BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN - 1 -

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT)

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pengertian Pendaftaran Tanah Tujuan Pendaftaran Tanah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatannya haruslah di dasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI

BAB 2 FAKTOR RISIKO PEMBEBASAN TANAH YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

LAHAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM ABSTRAK

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang. pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pembangunan yang meningkat pesat

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat. Padahal, tanah dari dulu hingga sekarang tidak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LKPJ BUPATI SEMARANG TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

BAB I PENDAHULUAN. peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertambah akan tetapi justru makin berkurang. Dampaknya untuk

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi sosial, yang berarti bahwa kegunaan tanah diutamakan untuk kepentingan orang banyak/umum daripada untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD 45 telah disebutkan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tanah sebagai fungsi sosial diperkuat lagi dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 2 ayat (2) nomor 5 tahun 1960 yang menyebutkan bahwa kewenangan negara adalah: 1. Kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. 2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa. 3. Menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. Kekuasaan Negara terhadap tanah tidak bersifat mutlak, akan tetapi bertujuan untuk menerapkan fungsi sosial tanah. Oleh sebab itu, perorangan atau lembaga masyarakat tidak boleh atau tidak berhak untuk melaksanakan penguasaan tanah atas dasar fungsi sosial. Alasan fungsi sosial tersebutlah yang digunakan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) mengajukan permohonan kepada Walikota Bandung untuk melakukan pengadaan tanah dalam rangka menormalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo agar dapat menyelesaikan permasalahan banjir yang terjadi di DAS Cisaranten dan Cinambo melalui serangkaian proyek normalisasi anak-anak Sungai Citarum bernama Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Citarum. Kepala Dinas Pengairan Kota Bandung pada saat itu, Faridl Mulyadi, menjelaskan normalisasi anak-anak Sungai Citarum dilakukan akibat kondisi banjir yang selalu terjadi di kawasan DAS Cisaranten dan Cinambo setiap hujan turun. Penyebabnya, saluran Sungai Cisaranten dan Cinambo, yang semula merupakan saluran pembawa (irigasi) seiring dengan perubahan fungsi lahan, berubah pula fungsi saluran tersebut, menjadi saluran drainase (saluran pembuang). Sungai Cisaranten dan Cinambo yang semula mempunyai lebar dasar 1

saluran 3 sampai 4 meter, menyempit menjadi sekitar 2 meter. Selain itu juga, terjadi pendangkalan, baik oleh sendimen maupun sampah yang sudah sangat memprihatinkan, seiring dengan sudah rusaknya daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu dan sepanjang sungai. Menurut Laporan Perkembangan Pengadaan Tanah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2006, Luas DAS Cisaranten dan Cinambo adalah sebesar 67,49 km dan 400 Ha dari area tersebut adalah daerah banjir yang terdiri dari: Daerah pemukiman Daerah industri Fasilitas umum (jalan, masjid, kantor pemerintahan) Depo Pertamina Stasiun peti kemas Daerah pertanian Jalan utama KA stasiun Kiaracondong-Gedebage Kondisi banjir yang terjadi di DAS Cisaranten dan Cinambo mengakibatkan kerugian pada aset-aset industri dan pertanian, serta lumpuhnya kegiatan industri dan mobilisasi pada area yang terkena banjir. Hal ini menyebabkan sorotan baik dari pihak masyarakat Kota Bandung maupun dari luar Kota Bandung. Sehingga dalam upaya penanggulangan banjir di area DAS Cisaranten-Cinambo, perlu dibuat sistem perencanaan terpadu, baik drainase pemukiman, drainase jalan dan drainase utama sungai dengan tujuan agar dapat melindungi daerah penting terhadap genangan banjir, mengurangi luas genangan, tinggi genangan, dan lama genangan sehingga akan mengurangi kerugian terhadap bahaya banjir. Normalisasi sungai secara umum diartikan sebagai upaya merapikan atau menata sungai. Proyek Normalisasi biasanya meliputi pelurusan kelokan sungai, pengerasan dinding sungai, pembangunan sudetan, pembuatan tanggul dan juga pengerukan. Pengerasan atau penguatan tebing sungai biasanya dilakukan dengan pembetonan dinding atau dengan pemasangan batu kali. Sudetan biasanya dilakukan dengan membuat aliran sungai baru yang lurus dengan lintasan terpendek. Sementara itu, pembuatan tanggul dilakukan dengan menimbun sungai dengan tanah atau dengan dinding beton yang terpasang memanjang di lokasi-lokasi bertopografi rendah yang dipandang rawan banjir. 2

