PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KELAPA UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL MELALUI PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KELAPA UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL MELALUI PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Indo. J. Chem. Sci. 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. blender, ukuran partikel yang digunakan adalah ±40 mesh, atau 0,4 mm.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

LAPORAN AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI TANDAN PISANG MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS DAN FERMENTASI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME SACCHAROMYCES CEREVISIAE.

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI KULIT JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

PENGGUNAAN PRETREATMENT BASA PADA DEGRADASI ENZIMATIK AMPAS TEBU UNTUK PRODUKSI ETANOL

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

Bab III Metodologi Penelitian

Synthesis of Bioetanol from Rice Straw (Oryza sativa L) By Fermentation

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL ALTERNATIF

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

PEMBUATAN BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DENGAN METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Transkripsi:

Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KELAPA UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL MELALUI PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI Eleny Sania Putri* ) dan Supartono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Juli 2015 Disetujui Agustus 2015 Dipublikasikan November 2015 Kata kunci: Tandan kelapa lignoselulosa bioetanol Abstrak Tandan kelapa merupakan limbah utama berlignoselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa. Limbah tandan kelapa selama ini hanya dibakar, ditimbun dan dijadikan kompos. Limbah tandan kelapa mengandung 45% selulosa yang mana dapat berpotensi dijadikan bioetanol. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui waktu paling baik yang menghasilkan kadar glukosa paling tinggi dan presentase etanol yang dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol. Proses delignifikasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,01M. Selanjutnya dilakukan proses hidrolisis dan fermentasi. Dengan variabel terkendali untuk hidrolisis yaitu 80-90 C, konsentrasi HCl 12% dan fermentasi ph=5 dengan mikroba Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan untuk variabel bebas yaitu lama hidrolisis (30, 60, 90, 120 menit) dan lama fermentasi (7, 9, 12, 14 hari). Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pada variabel lama waktu hidrolisis yang paling baik adalah selama 30 menit dengan glukosa yang dihasilkan 12,7954 ppm. Kadar bioetanol tertinggi dicapai pada waktu fermentasi 7 hari sebesar 6,66%. Abstract Bunches of coconuts is the main lignocellulosic waste that has not been utilized optimally from coconut processing industry. Bunches of coconuts waste as long as it only burned, deposited and made into compost. Bunches of coconuts waste contains 45% cellulose have potentially which can be bioetanol. The purpose of this research is to know the best time that produces the most high glucose levels and percentage of ethanol produced from bioetanol-making process. Delignification process using NaOH 0, 01M. Hydrolysis and fermentation in the next process. With controlled variables for the hydrolysis of the 80-90 C HCl concentration of 12%, and ph = 5 fermentation with Saccharomyces cerevisiae microbes. As for the free variables are etchant for long time (30, 60, 90, 120 minutes) and long fermentation (7, 9, 12, 14 days). On the research results that was obtained on a variable length of time the most good are etchant for 30 minutes with the resulting glucose 12.7954 ppm. The highest attainable levels of bioetanol during fermentation 7 days of 6.66%. 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: E-mail: elenysaniaputri@gmail.com ISSN 2252-6951

