masing-masing kelompok. Penghargaan yang diperoleh oleh masingmasing kelompok pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Kelom pok Deskripsi Penghargaan Kelompok pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Nilai Penghar Perkemba Penghar gaan ngan gaan Kelompok Nilai Perkemba ngan Kelompok I 22,5 HEBAT 22,5 HEBAT II 23,75 SUPER 21,25 HEBAT III 21,25 HEBAT 15 HEBAT IV 25 SUPER 27,5 SUPER V 17,5 HEBAT 11,25 HEBAT VI 20 HEBAT 27,5 SUPER VII 27,5 SUPER 30 SUPER VIII 21,25 HEBAT 30 SUPER IX 16,25 HEBAT 30 SUPER Dari Tabel 4 terlihat adanya kenaikan jumlah kelompok yang memperoleh penghargaan sebagai kelompok super dari siklus I ke siklus II. Ini berarti bahwa semakin banyak siswa yang nilai perkembangannya meningkat. Pada siklus I terdapat enam kelompok sebagai kelompok hebat dan tiga kelompok sebagai kelompok super. Penghargaan pada siklus II meningkat sehingga terdapat empat kelompok yang memperoleh penghargaan sebagai kelompok hebat dan lima kelompok yang 74 Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015

memperoleh penghargaan sebagai kelompok super. Berdasarkan nilai hasil belajar matematika yang diperoleh siswa untuk setiap indikator pada ulangan harian I, dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai untuk setiap indikator. Jumlah siswa yang mencapai indikator (mencapai nilai 75 untuk setiap indikator) pada ulangan harian I, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5. Persentase Ketercapaian Indikator pada Ulangan Harian I No 1 2 3 4 Indikator Ketercapaian Mengenal sifatsifat persegi dan persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Menggunakan sifat-sifat persegi dan persegi panjang dalam memecahkan persoalan matematika Mengenal sifatsifat trapesium dan jajar genjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Mengenal sifatsifat belah ketupat dan layanglayang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator % Siswa yang Mencapai 24 67 24 67 21 58 28 78 6 17 34 94 Dari tabel 5, terlihat bahwa tidak semua siswa lulus pada setiap indikator. Kompetensi dasar pada ulangan harian I adalah mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layanglayang. Presentase ketercapaian pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Persentase Ketercapaian Indikator pada Ulangan Harian II No Jumlah Siswa yang % Siswa Indikator yang Mencapai Ketercapaian Mencapai Indikator 1 Menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang 33 92 Menggunakan rumus keliling dan luas persegi 2 dan persegi 19 53 panjang dalam pemecahan masalah. 3 Menghitung keliling dan luas trapesium dan jajar genjang. 30 83 Menggunakan rumus keliling dan luas 4 trapesium dan jajar genjang 26 72 dalam pemecahan masalah. 5 Menghitung keliling dan luas belah ketupat dan layang-layang. 31 86 Menggunakan rumus keliling dan luas belah 6 ketupat dan layang-layang dalam pemecahan masalah 26 72 Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa tidak semua siswa mencapai pada setiap indikator. Pada ulangan harian Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015 75

yang kedua, yaitu pada kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalahmasih terdapat banyak siswa yang belum dapat menjawab soal dengan benar. Untuk mengetahui persebaran hasil belajar dan perubahan skor yang diperoleh siswa kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada daftar distribusi frekuensi berikut Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Frekuensi Siswa Interval Skor Dasar Nilai UH I 10-22 1 0 0 23-35 5 0 2 36-48 5 1 3 49-61 7 8 5 62-74 4 8 5 75-87 8 10 2 88-100 5 9 19 Nilai UH II Berdasarkan Tabel 7, terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval tinggi, sebaliknya adanya penurunan jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval rendah. Siswa yang berada pada interval (88-100) selalu meningkat untuk setiap siklus, namun masih terdapat siswa yang memperoleh nilai pada interval (23-35) pada siklus II. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII 10 SMPN 13 Pekanbaru sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihatpada tabel Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum () pada materi segiempat. Tabel 8. Persentase Ketercapaian Siswa Hasil Belajar Jumlah siswa yang mencapai Persentase (%) Skor Dasar Ulangan Harian I Ulangan Harian II 13 19 21 36,1 52,8 58,3 Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai dari skor dasar (sebelum tindakan), ke nilai UH I dan nilai UH II (setelah tindakan). Persentase siswa yang mencapai pada skor dasar sebesar 36,1% meningkat menjadi 52,8% pada ulangan harian I dan meningkat lagi yaitu sebesar 58,3% pada ulangan harian II. Menurut Suyanto (1997) tindakan dikatakan berhasil apabila keadaan setelah tindakan lebih baik. Berdasarkan hasil analisis kriteria keberhasilan tindakan dan pernyataan Suyanto, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang diajukan dapat diterima kebenarannya. Dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru pada materi pokok segiempat tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square (TPS) mengalami peningkatan pada setiap pertemuan,proses pembelajaran semakin membaik dan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kekurangan pada pertemuan sebelumnya selalu di usahakan untuk diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Aktivitas guru 76 Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015

telah sesuai dengan perencanaan dan siswa juga sudah semakin terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru. Dan siswa juga sudah mulai berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square (TPS) pada proses pembelajaran siswa kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru telah dapat memberikan dampak positif pada pelaksanaan proses pembelajaran dikelas tersebut. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Siswa juga lebih termotivasi untuk membangun pengetahuannya dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat lebih memahami konsep materi. Hal ini memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jadi, hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII 10 SMP Negeri 13 Pekanbaru pada materi pokok segiempat semester genap tahun ajaran 2011/2012. SIMPULAN Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik tentunya akanmemperbesar kemungkinan keberhasilan belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya suatu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan structural Think Pair Square, dimana model tersebut mampu mengoptimalkan peran setiap peserta didik dalam belajar sehingga hasil tes yang dilakukan menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang terdiri atas dua siklus. Tentunya terdapat model pembelajaran lain juga dapat meningkatkan hasil belajar, penulis menyarankan agar pembaca dapat mengambil model-model pembelajaran lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., Suhardjono., dan Supardi, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono., 2000,Pembelajaran Kooperatif, University Pers, Surabaya. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung. Suyanto., 1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dikti Depdikbud, Yogyakarta. Sukmadinata, N, S., 2005, Metode penelitian pendidikan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015 77

Tirtarahardja, U., dan La Sulo., 2005, Pengantar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta 78 Jurnal Ilmiah Edu Research Vol.4 No.1 Juni 2015