Tujuan dari normalisasi ini adalah untuk meningkatkan daya pengaliran debit sungai sehingga level muka air menjadi lebih rendah sehingga tidak membanjiri bidang-bidang tanah yang berada di sekitar sungai tersebut. Permasalahan muncul ketika Departemen Kimpraswil, sebagai instansi pemerintah yang berwenang dalam mengadakan proyek normalisasi tidak memiliki cukup tanah pada lokasi tersebut yang dapat memungkinkan terlaksananya proyek. Oleh sebab itu, diadakanlah pengadaan tanah. Pengadaan tanah merupakan suatu keharusan untuk menunjang terwujudnya sarana umum dan apabila ternyata pemerintah tidak mempunyai cukup tanah untuk itu, maka satusatunya jalan dengan pengadaan tanah dari yang dihaki atau dimiliki oleh masyarakat baik secara individu maupun kelembagaan. [Iskandar Syah, Mudakir. 2007] Pada dasarnya, tujuan inti dari pengadaan tanah adalah mendapatkan lahan bagi instansi pemerintah yang membutuhkan tanah dengan cara mengganti rugi tanah, bangunan, dan tanaman yang telah dimiliki oleh masyarakat agar proyek pembangunan kepentingan umumnya dapat berjalan. Namun, dalam kenyataannya, pengadaan tanah bukanlah suatu kegiatan yang sederhana dan mudah. Tanah merupakan tempat masyarakat untuk bertempat tinggal, dan melakukan kegiatan usaha. Oleh karena manfaat tanah yang penting dalam kehidupan sehari-hari tersebut, kepemilikan bidang tanah seringkali menjadi dasar persoalan di masyarakat. Terlebih dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dimulai dari masalah sengketa kepemilikan hingga masalah ganti rugi. Masyarakat menganggap, dengan memiliki suatu hak atas tanah dan mengusahakannya, maka bidang tanah tersebut menjadi miliknya secara mutlak, sehingga apabila terjadi pengadaan tanah, masyarakat merasa keberatan untuk melepaskan hak atas tanahnya. Masalah-masalah tersebutlah yang senantiasa terjadi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum akibat rendahnya informasi yang dimiliki oleh masyarakat mengenai batasan kepemilikan hak atas tanah berdasarkan peraturan pertanahan yang diakui di Indonesia. Pasal 33 ayat 3 UUD 45 menunjukkan bahwa hakikatnya, kemanfaatan seluruh bidang tanah yang berada di wilayah NKRI adalah untuk kepentingan bangsa Indonesia. Isi pasal tersebut kemudian diperkuat dengan kemunculan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di tahun 1960 yang memuat dasar hukum pertanahan yang berlaku di Indonesia. Dalam pasal 1 ayat 3 UUPA disebutkan bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa adalah hubungan yang bersifat abadi. Atas dasar tersebut, negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat, berhak dan wajib untuk mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah, serta mengatur hubungan hukum dari bumi, air dan ruang angkasa dengan 3

tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pasal inilah muncul hak menguasai dari negara, Hak menguasai dari negara memperbolehkan masyarakat untuk mempergunakan tanahnya sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa dengan tujuan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, melalui hak menguasai dari negara itulah kemudian timbul hak-hak atas tanah yang kita kenal sekarang (hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dsb). Namun, ketika dihadapkan dengan pengadaan tanah yang tujuannya adalah untuk pembangunan kepentingan umum, maka hak-hak atas tanah ini harus tunduk kepada hak bangsa yang tingkatannya paling tinggi. Karena para pemilik hak atas tanah ini telah membantu program pemerintah melalui pendaftaran tanah, dengan kata lain telah membantu usaha pemerintah dalam mewujudkan kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan, maka pelepasan hak-hak atas tanah ini harus melewati berbagai tanahapan yang melibatkan para pemilik hak atas tanah. Dalam mewujudkan hal tersebut maka dikeluarkanlah Keputusan Presiden nomor 55 tahun 1993 yang khusus mengatur mengenai konsep mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dalam peraturan tersebut, sisi penghormatan terhadap hak atas tanah ditonjolkan dengan dikemukakannya berbagai tahapan yang melibatkan pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman, khususnya dalam hal menentukan bentuk dan besar ganti rugi. Konsep dari pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum ini secara operasional diatur dalam peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 1994 yang berisi juklak/petunjuk operasional bagi pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Dalam penelitian ini difokuskan kepada mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, maka dasar dari penelitian ini hanya mengacu langsung kepada Keputusan Presiden nomor 55 tahun 1993 dan Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994. Peraturan mengenai kemanfaatan tanah untuk kepentingan umum yang disebutkan mulai dari UUD 45 hingga Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun 1994 menunjukkan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum bukanlah merupakan suatu proses yang mudah. Menentukan bentuk dan besar ganti rugi, merupakan suatu hal yang sulit. Bahkan, banyak dari pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan oleh panitia pengadaan tanah melalui musyawarah dan para pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tersebut belum memahami bagaimana mekanisme pengadaan tanah yang harus mereka lalui untuk mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. 4

Oleh karena itu, kiranya perlu dijabarkan mengenai tahapan dalam mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang harus dilewati apabila sebagian besar pemilik bidang tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, dan apabila sebagian besar menyutujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, sehingga, apabila selanjutnya diadakan pengadaan tanah untuk proyek pembangunan kepentingan umum yang serupa, maka proses pengadaan tanah tersebut diharapkan bisa menjadi lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang harus dipecahkan pada tugas akhir ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaiman mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan normalisasi Sungai Cisaranten- Cinambo dari ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung, sebagaimana yang diatur dalam Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994 dalam pelaksanaannya di lapangan? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud penulisan Tugas Akhir ini adalah menjabarkan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo dari ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung. Sedangkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah memberikan informasi yang terdiri dari: Informasi kualitatif, yaitu informasi mengenai mekanisme pengadaan tanah baik berdasarkan peraturan yang mendasarinya maupun sebagaimana yang telah dilaksanakan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman menyetujui dan tidak menyetujui bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan. Infomasi kuantitatif, yaitu informasi mengenai luas area pengadaan tanah, bidang tanah, sungai, dan jalan yang berada di dalam area tersebut, serta informasi mengenai dana kompensasi yang diberikan sebagai ganti rugi bidang tanah apabila berdasarkan NJOP bumi tahun terakhir sebelum pengadaan tanah dilaksanakan. 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan tugas akhir ini adalah : Membahas mekanisme pengadaan tanah dalam hal pelaksanaan di lapangan, bagi seluruh pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman yang menyetujui kesepakatan bentuk dan besar ganti rugi, dan bagi pemilik hak yang tidak menyetujui. 5

Data untuk membuat peta pengadaan tanah interaktif dalam tugas akhir ini adalah peta pendaftaran tanah skala 1:1000 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung dan peta tematik normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo skala 1:1000 yang dikeluarkan oleh Depkimpraswil. Data koordinat diambil dari peta pendaftaran tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung. Data NJOP bumi tahun 2006 di dua kecamatan dan kelurahan yang terkait, yaitu: Kelurahan Cisaranten Wetan, Kecamatan Ujung Berung Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik 1.5 Kemanfaatan Hasil yang diperoleh dari tugas akhir ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain: Masyarakat, memberikan informasi mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum apabila suatu saat bidang tanahnya terkena pengadaan tanah untuk proyek pembangunan kepentingan umum. Panitia pengadaan tanah, memberikan masukan-masukan mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum agar terjadi proses pengadaan tanah yang lebih baik apabila suatu saat menghadapi kasus pengadaan tanah serupa. 1.6 Metodologi Penelitian Visualisasi skematik dari metodologi penelitian tugas akhir ini digambarkan sebagai berikut: Persiapan penelitian Pengumpulan data Pengolahan data Analisis hasil penelitian Kesimpulan penelitian Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian 6

Secara garis besar, penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam lima tahapan sebagai berikut : Tahap I : Merupakan tahap persiapan penulis melakukan studi literatur dari berbagai referensi buku dan website yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dan wilayah penelitian. Tahap II : Melakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Data dari Kantor Pertanahan Kota Bandung berupa peta pendaftaran tanah skala 1:1000 dan data yuridis yang berhubungan dengan objek penelitian. Dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (Depkimpraswil) berupa data peta tematik normalisasi Sungai Cisaranten- Cinambo skala 1:1000, data tekstual berupa Undang-Undang Keppres No 55 tahun 1993 tentang pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, dan Peraturan kepala BPN no 1 tahun 1994 tentang petunjuk pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, dan dokumentasi tahapan pengadaan tanah proyek terkait. Dari Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandung berupa data Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bumi wilayah penelitian tahun 2006. Tahap III : Melakukan pengolahan data terhadap data-data yang diperoleh yang ditujukan untuk menjawab analisis kuantitatif sebagaimana tujuan penelitian ini dengan cara membentuk dan merelasikan data spasial dengan data atribut yang berasal dari data-data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya dengan memanfaatkan software AutodeskMap 2004 dan ArcGIS 9.2. Peta tersebut selanjutnya disebut sebagai peta pengadaan tanah interaktif. Dengan menghitung secara otomatis melalui data atribut yang telah direlasikan dengan data spasial pada peta pengadaan tanah interaktif ini bisa dihasilkan informasi luas area pengadaan tanah, dan besar ganti rugi tanah apabila berdasarkan NJOP bumi. Hasil hitungan luas dan besar ganti rugi tanah saat pelaksanaan pengadaan tanah kemudian dibandingkan dengan hasil hitungan dalam penelitian ini. Pada tahapan ini juga dijabarkan mengenai mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum studi kasus berdasarkan peraturan yang mendasarinya, yaitu Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN nomor 1 tahun 1994. Dari dokumentasi pelaksanaan pengadaan tanah, dijabarkan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dalam dua jenis kasus yang terjadi, yaitu: pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman yang setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan; dan bagi pemilik hak yang tidak setuju. Hasil dari penjabaran berdasarkan peraturan dengan pelaksanaannya kemudian dibandingkan. 7

Tahap IV : Melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah membandingkan dengan melihat perbedaan antara mekanisme hasil penjabaran berdasarkan peraturan dengan pelaksanaan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah bangunan dan tanaman setuju dan tidak setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan. Sementara analisis kuantitatif adalah membandingkan antara hasil hitungan luas dan besar ganti rugi tanah saat pelaksanaan pengadaan tanah dengan hasil hitungan penulis. Tahap V : Menarik kesimpulan dan saran, yaitu merumuskan hasil analisis dan pembahasan, kemudian memberikan saran untuk pengembangan lebih lanjut. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian, lingkup pembahasan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep yang mendasari studi ini antara lain mengenai pendaftaran tanah, penilaian tanah dan Sistem Informasi Geografis (SIG). BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan pelaksanaan penelitian sbb: pembuatan peta interaktif pengadaan tanah normalisasi Sungai Cisaranten-Cinambo ruas Jalan Cisaranten hingga Jalan Golf, Kota Bandung dengan membentuk dan merelasikan data atribut dan spasialnya untuk menghitung area pengadaan tanah dan besar ganti rugi apabila berdasarkan NJOP bumi, penjabaran mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum berdasarkan Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994, dan penjabaran pelaksanaan mekanisme pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman menyetujui keputusan bentuk dan besar ganti rugi, dan pemilik hak tidak menyetujui. BAB IV ANALISIS PENELITIAN Bab ini berisi analisis kualitatif dan kuantitatif dari peta pengadaan tanah interaktif yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya. Analisis kualitatif yang dimaksud adalah 8

menganalisis perbedaan antara mekanisme sebagaimana yang diatur dalam Keppres no 55 tahun 1993 Jo. Peraturan Kepala BPN no 1 tahun 1994 dengan pelaksanaan di lapangan dalam hal pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman setuju dengan bentuk dan besar ganti rugi yang telah ditetapkan; dan pemilik hak atas tanah, bangunan, dan tanaman tidak menyetujui. Analisis kuantitatif adalah membandingkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini, yaitu luas area pengadaan tanah dan besar ganti rugi apabila berdasarkan NJOP bumi dengan hitungan luas area pengadaan tanah dan ganti rugi dalam pelaksanaan pengadaan tanah studi kasus. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan pelaksanaan penelitian ini. 9