Pendahuluan Krisis energi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini disebabkan karena menipisnya cadangan minyak bumi sedangkan tingkat penggunaannya cukup tinggi. Cadangan minyak bumi yang semakin berkurang memerlukan adanya sumber energi alternatif terutama energi yang dapat diperbaharui, salah satu contohnya adalah bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Etanol atau etil alkohol (C 2 H 5 OH) merupakan cairan tak berwarna dengan karakteristik antara lain mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar bila bocor (Novia, et al.; 2011). Bioetanol dapat diproduksi dengan bahan yang mengandung lignoselulosa. Bahan lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman dengan komponen utama lignin, selulosa dan hemiselulosa (Hermiati, et al.; 2010). Tandan kelapa merupakan limbah yang melimpah di Indonesia. Padahal tandan kelapa berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan baku bioetanol. Tandan kelapa memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku bioetanol. Hal ini karena tandan kelapa mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45% menjadikan tandan kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Proses konversi bahan berselulosa menjadi bioetanol meliputi perlakuan awal, delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Bahan yang mengandung gula dapat langsung difermentasi, akan tetapi bahan yang mengandung pati dan selulosa harus didelignifikasi dan dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen yang sederhana. Hidrolisis yang paling sering digunakan untuk menghidrolisis selulosa adalah hidrolisis secara asam. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H 2 SO 4 ), asam perklorat (HClO 4 ) dan asam klorida (HCl). Kemudian glukosa difermentasi dengan menggunakan bakteri atau ragi yang dapat mengkonversi gula menjadi bioetanol. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis melakukan penelitian mengenai lama proses terjadinya hidrolisis dan fermentasi dari pembuatan bioetanol yang paling baik mendapatkan kadar glukosa yang paling tinggi, serta persentase etanol dalam bioetanol yang dihasilkan. Metode Penelitian Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tandan kelapa yang diperoleh dari tempat penjualan es degan di daerah Gunungpati kota Semarang, aquades, urea, ammonium sulfat, HCl, NaOH, KOH, reagen DNS, sukrosa, etanol dengan grade pro analyst buatan Merck, dan ragi Saccharomyces cereviseae. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat distilasi, ayakan 50 mesh, autoclave, oven, labu leher tiga disertai pendingin balik, neraca analitik Denver Instrument, spektrofotometer UV-Vis Thermo Spectronic, gas chromatography (GC), gas chromatography massspectroscopy (GC-MS) dan spektrofotometer infra merah (FT-IR). Prosedur penelitian meliputi persiapan sampel tandan kelapa dipotong dimasukkan ke autoclave selama 4 jam pada suhu 120 C. Setelah lunak dipotong tipis-tipis hingga lebih kecil lalu diblender hingga menjadi serbuk. Serbuk tandan kelapa dicuci dengan air hingga bersih, dioven pada suhu 100-105 o C selama 4 jam. Serbuk tandan kelapa kering diayak menggunakan pengayak berukuran 50 mesh. Serbuk tandan kelapa ditambahkan larutan NaOH 0,01M. Kemudian dipanaskan dan diaduk dengan magnetic stirrer selama 8 jam pada suhu 80 C. Selanjutnya larutan disaring dan dibilas dengan air hingga netral. Kemudian dioven pada suhu 100 C selama 4 jam. Serbuk tandan kelapa hasil delignifikasi ditambahkan katalis asam HCl 12%. Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu hidrolisis (labu leher tiga dilengkapi dengan pendingin balik) dipanasi dengan suhu 90 o C selama 30, 60, 90, 120 menit. Kemudian larutan hasil hidrolisis disaring dan diambil filtratnya untuk dianalisis kadar glukosanya dengan metode Miller menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Filtrat hasil proses hidrolisis dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan NaOH 4M sampai ph menjadi 5. Kemudian ditambahkan ammonium sulfat dan urea sebagai nutrisi. Selanjutnya dipasteurisasi pada suhu 120 C selama 15 menit lalu didinginkan. Ditambahkan sukrosa sebanyak 1 g/l lalu ditambahkan ragi tape (Saccharomyces cereviseae). Selanjutnya dilakukan inkubasi dengan cara menutup rapat wadah, dan selang disambungkan dari wadah ke wadah lain yang berisi air pada suhu berkisar antara 27-30 o C dan variasi waktu fermentasi 179

yaitu 7, 9, 12 dan 14 hari. Kemudian disaring dan diambil filtratnya untuk proses destilasi. Setelah didestilasi sampel diuji dengan alat GC, GC-MS dan FT-IR. Uji adanya bioetanol dengan K 2, uji nyala dan uji massa jenis. Hasil dan Pembahasan Tandan kelapa mengandung selulosa mengandung lignin dan hemiselulosa. Oleh karena itu, selulosa dalam tandan kelapa didelignifikasi terlebih dahulu dengan cara menghilangkan lignin dan dilanjutkan dengan hidrolisis (Jalaludin dan Rizal; 2005). Delignifikasi merupakan suatu proses pembebasan lignin dari suatu senyawa kompleks (Gunam, et al.; 2010). Proses ini penting dilakukan sebelum hidrolisis bahan selulosa, sebab lignin merupakan dinding kokoh yang melekat pada serat selulosa dan hemiselulosa sehingga suatu tanaman menjadi keras dan dapat berdiri kokoh. Jika lignoselulosa tidak didelignifikasi terlebih dahulu, maka selulosa sulit untuk dihidrolisis menjadi glukosa, karena lignin sangat kuat melindungi selulosa dan juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam proses fermentasi. Proses delignifikasi dilakukan menggunakan larutan NaOH karena larutan ini dapat menyerang dan merusak struktur lignin, bagian kristalin dan amorf, melarutkan lignin dan hemiselulosa serta menyebabkan pengembangan struktur selulosa (Gunam, et al.; 2010). Penggunaan NaOH encer mampu mendegradasi lignin yang membungkus selulosa. Substrat tandan kelapa dari hasil delignifikasi kemudian dilakukan proses hidrolisis tujuannya untuk mendapatkan glukosa. Pada penelitian ini hidrolisis dilakukan dengan menggunakan HCl 12% pada suhu 90-100 C dengan variasi waktu hidrolisis. Gugus H + dari HCl akan mengubah gugus serat dari serbuk tandan kelapa menjadi gugus radikal bebas. Gugus radikal bebas serat yang kemudian akan berikatan dengan gugus OH - dari air dan akan bereaksi menghasilkan glukosa (Hikmiyati & Yanie; 2008). Mekanisme reaksi total hidrolisis selulosa secara asam adalah sebagai berikut. Tabel 1. menunjukkan kadar glukosa terbanyak hasil hidrolisis yang dicapai pada waktu 30 menit dengan kadar glukosa sebesar 12,7954 ppm. Semakin lama waktu hidrolisis maka glukosa akan terdegradasi menjadi hydroxy methyl furfural dan bereaksi lebih lanjut membentuk asam formiat, sehingga menyebabkan kadar glukosa menurun dalam proses hidrolisis (Idral, et al.; 2012). Pada fermentasi glukosa ini digunakan ragi Saccharomyces cerevisiae, karena Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi terhadap alkohol yang tinggi (Elevri, et al.; 2006). Dalam proses fermentasi dipengaruhi oleh lamanya fermentasi, semakin lama waktu fermentasi maka mikroba akan melakukan penguraian yang lebih banyak. Selain itu penimbunan etanol berkonsentrasi tinggi hasil metabolisme Saccharomyces cerevisiae menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian sel Saccharomyces cerevisiae. Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memurnikan bioetanol. Proses destilasi hasil fermentasi bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari campurannya berdasarkan titik didihnya. Uji adanya bioetanol dengan K 2 yang mana reaksinya sebagai berikut. Sesuai reaksi diatas, alkohol teroksidasi karena Cr 6+ (kuning) tereduksi menjadi Cr 3+ (biru). Sampel positif mengandung alkohol apabila mengalami perubahan warna dari kuning menjadi biru. Pada destilat hasil fermentasi yang diuji dengan K 2 mengalami perubahan warna dari kuning menjadi coklat kehijauan. Tabel 1. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap kadar glukosa Gambar 1. Perubahan warna pada oksidasi sampel bioetanol dengan K 2 Pada Gambar 1. adalah bioetanol yang mengalami perubahan warna dari kuning menjadi coklat kehijauan. Hal ini karena alkohol teroksidasi Cr 6+ (kuning) di dalam larutan K 2 mengalami reduksi menjadi Cr 3+ (biru). Hasil sampel bioetanol ini dapat 180

dikatakan positif mengandung alkohol. Karena perubahan warna kuning menjadi coklat kehijauan. Seharusnya berwarna biru namun karena kadar bioetanol yang kecil sehingga warna menjadi hijau tidak bisa biru. Uji kualitatif dengan uji nyala adanya bioetanol dilakukan dengan cara meneteskan sampel hasil destilat diatas kertas, kemudian dibakar dengan api sehingga menghasilkan nyala api berwarna merah yang cepat hilang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil destilat mengandung alkohol. Dapat dilihat pada Gambar 2. GC hasil distilasi dari fermentasi glukosa 7, 9,12 dan 14 hari. Gambar 2. Hasil uji nyala adanya bioetanol Uji kuantitatif massa jenis ini menggunakan botol sampel. Menentukan massa jenis biasanya dengan menggunakan piknometer. Karena hasil destilat tidak dapat memenuhi volume piknometer, jadi pada uji ini menggunakan botol sampel 20cc. Untuk menentukan massa jenis masing-masing dilakukan 3 kali ulangan penimbangan. Berat botol sampel 20cc setelah 3x pengulangan penimbangan adalah 16,5106 gram. Adapun hasil destilat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data hasil pengukuran massa sampel + botol sampel Gambar 3. Kromatogram GC hasil destilasi fermentasi (1) fermentasi 7 hari, (2) fermentasi 9 hari, (3) fermentasi 12 hari, (4) fermentasi14 hari. Hasil kromatogram GC destilat hasil fermentasi glukosa digunakan untuk menghitung kadar bioetanol yang dihasilkan dari setiap variasi waktu fermentasi. Pengaruh waktu fermentasi terhadap luas area kromatogram dan kadar masing masing destilat hasil fermentasi yang telah dibandingkan dengan etanol standar dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol Tabel 3. Data hasil perhitungan massa jenis setiap sampel Berdasarkan data-data pada Tabel 3. didapatkan massa jenis destilat hasil fermentasi pada hari ke-14 adalah 0,78662. Sedangkan massa jenis etanol p.a adalah 7,90. Dengan hasil massa jenis yang mendekati maka dapat dikatan bahwa massa jenis detilat hasil fermentasi ke-14 mengandung etanol. Hasil destilasi kemudian dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas. Kromatogram Kadar bioetanol tertinggi dicapai pada saat waktu fermentasi optimum 7 hari yaitu 6,66 % dengan luas area sebesar 668,27886. Namun pada hari selanjutnya yaitu hari ke-9, 8 dan 14 kadar bioetanol yang dihasilkan mengalami penurunan. Menurut Ariyani, (2012) hal ini dimungkinkan karena kerja mikroba terhambat dan akan menuju fase kematian, selain itu bioetanol yang dihasilkan telah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Destilat hasil fermentasi glukosa selanjutnya diuji dengan FT-IR, kemudian di identifikasi dengan menggunakan GC-MS. Sampel yang dianalisis dengan GC-MS adalah hasil fermentasi ke-14 hari, karena menghasilkan etanol yang murni. 181

Gambar 4. Spektrum FT-IR bioetanol dari tandan kelapa Tabel 5. Hasil analisis adanya etanol dengan menggunakan FT-IR molekul CH 3 CH 2 O dengan m/e= 45. Ion CH 3 CH 2 O + dengan m/e=45 mengalami pemecahan dengan melepaskan CH 3 radikal, menghasilkan ion CH 2 =OH dengan m/e=31. Ikatan CH 3 lebih mudah lepas dibandingkan OH karena gugus CH 3 memiliki energi ikatan yang lebih rendah yang disebabkan adanya pembentukan ikatan phi antara atom karbon dan atom oksigen setelah pelepasan radikal hidrogen. Gugus OH yang sulit terlepas mengakibatkan ion molekul bermuatan positif. Gambar 5. Kromatogram GC-MS fermentasi 14 hari Pada Gambar 5. kromatogram senyawa hasil fermentasi menunjukan bahwa muncul 2 puncak. Puncak pertama kemungkinan senyawa etanol pada waktu retensi 2,015 dan puncak kedua kemungkinan senyawa asam karboksilat pada waktu retensi 2,88. Pada karakterisasi ini mengalami kesalahan, kemungkinan besar karena sampel terkontaminasi sebelum di uji dengan GC-MS sehingga teroksidasi menjadi asam karboksilat. Gambar 6. Spektrum massa hasil fermentasi glukosa 14 hari Pada Gambar 6. spektrum massa hasil fermentasi menunjukkan pembacaan pada mass spectroscopy muncul Mr senyawa etanol yaitu Mr = 45. Pendekatan fragmentasi senyawa etanol seperti dalan Gambar 7. Pada Gambar 7. senyawa etanol diperkirakan mempunyai massa molekul m/e 46. Kemudian ion molekul [CH 3 CH 2 OH] + dengan m/e = 46 mengalami pemecahan dengan melepaskan H radikal menghasilkan pemecahan Gambar 7. Fragmentasi etanol Pada penelitian Noviani (2013), waktu hidrolisis limbah serbuk gergaji kayu sengon laut paling baik adalah 60 menit dengan kadar glukosa sebesar 12,31 ppm. Dan waktu fermentasi glukosa limbah serbuk gergaji kayu sengon paling baik yaitu pada fermentasi selama 9 hari dengan kadar etanol sebesar 2,99%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Noviani (2013). Waktu hidrolisis limbah tandan kelapa paling baik pada penelitian ini adalah 30 menit dengan kadar glukosa sebesar 12,7954 ppm. Kemungkinan karena waktu hidrolisis yang terlalu lama maka glukosa akan terdegradasi menjadi hydroxy methyl furfural. Sedangkan pada persentase etanol dalam bioetanol yang dihasilkan yaitu pada fermentasi selama 7 hari dengan kadar etanol sebesar 6,58%. Hal ini dimungkinkan karena bioetanol yang dihasilkan telah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Simpulan Waktu hidrolisis limbah tandan kelapa paling baik adalah 30 menit dengan kadar glukosa sebesar 12,7954 ppm. Sedangkan persentase etanol dalam bioetanol yang dihasilkan yaitu pada fermentasi selama 7 hari dengan kadar etanol sebesar 6,58%. Daftar Pustaka Ariyani, E. 2012. Pembuatan Bioetanol dari jerami padi. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang Elevri, P.A. & Surya, R.P. 2006. Produksi Etanol Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae yang Diamobilisasi dengan Agar Batang. Akta Kimindo. 1(2) Gunam, I.B., K. Buda, I.M.Y.S. Guna. 2010. Pengaruh Perlakuan Delignifikasi dengan 182

larutan NaOH dan Konsentrasi Substrat Jerami Padi terhadap prosukdi Enzim Selulase dari Aspergillus niger NRRL A- II,264. Jurnal Biologi, XIV: 55-61 Hermiati, E., D. Mangunwidjaja, T.C. Sunarti, O. Suparno, & B. Prasetya. 2010. Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu untuk Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4) Hikmiyati, N. dan N.S. Yanie. 2008. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong Melalui Proses Hidrolisa Asam dan Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Idral, D.D., M. Salim, E. Mardiah. 2012. Pembuatan Bioetanol dari Ampas Sagu dengan Proses Hidrolisis Asam dan Menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Kimia Unand, 1(1) Jalaludin, dan Rizal. 2005. Pembuatan Pulp dari Jerami Padi dengan Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal Sistem Teknik Industri, 6(5) Novia, M.F., M.F. Ariko, & D.H. Yogamina. 2011. Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi TKKS yang Didelignifikasi dengan Asam Sulfat dan NaOH untuk Produksi Etanol. Prosiding Seminar Nasional AvoER, ke-3: 451-462 Noviani, H. 2014. Pengolahan Limbah Serbuk Gergaji Kayu Sengon Laut Menjadi Bioetanol Menggunakan Saccharomycess cerevisia. Skripsi. Semarang. FMIPA. Universitas Negeri Semarang Schubert, C. 2006. Can biofuels finally take center stage Nature Biotechnol. 24(7): 777-784 183