PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 4 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

WALIKOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DAM PESISIR DALAM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR DENG AN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 04 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

BUPATIEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTNAG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup di Kabupaten Kotawaringin Barat maka setiap rencana usaha dan atau kegiatan perlu penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Analisis Mengenai Dampak - 23 -

- 24 - Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3507); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3995); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

- 25-8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik

- 26 - Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 14. Peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4153); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1461); 16. Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1991 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah; 20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL;

- 27-21. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL); 22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 40 Tahun 2000 tentang Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL; 23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun 2000 tentang Pedoman pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/ Kota; 24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Rencana Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL; 25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL; 26. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit; 27. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit; 28. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Menganalisis Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan; 29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Kajian Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003;

- 28-30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air; 32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air; 33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut; 34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; 35. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL; 36. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha/Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL; 37. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan atau Lahan (Lembaran Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2003 Nomor : 17, Seri : E). 38. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 24 tahun 2000 tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor 14, Seri: D). 39. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 15, Seri : D), sebagaimana diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten

- 29 - Kotawaringin Barat Nomor 29 Tahun 2000 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2000 Nomor : 23, Seri : D) dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2002 Nomor : 6, Seri : D); 40. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 16 Tahun 2002, tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2002 Nomor : 9, Seri : C); 41. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 2 Tahun 2003, tentang Pengendalian dan Perlindungan Sempadan Sungai (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2003 Nomor : 1, Seri : E). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT dan BUPATI KOTAWARINGIN BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN, UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN.

- 30 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat; 4. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, yang selanjutnya disebut Bapedalda adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat; 5. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan; 6. Upaya Pengelolaan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat UKL adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup; 7. Upaya Pemantauan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat UPL adalah upaya pengukuran, pengamatan dan /atau pengumpulan informasi terhadap kemampuan lingkungan secara berulang, pada selang waktu dan lokasi tertentu; 8. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

- 31 - pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup; 9. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya; 10. Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia,sumber daya alam hayati,sumber daya alam non hayati dan sumber daya buatan; 11. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain di dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya; 12. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup yang tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan; 13. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan; 14. Konservasi Sumber daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam tidak terbaharui untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan sumber daya atau terbaharui untuk menjamin kesinambungan, ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; 15. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang tidak dapat digunakan lagi;

- 32-16. Bahan Berbahaya dan Beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan /atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain; 17. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat dan /atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan /atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup lain; 18. Pelestarian lingkungan hidup adalah usaha untuk menjaga agar terjadi kelestarian dan kesinambungan struktur, fungsi maupun produktivitas lingkungan hidup yang dinamis dalam jangka waktu yang selama mungkin; 19. Pemrakarsa adalah orang pribadi, kelompok dan/atau badan hukum; 20. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup; 21. Pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 22. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

- 33 - BAB II TUJUAN DAN KEGUNAAN Pasal 2 Tujuan penerapan AMDAL, UKL dan UPL adalah : a. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; b. Agar sejak awal perencanaan kegiatan dapat diperkirakan perubahan kondisi lingkungan, baik yang menguntungkan (positif) maupun yang merugikan (negatif); c. Agar sejak dini dapat dipersiapkan langkah-langkah pengelolaannya dalam rangka memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positifnya; d. Untuk mengkaji sampai seberapa jauh teknologi yang ada dapat mengendalikan dampak suatu kegiatan pembangunan. Pasal 3 Kegunaan penerapan AMDAL, UKL dan UPL adalah : a. Bagi Pemrakarsa, yaitu : 1. Memberikan gambaran yang jelas terhadap kondisi lingkungan di mana usaha dan/atau kegiatan tersebut akan dilaksanakan; 2. Sebagai landasan perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan merupakan bagian dari pengelolaan usaha dan/atau kegiatan secara keseluruhan;

- 34-3. Menghindari kemungkinan terjadinya konflik terutama bila timbul masalah lingkungan di Kota Pangkalan Bun. b. Bagi Pemerintah Daerah, yaitu : 1. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan maupun pemborosan sumber daya, baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun yang dikelola swasta; 2. Menghindari konflik dengan proyek lainnya maupun masyarakat di sekitarnya yang diperkirakan terkena dampak; 3. Memberikan jaminan bagi kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 4. Keterbukaan informasi pembangunan sejak awal perencanaan dengan melibatkan masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak; 5. Meningkatkan tanggung jawab semua pihak terhadap pengelolaan lingkungan. c. Bagi Masyarakat, yaitu : 1. Turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya dengan membantu membangun fasilitas sosial yang dibutuhkan; 2. Mendorong adanya perbaikan ekonomi masyarakat sekitarnya melalui peningkatan pendapatan, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan masyarakat; 3. keterbukaan informasi pembangunan sejak awal perencanaan dengan melibatkan masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak; 4. pengembangan jaringan jalan dan peningkatan arus transportasi serta membuka isolasi ekonomi dan budaya masyarakat di sekitarnya.

