OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Spark Ignition Engine

ANALISA PENGARUH DURASI CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR HONDA TIGER 200 CC TUNE UP DRAG BIKE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN CDI PREDATOR DUAL MAP TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Joko Sriyanto, MT. (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif F.T. UNY)

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

BAB IV PENGUJIAN ALAT

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

K BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR UDARA MASUK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR GAS BUANG PADA PLTD PULO PANJANG BANTEN

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN THROTTLE SWITCH SYSTEM PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TERHADAP DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN HONDA G200 DENGAN BAHAN BAKAR GAS LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Teknik Mesin UMY

PERBEDAAN ANTARA PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 5 K

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Wardoyo. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

Automotive Science and Education Journal

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI


Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

PENGARUH PENGGUNAAN CDI RACING TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC TRANSMISI AUTOMATIC TAHUN 2009

performa perubahan mesin diesel menjadi CNG Engine berbasis pada simulasi pemodelan menggunakan software GTPOWER. Diharapkan, dapat diketahui dari

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

BAB I PENDAHULUAN. (khususnya sepeda motor) berkembang. semakin pesat dewasa ini, yang juga diikuti oleh perkembangan

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH TIMING INJECTION TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL 1 SILINDER PUTARAN KONSTAN DENGAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR BIO-SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 TAK

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

Transkripsi:

ISSN: 1410-2331 OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER Mardani Ali Sera Program Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650 Email: mardani@mercubuana.ac.id Abstrak-- Proses pembakaran adalah proses secara fisik yang terjadi di dalam silinder. Proses pembakaran dimulai pada saat busi memercikkan bunga api hingga terjadi proses pembakaran. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen yaitu membandingkan daya dan konsumsi bahan bakar antara pengapian standar dengan pengapian menggunakan booster. Berdasarkan data hasil uji coba perbandingan antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster dengan objek penelitian mesin Toyota seri 5K diketahui adanya kenaikan 2.61% daya menjadi 27.723 kw dari 27.17 kw antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster pada putaran mesin 2400 rpm. Sedangkan prosentase kenaikan rerata daya sebesar 2.79 %. Penggunaan booster juga membuat penggunaan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster. Prosentase penurunan rerata konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) sebesar 6.99%. Pada sistem pengapian yang menggunakan booster, sfc minimum sebesar 0.219 kg/kwh pada putaran mesin 2200 rpm. Pada pengapian standar sfc minimum sebesar 0.231 kg/kwh pada putaran mesin 2400 rpm. Kata kunci: Proses pembakaran, bahan bakar spesifik Abstract -- Internal combustion engine physically took place inside the cylinder. The combustion process started when the spark plug ignite. In this experiment we compared the power and specific fuel consumption between ignitions using the standard spark plug to the booster spark plug. Based on the results using the 5K Toyota Engine, it is known there is an increase power the ignition using booster spark plug compared the standard spark plug for about 2,61% to 27.723 kw from 27.17 kw for the speed of 2400 rpm. The average power increased 2.79%. The use of spark plug booster also decreased the specific fuel consumption on average 6.99%. The lower sfc took place at about 0.219 kg/kwh on 2200 rpm. The minimum sfc at about 0.231 kg/kwh took place at 2.400 rpm. Keywords: combustion process, specific fuel consumption, 1. PENDAHULUAN Motor bensin merupakan salah satu jenis motor pembakaran dalam (Internal Combustion Engine-ICE). Motor bensin sangat banyak digunakan karena mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya yaitu harganya yang relatif murah, mudah dalam hal perawatan, dan mudah dalam memodifikasi mesin. Walaupun demikan, satu kelemahan ICE adalah masalah rendahnya efisiensi yang dihasilkan. Secara ratarata, efisiensi pembakaran ICE ada dikisaran 30-40% (Heywood, 1988). Karena itu, beragam upaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ICE. Mulai dari rekayasan sistem pemasukan (intake system) hingga riset dalam bidang sistem pengeluaran (exhaust system). Pada umumnya, upaya peningkatan efisiensi ICE biasanya ditempuh dengan dua cara. Cara optimasi atau cara disain ulang. Cara optimasi hanya mengubah atau menambah sistem yang ada. Sedang cara disain ulang biasanya membutuhkan usaha dari hulu ke hilir (Abu Bakar, Sera, dan Mun, 2001). Kajian kali ini termasuk optimasi dengan mengubah pengapian standar dan membandingkannya dengan pengapian sistem booster. Dengan asumsi dasar tidak perlu ada perubahan terhadap disain ruang bakar, material ruang bakar hingga volume ruang bakar konstan. Pada motor bensin, tenaga yang dihasilkan merupakan hasil dari proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Proses pembakaran adalah proses secara fisik yang terjadi didalam silinder selama pembakaran terjadi (Suyanto, 1989). Proses pembakaran dimulai pada saat busi memercikkan bunga api hingga terjadi proses pembakaran. Syarat untuk terjadinya proses pembakaran adalah adanya api untuk membakar, adanya udara, adanya bahan bakar, dan adanya kompresi. Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar 195

