BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mempunyai makna mengonsumsi empat kelompok makanan setiap hari dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif, gizi dan kesehatan mempunyai andil yang sangat besar. UU Kesehatan No. 36

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta


BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ( Dedeh,2010). Masa remaja. buruk serta kurangnya pengetahuan gizi ( Benun dan Ani,2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi ganda merupakan keadaan suatu populasi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan pedoman utama kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE) gizi lebih terarah dan lebih efektif untuk mencapai sasaran masyarakat atau keluarga sadar gizi. PUGS dicanangkan pada tahun 1995 dan pengembangan dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang sudah dikenalkan sejak tahun 1960-an (Soekirman, 2006). Selanjutnya, adanya konggres gizi internasional di Roma dikembangkan 13 pesan PUGS pada tahun 1995. Hasil uji 13 PUGS menunjukkan bahwa 13 pesan tersebut terlalu banyak dan diusulkan untuk menjadi 10 pesan (Affiansyah, 2003). Kemudian bersama dengan beberapa pakar gizi dan pangan di Indonesia melakukan serial lokakarya dan mengembangkan PGS 2014 yang diperkenalkan pada publik di awal tahun 2014 (Kemenkes, 2014). Kongres tersebut membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas SDM yang baik dengan merekomendasikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Gizi seimbang adalah susunan makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan (BB) ideal (Depkes, 2003). Kendala yang terjadi dalam penerbitan PUGS ini adalah masih kurangnya sosialisasi yang ada di masyarakat, sehingga masyarakat hingga petugas kesehatan sebagian besar tidak dapat menghafal dan memahami

2 dari 13 pesan PUGS tersebut, berbeda dengan pedoman yang pernah dikeluarkan sejak 1960-an yaitu 4 sehat 5 sempurna. Pedoman ini sampai saat ini masih diingat di masyarakat dari semua kalangan umur karena kata kata yang mudah dipahami dan kalimat yang pendek. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat mengira bahwa Pedoman Gizi saat ini masih 4 sehat 5 sempurna. Fakta di lapangan mengatakan bahwa pedoman ini pernah diganti dengan 13 pesan umum gizi seimbang hingga saat ini diterbitkannya 10 pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada tahun 2014, akan tetapi masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui dengan terbitnya Pedoman Gizi Seimbang terbaru. Indonesia pada awalnya membuat pedoman makanan tersebut untuk mengatasi permasalahan gizi ganda. Masalah gizi ganda (double burden disease) mengacu pada keadaan gizi lebih dan gizi kurang yang terjadi secara bersamaan dalam suatu populasi. Sebagian besar negara berkembang akan terpengaruh oleh double burden disease dengan meningkatnya prevalensi kegemukan yang lebih cepat dibandingkan dengan penurunan prevalensi gizi kurang (World Bank, 2012). Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%) sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (> 18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%). Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku masyarakat berkaitan dengan gizi yang tidak seimbang yang secara tidak langsung akan mempengaruhi masalah kesehatan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan suatu

3 tindakan pemerintah untuk memperbaiki perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes 1996). Permasalahan kesehatan tidak hanya masalah gizi ganda (double burden disease), tetapi begitu juga dengan gaya hidup. Depkes (2002) menjelaskan bahwa gaya hidup sehat mencangkup antara lain perilaku tidak merokok, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur. Riskesdas (2013) juga menyatakan bahwa proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%), kemudian kategori perilaku aktivitas fisik terdapat kecenderungan semakin bertambahnya umur semakin menurunnya aktivitas fisik dan menunjukkan proporsi perilaku sedentari (santai) enam jam lebih banyak pada perempuan, sedangkan untuk konsumsi sayur dan buah menemukan bahwa tidak ada perbedaan hasil Riskesdas 2007 dengan 2013, yaitu masih kurangnya konsumsi sayur dan buah. Provinsi DI Yogyakarta merupakan termasuk lima provinsi dengan proporsi penduduk 10 tahun dengan makanan tertentu, yaitu konsumsi makanan/minuman manis yaitu 69,2% dan perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan makanan gorengan yaitu 50,7%. Data tersebut memperkuat bahwa perlunya pengamatan terhadap gaya hidup mahasiswa, hal ini digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat seberapa jauh PGS diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hidayat (1997 dalam Indrawagita, 2009) mengatakan bahwa mahasiswa merupakan usia muda dewasa yang mempunyai faktor gizi yang berperan dalam meningkatnya ketahanan fisik dan produktivitas kerja, unsur gizi merupakan faktor kualitas sumber daya manusia pokok, gizi tidak hanya

4 sekedar mempengaruhi derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas kecerdasaan intelektual bagi manusia. Masa dewasa muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan berakhir pada usia 35 tahun sampai 40 tahun (Lemme, 1995). Pemenuhan gizi seimbang bukanlah hal yang mudah bagi mahasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan membuat orang lebih perhatian dan kemampuan untuk belajar lebih mudah (Gillepsie, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus memperhatikan pola makan dari aspek jenis makanan yang di konsumsi (Hardinsyah & Briawan, 2005). Pesan PGS 2014 termasuk salah satu peran aktif untuk mengatasi masalah gizi, sehingga diperlukan pengujian terhadap pesan PGS 2014. Penelitian ini diujikan kepada mahasiswa yang masih menjalankan pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain itu, peneliti juga mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan serta kemampuan persuasi pesan PGS 2014. Penelitian ini juga ingin melihat perbandingan dari kedua kelompok kluster yang diharapkan untuk kluster kesehatan lebih memahami dan mengerti pesan PGS 2014, sehingga diperlukan pengujian pesan PGS 2014 ini kepada mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Peneliti mengamati keterbacaan pesan atau pemahaman pesan dan kemampuan persuasi pesan PGS 2014 agar dapat melihat kekuatan dari pesan PGS dalam mempengaruhi sikap seseorang. Sikap pada dasarnya melalui pengamatan yang kemudian diidentifikasi, sehingga dapat diinternalisasikan pada diri seseorang. Perubahan sikap akan tergantung

5 pada sejauh mana komunikasi atau informasi pesan tersebut diperhatikan, dipahami dan diterima oleh individu (Liliweri, 2007). Upaya promosi kesehatan harus memperhitungkan karakteristik pesan yang disampaikan kepada subjek. Pesan yang disampaikan harus memperhitungkan gaya, isi, maupun teknik penyampaian (Gold et al., 2010). Selain itu, teori Persuasive Communication dari McGuire (dalam Simon-Morton et al., 1995) menjelaskan bahwa perubahan sikap itu dipengaruhi oleh komunikasi persuasif yang dapat melayani berbagai tujuan serta menciptakan kesadaran dalam proses pembentukan sikap. Keberhasilan komunikasi persuasif tidak hanya dipahami oleh target populasi, tetapi juga di yakini dan sebagai motivasi. Pedoman Gizi Seimbang adalah bagian dari acuan masyarakat terhadap gizi, sehingga hal ini merupakan suatu upaya dalam peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan harapan untuk mengubah perilaku gizi tidak seimbang di masyarakat. Sehingga, perlunya uji efektifitas Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 kepada masyarakat melalui mahasiswa S1 Universitas Gadjah Mada. Dalam penelitian ini, asumsi penelitian sesuai dengan pendapat Khomsan (2000), yang menyatakan bahwa memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa seseorang akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Teori ini memperkuat pendapat peneliti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi mungkin saja mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan PGS, jika pengetahuan tersebut tidak dilandasi dengan sikap ataupun keinginan dan motivasi yang kuat memenuhi kebutuhan gizi.

6 Pengetahuan-pengetahuan tersebut selanjutnya akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini penting diujikan untuk melihat hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana persepsi mahasiswa terhadap pesan PGS 2014. B. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dan gaya hidup dengan keterbacaan pesan dan kemampuan persuasi pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan non kesehatan dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta b. Mengetahui hubungan antara mahasiswa kluster kesehatan dan non kesehatan dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi

7 seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta c. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta d. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta e. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta f. Mengetahui hubungan antara uang saku mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta g. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan keterbacaan pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta h. Mengetahui hubungan antara gaya hidup mahasiswa dengan kemampuan persuasi pesan pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta i. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang dengan keterbacaan pesan pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

8 j. Mengetahui hubungan pengetahuan Pedoman Gizi Seimbang dengan kemampuan persuasi pesan pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai besarnya pemahaman tentang 10 pesan gizi seimbang (PGS) pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Bagi mahasiswa Memberikan dampak dan pengaruh kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa mempunyai pemahaman tentang 10 Pesan Gizi Seimbang (PGS), dan Tumpeng Gizi Seimbang, agar dapat mengaplikasi pesan ini di kehidupannya dengan mengonsumsi gizi seimbang. 3. Bagi Institusi Memberikan informasi kaitannya dengan keterbacaan dan daya persuasi 10 pesan seimbang (PGS), sehingga dapat mempertimbangkan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian lainnya yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini antara lain adalah: 1. Afriansyah dkk, (2003) melakukan penelitian berjudul Pengembangan Pesan-Pesan Gizi Seimbang dalam PUGS yang Lebih Praktis Digunakan Petugas Gizi Lapangan. Penelitian tersebut bertujuan memodifikasi pesan pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS menjadi pesan pesan

9 dasar gizi yang lebih tepat dan praktis digunakan petugas gizi puskesmas sebagai pedoman edukasi atau penyuluhan gizi masyarakat. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut, yakni capacity building (proses kegiatan pendampingan) yang melibatkan petugas gizi puskesmas agar timbul proses belajar untuk mengembangkan pesan pesan gizi seimbang tersebut lebih tepat dan praktis. Analisis data presepsi partisipan terhadap pesan pesan gizi dianalisis secara deskriptif. Petugas gizi sebagai partisipan ini ada delapan orang profesional gizi yang mewakili lembaga pendidikan, penelitian, program gizi yang dikumpulkan dalam satu forum curah pendapat untuk menggali persepsi dan pemahaman serta memperoleh kesepakatan tentang pesan pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS. Lokasi penelitian tersebut berada di Medan karena kota ini memiliki pravelensi gizi lebih yang tinggi di samping memiliki pravelensi gizi kurang, khususnya anemia bumil dan kurang energi protein (KEP) yang juga tinggi. Penelitian tersebut dengan penelitian ini dilakukan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah meneliti PUGS dan melihat pemahaman dari pesan PUGS tersebut hanya saja pada penelitian tersebut menguji 13 PUGS sedangkan peneliti menguji pesan PGS yang terbaru. Perbedaannya adalah penelitian tersebut menggunakan focus group discussion (FGD), yaitu curah pendapat, sedangkan pada penelitian ini tidak menerapkan FGD, yaitu cross sectional study, sasaran pada penelitian tersebut adalah petugas puskesmas, sedangkan pada penelitian ini sasarannya adalah dewasa muda (mahasiswa), kemudian

10 tidak hanya menguji pemahaman saja tetapi juga menguji kemampuan persuasi pesan pada PGS yang terbaru. 2. Afianti (2008) melakukan penelitian berjudul Perilaku Gizi Mahasiswa Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan pesan PUGS. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang gizi telah menerapkan pesan pesan PUGS dalam kehidupannya seharihari serta penelitian ini terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa bidang gizi tentang pesan pesan PUGS. Disain penelitian tersebut adalah cross sectional study. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis yang ingin diteliti adalah PUGS hanya saja pada penelitian ini menguji 13 PUGS dan penelitian yang akan diteliti PGS 2014, dan subjek yang diteliti mahasiswa, metode sama yaitu cross sectional study, sedangkan perbedaanya adalah subjek yang diteliti tidak hanya mahasiswa gizi tetapi mahasiswa selain gizi, yaitu meneliti dari kluster selain gizi, dan penelitian ini cenderung melihat perilaku gizi, sedangkan penelitian ini adalah menguji keterbacaan pesan atau pemahaman pesan mahasiswa serta daya persuasi dari pesan PGS 2014.