- 35 - BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 4 (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. (2) Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. (3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulanginya pencemaran dan perusakan lingkungan. (2) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

- 36 - BAB IV AMDAL, UKL DAN UPL Bagian Pertama AMDAL Pasal 6 (1) Usaha dan/atau kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi : a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam; b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui; c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya; d. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan serta lingkungan sosial dan budaya; e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya; f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jenis ternak; g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati; h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai proses besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup;

- 37 - i. Kegiatan yang mempunyai risiko dan/atau mempengaruhi pertahanan negara. (2) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditinjau kembali dalam waktu 5 (lima) tahun. Pasal 7 (1) Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun pada kawasan yang sudah dibuatkan AMDAL dan perlindungan fungsi lingkungan hidup harus sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan. (2) Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan. Pasal 8 (1) Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain: a. Jumlah manusia yang terkena dampak; b. Luas wilayah bersebaran dampak; c. Intensitas dampak d. Lamanya dampak berlangsung;

- 38 - e. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak; f. Sifat kumulatif dampak; g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak. (2) Pedoman mengenai penentuan dampak besar dan penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor 56 tahun 1994. Pasal 9 (1) Setiap pemrakarsa yang akan menyusun dokumen lingkungan wajib terlebih dahulu melakukan koordinasi kepada Bapedalda sebelum melakukan penyusunan dokumen AMDAL, UKL dan UPL. (2) Penyusunan dokumen AMDAL, UKL dan UPL disusun sebagaimana dimaksud ayat (1) disusun oleh pemrakarsa usaha dengan bekerja sama dengan konsultan penyusun. (3) Setiap jenis usaha dan/atau kegiatan yang hendak dibangun pada kawasan tertentu terlebih dahulu dilakukan peninjauan lapangan sebelum penyusunan dokumen lingkungan. (4) Bagi jenis kegiatan dan/atau usaha wajib AMDAL peninjauan lapangan dilakukan oleh komisi Penilai AMDAL dan tim penyusun dokumen lingkungan dan pemrakarsa usaha dan /atau kegiatan. (5) Bagi jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL peninjauan lapangan dilakukan oleh tim Bapedalda, instansi terkait yang membidangi usaha dan atau kegiatan, pemrakarsa usaha dan tim penyusun dokumen lingkungan. (6) Hasil peninjauan lapangan disampaikan kepada tim penyusun dokumen lingkungan sebagai bahan masukan dalam penyusunan dokumen.

- 39 - Pasal 10 (1) Pemrakarsa menyusun rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup, berdasarkan kerangka acuan, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang telah mendapatkan keputusan dari Bapedalda. (2) Penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup, berpedoman pada pedoman penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 11 (1) Kerangka Acuan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan diajukan oleh pemrakarsa usaha kepada Bupati melalui Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Daerah. (2) Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan tanda bukti penerimaan kepada pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal diterimanya rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup dimaksud pada ayat (1). (3) Komisi penilai Tim Teknis dan sekretariat AMDAL dibentuk oleh Bupati. Pasal 12 (1) Kerangka Acuan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Daerah.

- 40 - (2) Bupati menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL atas kerangka acuan, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dicantumkan dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan itu, dan pertimbangan terhadap saran pendapat dan tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat. Pasal 13 (1) Bupati menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha/ kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) dalam jangka waktu selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima dokumen Kerangka Acuan, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2). (2) Apabila Bupati tidak menerbitkan keputusan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dianggap layak lingkungan. (3) Jika terjadi dampak sebagai akibat tidak menerbitkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa.

- 41 - Pasal 14 (1) Bapedalda yang bertanggung jawab mengembalikan dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kepada pemrakarsa untuk diperbaiki apabila kualitas rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh Komisi penilai AMDAL tidak sesuai dengan pedoman penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup dan kajian ilmiahnya kurang sesuai. (2) Perbaikan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup diajukan kembali kepada instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pasal 10. (3) Penilaian atas rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup serta pemberian keputusan kelayakan lingkungan hidup atas usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 12. Pasal 15 (1) Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak dapat ditanggulanginya oleh teknologi yang tersedia, atau biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar daripada manfaat dampak besar dan penting positif yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, maka instansi yang bertanggung jawab memberikan keputusan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak layak lingkungan.