SINERGI Vol. 19, No. 3, Oktober 2015:195-200 Pembakaran campuran bahan bakar dan udara diperoleh dari percikan bunga api dari busi. Bunga api dihasilkan oleh suatu rangkaian listrik yang sering disebut sistem pengapian. Sistem pengapian ini berfungsi untuk menaikkan tegangan primer baterai (12 volt) menjadi tegangan sekunder yang tinggi dengan besar tegangan 10.000-20.000 volt atau lebih, sehingga akan terjadi loncatan bunga api pada elektrode busi. 2. SISTEM PENGAPIAN Awalnya sistem pengapian motor bensin bermula dari sistem pengapian konvensional. Sistem pengapian konvensional yang dimaksud yaitu menggunakan kontak platina dan baterai sebagai sumber tegangannya. Tegangan baterai umumnya sebesar 12 volt. Tegangan tinggi yang terjadi pada kumparan sekunder dihasilkan dengan cara memutuskan dan menghubungkan arus listrik yang terjadi pada kumparan primer koil pengapian secara mekanik. Komponen pengapian konvensional antara lain platina (breaker point), cam (nok), dan kondensor. Salah satu kelemahan dari sistem pengapian konvensional adalah terjadinya penurunan tegangan sekunder. Namun seiring dengan perkembangan teknologi maka sistem pengapian konvensional dikembangkan dan lebih disempurnakan lagi, contohnya dengan digunakannya sistem pengapian semi transistor atau full transistor pada kendaraan bermotor yang sekarang ada di pasaran. Kendaraan diharapkan selalu dalam performa yang tinggi dan mesin yang optimal. Kendaraan dengan mesin bensin mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya adalah mudah dalam memodifikasimesin. Modifikasi mesin dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan performa kendaraan. Modifikasi dapat dilakukan pada beberapa bagian. Biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan perbandingan kompresi, perbaikan sistem bahan bakar, dan perbaikan sistem pengapian. Perbaikan pada sistem pengapian ditujukan agar terjadi proses pembakaran sempurna di dalam silinder. Proses pembakaran sempurna akan mempengaruhi daya dan torsi mesin. Selain itu pembakaran sempurna juga akan mempengaruhi emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar. Penggunaan booster pengapian merupakan alternatif untuk memodifikasi mesin yang ditujukan untuk meningkatkan performa kendaraan. Booster pengapian bertujuan untuk mengurangi kelemahan dan kekurangan sistem pengapian konvensional. Gambar 1. Sistem dan Induksi Dini Sistem penyalaan adalah salah satu sistem yang ada dalam motor bakar yang menjamin motor dapat bekerja (Suyanto, 1989). Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan bunga api yang dapat membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder. Sistem pengapian yang dibutuhkan motor bensin adalah sistem yang menghasilkan loncatan bunga api yang besar sehingga tekanan pembakaran yang dihasilkan akan lebih besar. Sistem pengapian baterai pada motor bensin ada beberapa macam diantaranya sistem pengapian konvensional dan sistem pengapian transistor. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, suatu peristiwa ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai faktor-faktor serta hubungan hubungan antar fenomena yang diselidiki. 196 Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar

ISSN: 1410-2331 Setelah mempersiapkan bahan dan peralatan serta alat penelitian dapat berfungsi dengan baik selanjutnya melakukan langkah uji coba/eksperimen. Pengambilan data dengan eksperimen dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada tiap variasi putaran sehingga diharapkan diperoleh data yang valid. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu membandingkan daya dan konsumsi bahan bakar antara pengapian standar dengan pengapian menggunakan booster. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali pengambilan data, sehingga diharapkan data yang didapat benar-benar valid. Detail metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. platina (0.45 mm), waktu pengapian 80 sebelum TMA (dengan melepas selang vakum advancer), temperatur ruangan, dan temperatur kerja mesin yang dikondisikan sama pada setiap perlakuan. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan statistika deskriptif yang dilakukan dengan cara melukiskan dan merangkum pengamatan dari penelitian yang dilakukan (Arikunto,1996). Data yang dihasilkan digambarkan secara grafis dalam histrogram atau poligon frekuensi. Gambar 2. Disain Metode Penelitian Bahan dan Peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Beberapa variabel penelitian yang digunkan adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas Dalam penelitian ini yaitu sistem pengapian standar dan sistem pengapian yang menggunakan booster yang dipakai mesin Toyota seri 5K. 2. Variabel terikat Dalam penelitian ini yaitu daya dan konsumsi bahan bakar pada mesin Toyota seri 5K. 3. Variabel kontrol Variabel kontrol yaitu faktor lain di luar variabel penelitian yang diteliti tetapi dapat mempengaruhi hasil penelitian. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah tekanan kompresi (7 14 kg/cm2), celah busi (0,7 0,9 mm), celah Gambar 3. Test Bed Engine 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Perbandingan Daya Antara Sistem Standar Dengan Sistem Yang Menggunakan Booster Pada Mesin Toyota seri 5K. Tabel 1 memperihatkan data hasil eksperimen dari perbandingan daya (kw) antara sistem pengapian standar dengan sistem mesin Toyota seri 5K. Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar 197