- 42 - (2) Instansi yang berwenang menolak permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan apabila instansi yang bertanggung jawab memberikan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Apabila rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang maka Bapedalda menolak dokumen AMDAL, UKL dan UPL Bagian Kedua UKL dan UPL Pasal 16 (1) Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. (2) Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. (3) Instansi pemberi izin menolak pemberian izin pemrakarsa apabila tidak melampirkan dokumen AMDAL atau UKL dan UPL. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan setelah mempertimbangkan masukan dari Bapedalda.

- 43 - Pasal 17 (1) UKL dan UPL bersifat spesifik bagi masing-masing jenis usaha atau kegiatan yang dikaitkan dengan jenis dampak yang ditimbulkan. (2) Pedoman teknis UKL dan UPL berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 (1) UKL dan UPL disusun oleh pemrakarsa usaha atau kegiatan dengan bekerja sama dengan konsultan penyusun. (2) UKL dan UPL disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang Lingkungan Hidup untuk mendapatkan kajian Tim Teknis yang dibentuk oleh Bupati. Pasal 19 (1) Tim dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) mengembalikan dokumen UKL- UPL kepada pemrakarsa atau penyusun apabila penyusunan dokumen tidak sesuai dengan pedoman Penyusunan yang telah ditetapkan dan kajian ilmiahnya di rasa kurang memadai. (2) Apabila dokumen UKL dan UPL telah disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan,dan kajian ilmiahnya cukup maka Bupati menerbitkan Keputusan Kelayakan Lingkungan. (3) Tim penilai atau Pemeriksa Dokumen UKL dan UPL harus memberikan tanda tangan pada dokumen yang telah dinilai atau diperiksa dalam bentuk Surat saran perbaikan dan daftar hadir dan dibuatkan Berita Acara.

- 44 - Pasal 20 (1) Surat saran perbaikan dan daftar hadir Tim Penilai atau Pemeriksa Dokumen sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat (3) harus dilampirkan pada dokumen Lingkungan untuk mendapatkan Keputusan Kelayakan Lingkungan. (2) Apabila tidak terdapat tanda tangan dalam Daftar Hadir dan Berita Acara hasil pembahasan, atau dari Tim Penilai atau Pemeriksa Dokumen Lingkungan maka Keputusan Kelayakan Lingkungan tidak dapat diterbitkan. Pasal 21 (1) Tiap penerbitan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib mencantumkan UKL dan UPL dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. (2) Izin melakukan usaha atau kegiatan tidak akan diterbitkan sebelum UKL dan UPL diselesaikan dan mendapat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup BAB V KADALUWARSA DAN PEMBATALAN Pasal 22 (1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan dinyatakan kadaluwarsa atas ketentuan Peraturan Daerah ini, apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan.

- 45 - (2) Apabila kelayakan lingkungan hidup dinyatakan kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka untuk melaksanakan rencana usaha dan/atau kegiatannya, pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan atas AMDAL, UKL dan UPL kepada instansi yang bertanggung jawab. (3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bapedalda memutuskan AMDAL, UKL dan UPL yang pernah disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali, atau Pemrakarsa wajib membuat dokumen lingkungan yang baru sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati. Pasal 23 (1) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau kegiatan menjadi batal atas kekuatan Peraturan Daerah ini apabila pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau kegiatannya. (2) Apabila Pemrakarsa usaha hendak melakukan usahanya dan/ atau kegiatan di lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemrakarsa wajib membuat AMDAL, UKL dan UPL yang baru sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini. Pasal 24 (1) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau kegiatan menjadi batal atas kekuatan Peraturan Daerah ini apabila Pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau bahan baku dan/atau bahan pendukung.

- 46 - (2) Apabila Pemrakarsa hendak melakukan usahanya dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Pemrakarsa wajib membuat AMDAL, UKL dan UPL baru sesuai dalam ketentuan Peraturan Daerah ini. Pasal 25 (1) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau kegiatan menjadi batal atas kekuatan Peraturan Daerah ini apabila terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat perubahan alam atau karena akibat lain dan pada waktu usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan. (2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/ atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Pemrakarsa wajib membuat AMDAL, UKL dan UPL baru sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB VI PENGAWASAN Pasal 26 Pemrakarsa melakukan pengawasan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada lokasi kegiatan dan menyampaikan hasilnya kepada Bupati dalam bentuk Laporan Mingguan melalui Bapedalda.

- 47 - Pasal 27 Bapedalda yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melakukan : a. Pengawasan dan mengevaluasi dokumen AMDAL, UKL dan UPL yang dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah dan Instansi teknis; b. Pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Laporan pengawasan dan evaluasi hasilnya disampaikan kepada Bupati dengan tembusan kepada Instansi yang berwenang menerbitkan izin. BAB VII PERAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI Pasal 28 (1) Setiap usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) wajib diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun dokumen AMDAL, UKL dan UPL. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan Pemrakarsa. (3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diumumkannya rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) warga masyarakat yang berkepentingan berhak mengajukan saran, pendapat dan tanggapan tentang akan dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan. (4) Saran, pendapat dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Bapedalda.

- 48 - (5) Saran, pendapat dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dipertimbangkan dan dikaji dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. (6) Tata cara dan bentuk pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Pasal 29 (1) Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses penyusunan dan penilaian kerangka acuan, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL), UKL dan UPL. (2) Bentuk dan tata cara keterlibatan warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 30 (1) Semua dokumen yang dibuat harus mempertimbangkan saran pendapat dan tanggapan warga masyarakat yang berkepentingan, kesimpulan komisi penilai dan keputusan kelayakan lingkungan hidup atas usaha dan/atau kegiatan bersifat terbuka untuk umum. (2) Bapedalda yang bertanggung jawab, wajib menyerahkan dokumen AMDAL, UKL dan UPL kepada Pemrakarsa dan Instansi teknis untuk dijadikan sebagai Pedoman Pembinaan, pengawasan,pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

- 49 - BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 31 (1) Biaya penyusunan dan penilaian kerangka acuan, ANDAL, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup dibebankan kepada pemrakarsa (2) Biaya penyusunan dan rapat koordinasi dengan instansi teknis UKL, UPL dibebankan kepada Pemrakarsa. (3) Tiap Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (2) dikenakan biaya administrasi sebagai berikut : a. Biaya keputusan kelayakan lingkungan tentang hasil kajian AMDAL sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah); b. Biaya persetujuan tentang hasil pemeriksaan dan evaluasi dokumen UKL-UPL sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah); c. Biaya pendaftaran pertama kali bagi usaha dan /kegiatan yang memiliki dokumen AMDAL dikenakan biaya Rp 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah); d. Biaya pendaftaran pertama kali bagi usaha dan /kegiatan yang memiliki dokumen UKL /UPL dikenakan biaya Rp 250.000,- (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah); e. Semua Usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dokumen AMDAL atau dokumen UKL/UPL wajib didaftar ulang setiap tahun;

- 50 - f. Biaya daftar ulang bagi usaha dan /kegiatan yang memiliki dokumen AMDAL dikenakan biaya Rp 250.000,- (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) per tahun; g. Biaya daftar ulang bagi usaha dan /kegiatan yang memiliki dokumen UKL/UPL dikenakan biaya Rp 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) pertahun (4) Semua biaya administrasi sebagaimana dimaksud ayat (3) disetorkan pada Kas Daerah. Pasal 32 (1) Biaya pembinaan teknis dan pengawasan dibebankan pada Anggaran Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan instansi teknis masing-masing. (2) Biaya penilaian dan pemeriksaan Dokumen AMDAL, UKL dan UPL dibebankan pada Anggaran Bapedalda. BAB IX SANKSI TERHADAP PELANGGARAN Pasal 33 (1) Bupati dapat mengenakan sanksi atas pelanggaran Peraturan Daerah ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a. Teguran Lisan; b. Peringatan Tertulis;

- 51 - c. Pembatasan Kegiatan Pembangunan; d. Penghentian Sementara; e. Pernyataan tidak layak; f. Pembekuan izin usaha dan/atau kegiatan; g. Pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan. (3) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati dapat pula mengenakan sanksi berupa denda administrasi setinggi-tingginya Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta Rupiah), sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 34 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2), 16 ayat (1), Pasal 22 ayat (2) dan Pasal 23 ayat (2) diancam hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000 (dua puluh lima juta Rupiah). (2) Selain ancaman hukuman dimaksud pada ayat (1) pelaku tindak pidana lingkungan hidup dikenakan sanksi pidana penjara paling lama dan/atau denda sesuai dengan jenis dan tingkat pidana lingkungan yang dilakukan menurut peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku.

- 52 - BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 35 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Bapedalda diberi wewenang khusus sebagai penyidik lingkungan atas pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran peraturan daerah ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan tegas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan, tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; c. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan d. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan Sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; e. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang pelanggaran Peraturan Daerah ini; f. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

- 53 - g. Meminta bantuan tenaga-tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pelanggaran Peraturan Daerah ini; h. Meminta berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; i. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah; j. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; k. Menghentikan penyidikan; l. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang pelanggaran Peraturan Daerah ini menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui Penyidik Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

- 54 - BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36 Bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki dokumen AMDAL, UKL dan UPL sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap berlaku wajib mendaftarkan diri ke Kantor Bapedalda dan wajib daftar ulang setiap 1 tahun sekali. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

- 55 - Pasal 38 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal Maret 2008 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, ttd H. UJANG ISKANDAR, ST, M.Si Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 27 Maret 2008. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, ttd Drs. KUSNAN ARIADY N. NIP. 010 072 420 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2008 NOMOR : 4.