SINERGI Vol. 19, No. 3, Oktober 2015:195-200 Tabel 1. Hasil perhitungan daya (kw) Putaran Sistem Persen Mesin (rpm) Standar Booster Kenaikan (%) 2000 22.479 22.623 0.64 2200 25.063 25.532 1.15 2400 27.17 27.723 2.61 2600 26.423 27.595 4.43 2800 22.418 24.940 11.25 3000 21.630 22.156 0.20 3200 20.693 20.958 1.28 3400 18.806 19.141 1.78 3600 17.606 17.765 0.90 3800 14.353 14.904 3.83 Dari data hasil eksperimen dapat diketahui bahwa pada tiap variasi putaran mesin terdapat perbedaan daya antara sistem pengapian standar dengan sistem pengapian yang menggunakan booster. Langkah eksperimen dilakukan dengan menggunakan mesin yang sama, suhu ruangan, suhu mesin, dan waktu untuk masing-masing pengulangan dikontrol agar relatif sama agar diperoleh data yang valid. Standar Dengan Sistem Yang Menggunakan Booster Pada Mesin Toyota seri 5K. Data hasil eksperimen dari perbandingan konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kw-h) antara sistem pengapian standar dengan sistem mesin Toyota seri 5K ditampilkan pada Tabel2. Tabel 2. Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kw-h) Putaran Sistem Persen Mesin (rpm) Standar Booster Penurunan (%) 2000 0.246 0.222 10.80 2200 0.235 0.219 7.30 2400 0.231 0.221 4.52 2600 0.245 0.227 7.92 2800 0.307 0.259 18.52 3000 0.331 0.317 4.41 3200 0.354 0.340 4.11 3400 0.407 0.392 3.82 3600 0.453 0.443 2.25 3800 0.594 0.559 6.26 Dari data hasil eksperimen dapat diketahui bahwa pada tiap variasi putaran mesin terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar spesifik antara sistem pengapian standar dengan sistem yang menggunakan booster. Langkah eksperimen dilakukan dengan menggunakan mesin yang sama, suhu ruangan, suhu mesin, dan waktu untuk masing-masing pengulangan dikontrol agar relatif sama agar diperoleh data yang valid. Pembahasan Berdasarkan Tabel 1 dan 2 merupakan hasil ujicoba/eksperimen perbedaan daya dan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster pada hydraulic engine test bed sehingga dapat diketahui besarnya daya dan sfc pada tiap variasi putaran mesin mulai dari putaran mesin 2000 3800 rpm. Besarnya nilai daya dan sfc diperoleh dari pengolahan data hasil pengujian yang telah dibahas sebelumnya. Untuk memperjelas pembahasan dan mempermudah analisis data perlu adanya pembahasan yang lebih spesifik mengenai daya dan konsumsi bahan bakar (sfc). Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 4 hasil penelitian menunjukkan perbedaan daya antara sistem pengapian standar dengan sistem mesin Toyota seri 5K pada tiap variasi putaran mesin. Gambar 4. Grafik P dan RPM Pada sistem pengapian standar daya pada putaran mesin 2000 rpm yaitu 22,479 kw. Sedangkan pada sistem pengapian yang menggunakan booster pada putaran mesin 2000 rpm daya yang dihasilkan sebesar 22,623 kw lebih besar 0,144 kw (0,64 %) dari daya sistem pengapian standar. Hal ini dapat dianalisa meskipun pada saat putaran mesin rendah pemasukan bahan bakar masih kurang optimal (bahan bakar yang dihisap kurang maksimal) dan tegangan pengapian yang tinggi namun pada sistem pengapian yang menggunakan booster karena tegangan pengapiannya lebih tinggi dan stabil maka bunga api yang terjadi juga lebih besar dan kuat sehingga dapat meningkatkan temperatur dan tekanan pembakaran, gaya dorong hasil pembakaran juga akan lebih optimal, dan kualitas pembakaran akan semakin meningkat sehingga daya yang dihasilkan juga lebih tinggi bila dibanding sistem pengapian standar. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 4 pada putaran mesin 2400 rpm, daya maksimal sistem pengapian standar yang dihasilkan sebesar 27,17 kw. Sedangkan pada sistem pengapian yang menggunakan booster daya maksimal pada 198 Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar

ISSN: 1410-2331 putaran mesin yang sama sebesar 27,723 kw atau lebih besar 0,706 kw (2,61 %) dari daya maksimal pengapian standar. Pada kisaran putaran mesin tersebut dimungkinkan pemasukan bahan bakar paling optimal, efisiensi volumetrik dan pengisian optimal, dan pengapian juga optimal sehingga daya yang dihasilkan akan maksimal pula. Akan tetapi dengan menggunakan booster tegangan pengapian yang dihasilkan akan lebih besar dan bunga api juga lebih kuat dan stabil. Gaya dorong hasil pembakaran juga meningkat sehingga pada kisaran putaran mesin tersebut daya yang dihasilkan juga akan lebih tinggi bila dibandingkan pengapian standar. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 4 untuk putaran mesin yang semakin bertambah terjadi penurunan daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terkecil terjadi pada putaran mesin tertinggi (3800 rpm). Pada sistem pengapian standar pada putaran mesin 3800 rpm daya yang dihasilkan sebesar 14,353 kw. Sedangkan pada pengapian yang menggunakan booster daya pada putaran yang sama yaitu 14,904 kw atau lebih besar 0,551 kw (3,83 %) dari pengapian standar. Dapat dianalisa dari Tabel 1 dan Gambar 4 bahwa daya akan cenderung turun pada putaran mesin yang semakin bertambah meskipun daya akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya putaran mesin. Hal ini karena pada putaran mesin semakin tinggi kecepatan hisap piston akan meningkat sehingga waktu pemasukan juga akan semakin singkat maka efisiensi volumetrik dan pengisiannya juga akan turun. Pembakaran akan maksimal jika pemasukan campuran bahan bakar dan udara besar, tekanan kompresi optimal dan pengapian yang optimal. Faktor penurunan tegangan pengapian juga akan mempengaruhi daya yang dihasilkan. Karakteristik dari pengapian baterai konvensional yaitu terjadi penurunan tegangan pengapian pada putaran mesin yang tinggi, dikarenakan pada kecepatan tinggi saat menutupnya kontak platina semakin singkat sehingga aliran arus primer kurang mencukupi dantegangan pengapian akan turun sehingga menyebabkan daya yang dihasilkan juga akan menurun. Dengan menggunakan booster tegangan pengapian yang dihasilkan akan lebih stabil dan kuat, bunga api yang dihasilkan juga semakin kuat. Salah satu syarat pembakaran campuran bahan bakar-udara adalah bunga api yang kuat (disebabkan karena udara memiliki tahanan listrik yang naik ketika udara dikompresikan). Dengan bunga api yang kuat dan stabil akan meningkatkan temperatur dan tekanan pembakaran serta gaya dorong hasil pembakaran. Proses pembakaran yang lebih optimal akan menyebabkan daya mesin yang dihasilkan lebih besar bila dibandingkan dengan pengapian standar. Nilai rerata daya mesin yang dihasilkan dari sistem pengapian menggunakan booster juga lebih besar bila dibandingkan dengan sistem pengapian standar. Kenaikan daya reratanya yaitu sebesar 2,79 % dari sistem pengapian standar. Dari Tabel 2 dan Gambar 5 hasil penelitian konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) menunjukkan bahwa pada sistem pengapian yang menggunakan booster lebih hemat dibandingkan dengan sistem pengapian standar pada tiap variasi putaran mesin. Gambar 5. Grafik SFC dan RPM Menurut Tabel 2 dan Gambar 5 pada sistem pengapian standar sfc yang dihasilkan sebesar 0,246 kg/kw-h pada putaran mesin 2000 rpm. Berbeda dengan pengapian yang menggunakan booster. Pada putaran mesin yang sama sfc yang dihasilkan sebesar 0,222 kg/kw-h atau lebih kecil 0,24 kg/kw-h (10,80%) dari pengapian standar. Hal ini dapat dianalisa bahwa meskipun pada putaran rendah tegangan pengapian tinggi tetapi dengan menggunakan booster maka tegangan pengapian akan lebih tinggi dan bunga api yang dihasilkan juga akan lebih kuat daripada pengapian standar sehingga proses pembakaran yang terjadi akan lebih sempurna dan menghemat konsumsi bahan bakar. Kemudian pada putaran mesin 2000 rpm sampai dengan 2400 rpm terjadi penurunan sfc. Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 5 pada sistem pengapian standar sfc minimum yang dihasilkan sebesar 0,231 kg/kw-h pada putaran mesin 2400 rpm. Pada sistem pengapian yang menggunakan booster nilai sfc minimum sebesar 0,219 kg/kw-h pada putaran mesin 2200 rpm atau lebih kecil 0,16 kg/kw-h atau turun sebesar 7,30% dibandingkan sistem pengapian standar pada putaran mesin yang sama. Hal ini dapat dianalisa karena pada kisaran putaran mesin 2400 rpm Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar 199

SINERGI Vol. 19, No. 3, Oktober 2015:195-200 efisiensi volumetrik dan efisiensi pengisiannya optimal, daya yang dihasilkan juga maksimal dan proses pembakaranyang berlangsung terjadi sempurna sehingga menyebabkan nilai sfc yang dihasilkan paling minimum. Namun dengan menggunakan booster maka sfc yang dihasilkan akan lebih kecil dikarenakan tegangan pengapian yang dihasilkan lebih besar sehingga bunga api semakin kuat dan stabil yang mana akan memperbaiki proses pembakaran, pembakaran menjadi lebih sempurna dan akhirnya dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Untuk sfc maka faktor yang sangat berpengaruh adalah waktu konsumsi dan daya yang dihasilkan. Maka berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa sfc paling minimum secara keseluruhan akan tercapai pada daya maksimal karena pada saat tersebut terjadi pembakaran yang sempurna. Setelah putaran mesin 2400 rp mulai terjadi kenaikan sfc. Kenaikan terjadi sampai pada putaran mesin 3800 rpm. Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 5 sfc maksimum terjadi pada putaran mesin yang paling tinggi. Dapat dianalisa bahwa kenaikan sfc dikarenakan secondary system karburator mulai bekerja pada kisaran putaran mesin menengah (2400 rpm) sehingga akan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Dengan putaran mesin yang semakin tinggi maka efisiensi volumetrik dan efisiensi pengisiannya juga akan semakin turun. Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) cenderung meningkat seiring dengan putaran mesin karena pada saat putaran mesin tinggi diperlukan bahan bakar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mesin. Selain itu juga terjadi penurunan tegangan pengapian pada putaran mesin yang semakin bertambah (karakteristik pengapian baterai konvensional) dan bunga api yang dihasilkan akan melemah sehingga kualitas pembakarannya juga akan menurun. Pada pengapian menggunakan booster nilai sfcnya lebih kecil dibandingkan pengapian standar. Karena pada putaran mesin tinggi meskipun terjadi penurunan tegangan pengapian namun dengan menggunakan booster, penurunan tegangan pengapiannya lebih kecil. Tegangan pengapian lebih tinggi dan bunga api yang dihasilkan lebih kuat dan stabil bila dibanding pengapian standar yang mana akan menyebabkan terjadinya proses pembakaran lebih sempurna sehingga konsumsi bahan bakarnya akan lebih irit/hemat. Konsumsi bahan bakar (sfc) pada sistem pengapian menggunakan booster nilai reratanya lebih kecil atau lebih hemat dibandingkan dengan sistem pengapian standar. Prosentase penghematan reratanya yaitu sebesar 6,99% dari sistem pengapian standar. 5. PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya daya dan konsumsi bahan bakar spesifik antara sistem pengapian standar dengan mesin Toyota seri 5K pada hydraulic engine test bed di Laboratorium Teknik Mesin UNNES dengan variasi putaran mesin 2000 rpm sampai dengan 3800 rpm. Keterbatasan kemampubacaan yang rendah dari insturmen alat ukur yang dipakai dimungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan. Berdasarkan data hasil uji coba penelitian studi perbandingan antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster dengan objek penelitian mesin Toyota seri 5K dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan daya pada mesin Toyota seri 5K antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster. Daya maksimal yang dihasilkan pada sistem pengapian yang menggunakan booster sebesar 27.723 kw, naik 2.61 % dari sistem pengapian standar pada putaran mesin 2400 rpm. Sedangkan prosentase kenaikan rerata daya sebesar 2.79 %. Selain itu, adanya perbedaan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) antara sistem pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan booster. Prosentase penurunan rerata konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) sebesar 6.99%. Pada sistem pengapian yang menggunakan booster, sfc minimum sebesar 0.219 kg/kwh pada putaran mesin 2200 rpm. Pada pengapian standar sfc minimum sebesar 0.231 kg/kwh pada putaran mesin 2400 rpm. DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar, Rosli, Sera, Mardani Ali, and Mun, Wong Hong. Towards The Implementation Of CNG Engine: A Literature Review Approach To Problems and Solutions, BSME-ASME International Conference on Thermal Engineering, Dhaka, 2001. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Sut Pendekatan Praktek. Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1996. Heywood, John B., Internal Combustion Engine Fundamentals. Singapore: McGraw- Hill International Edition, 1988. Suyanto, Wardan., Teori Motor Bensin. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1989; 252. 200 Mardani Ali Sera, Optimasi Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar