QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN IZIN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI BUPATI ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Menimbang tentang Retribusi Pelayanan Pasar;

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 20 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG DALAM KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DALAM KABUPATEN BENER MERIAH

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 09 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBATASAN PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI BUPATI LAMPUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PERDAGANGAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 36 SERI C NOMOR SERI 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 35 TAHUN : 2005 SERI : C NOMOR : 2 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 35 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI ACEH TENGAH QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU TANAH MILIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO. Nomor : 24 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 37 SERI C NOMOR SERI 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 22 TAHUN 2005

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEREDARAN DAN PENERTIBAN HASIL HUTAN KAYU DI KABUPATEN BARITO UTARA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

IJIN LOKASI DAN PENETAPAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR. 15 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

1 of 5 02/09/09 11:45

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENYERTAAN DOKUMEN PELELANGAN PROYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN/RUANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN PARIWISATA BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PUNGUTAN/ RETRIBUSI TERHADAP HASIL PRODUKSI BAHAN OLAH KARET (BOKAR)

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

Transkripsi:

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN IZIN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI BUPATI ACEH BESAR Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya diseluruh Indonesia, perlu mengatur Kepemilikannya dan Penggunaannya melalui Pemberian Izin; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu menetapkan dalam suatu Qanun; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negaran Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4633); 9. Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 2

10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 394, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 14. Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1995 tentang Penjualan, Pemilikan dan Penggunaan Gergaji Rantai; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 16. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 17. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Perizinan Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; 18. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 03). 3

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH BESAR dan BUPATI ACEH BESAR MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN KABUPATEN ACEH BESAR TENTANG PEMBERIAN IZIN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten Aceh Besar adalah bagian dari Daerah Provinsi sebagai suatu Kesatuan Masyarakat Hukum yang diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan Masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang dipimpin oleh seorang Bupati; 2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten Aceh Besar adalah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Besar; 3. Bupati adalah Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar yang dipilih melalui suatu proses Demokratis yang dilakukan berdasarkan Azas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil; 4. Wakil Bupati adalah Wakil Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar yang di pilih melalui suatu proses Demokratis yang di lakukan berdasarkan Azas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil; 4

5. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRK adalah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh Besar yang Anggotanya di pilih melalui Pemilihan Umum; 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Besar; 7. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Besar; 8. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Besar; 9. Gergaji Rantai adalah gergaji yang biasa digunakan untuk menebang, memotong dan membelah kayu yang lazim disebut Chain Saw; 10. Hutan Milik adalah hutan yang tumbuh pada tanah yang dibebani hak milik, dan berasal dari hasil kegiatan nyata pada tanah milik dimaksud berupa penanaman dan pemeliharaan; 11. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah; 12. Kayu Masyarakat (Kayu Gampong) adalah bagian dari pohon yang ditebang berasal dari hutan hak atau tanah milik; 13. Polisi Hutan adalah pejabat tertentu dilingkungan Instansi Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang oleh dan Kuasa Undang-Undang memiliki wewenang Kepolisian terbatas dibidangnya; 14. PPNS adalah pejabat tertentu dilingkungan Instansi Pemerintah Daerah yang oleh dan kuasa Undang-Undang memiliki wewenang Penyidikan terbatas dibidangnya. BAB II PEMILIKAN GERGAJI RANTAI Pasal 2 Gergaji Rantai (Chain saw) hanya berhak dibeli dan dimiliki oleh : 5

a. Badan yang telah memperoleh hak atau izin menebang kayu dari pejabat yang berwenang : 1. Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK); 2. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT); 3. Pemegang Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK). b. Pemegang Izin Usaha Industri/ Kerajinan kayu yang menggunakan gergaji rantai memotong kayu di industrinya; c. Instansi Pemerintah meliputi : 1) Instansi Kehutanan; 2) Instansi TNI/ POLRI; 3) Instansi Pekerjaan Umum; 4) Instansi Pertamanan; 5) BUMN Departemen Pertanian; 6) BUMN Departemen Kehutanan; 7) Pendidikan dan Latihan. d. Khusus untuk butir c.1) sampai dengan c.7) adalah instansi yang karena tugas dan fungsinya ada kaitan dengan penebangan pohon; e. Dalam hal orang perorangan telah memiliki hasil tanaman (bukan hutan alam) yang untuk penebangannya diperlukan kegiatan terus menerus sepanjang tahun, dan luas serta jumlah pohon yang ditanam tidak memungkinkan untuk dieksploitasi secara manual; f. Perorangan yang melakukan penebangan/ pengolahan kayu tanah milik atau kayu gampong. BAB III PENDAFTARAN GERGAJI RANTAI Pasal 3 1) Pemilik gergaji sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, wajib mendaftarkan gergaji rantai miliknya secara langsung kepada Bupati C.q Dinas Kehutanan dan Perkebunan; 6

2) Pendaftaran secara langsung dilakukan dengan mengisi blangko yang diserahkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan; 3) Persyaratan dan tata cara pendaftaran akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 4 Pendaftaran gergaji rantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenakan biaya Perizinan. BAB IV PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI Pasal 5 1) Pada dasarnya gergaji rantai hanya boleh digunakan oleh pemiliknya. 2) Dalam hal gergaji rantai digunakan oleh petugas atau karyawan atau pihak lain, penggunaannya harus disertai dengan surat tugas dari pemiliknya yang telah mendapat izin; 3) Gergaji Rantai hanya dapat digunakan diluar kawasan hutan lindung. Pasal 6 Pemilik gergaji rantai dapat mengalihkan atau menjual kepada pihak lain dengan ketentuan si pembeli wajib membuat izin balik nama. (1) Izin diberikan untuk: 1. Izin Pendaftaran Pertama 2. Izin Perpanjangan 3. izin perpindahan lokasi 4. Izin balik nama BAB V IZIN DAN TARIF Pasal 7 7

(2) Izin Pendaftaran pertama yaitu izin yang diberikan untuk pendaftaran pertama; (3) Izin Perpanjangan yaitu izin yang diberikan untuk perpanjangan setelah 2 (dua) tahun; (4) Izin perpindahan Lokasi yaitu Izin yang diberikan apabila terjadi perubahan lokasi tempat penggunaan atas operasional Gergaji Rantai; (5) Izin balik Nama yaitu izin yang diberikan untuk pengalihan kepemilikan Gergaji Rantai. Pasal 8 (1) Surat izin pemilikan dan penggunaan gergaji rantai diberikan atas nama pemakai untuk jangka waktu 2 (dua) tahun; (2) Setelah habis masa berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemilik di wajibkan memperpanjang izin dimaksud; (3) Perpanjangan izin harus diajukan 15 (lima belas) hari sebelum berakhirnya izin dengan melampirkan persyaratan yang akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati; (4) Izin sebagaimana tersebut pada pasal 7 ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan atas nama Bupati. Pasal 9 (1) Besarnya tarif izin ditetapkan sebagai berikut : a. Izin gergaji mesin untuk pendaftaran pertama sebesar Rp. 150.000,- b. Izin perpanjangan sebesar Rp. 100.000,- c. Izin Perpindahan Lokasi sebesar Rp. 75.000,- d. Izin balik nama sebesar Rp. 100.000,- (2) Biaya Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke Kas Daerah Kabupaten Aceh Besar. 8

BAB VI PENGAWASAN DAN PENYIDIKAN Pasal 10 (1) Pengawasan atas penjualan dan pendaftaran gergaji rantai dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan; (2) Pengawasan atas penggunaan gergaji rantai dilakukan oleh Polisi Hutan dan PPNS; (3) Dalam melakukan pengawasan, Polisi Hutan dan PPNS harus dilrngkapi dengan Surat Perintah dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, kecuali dalam hal tertangkap tangan; (4) Setelah melakukan pengawasan atau menemukan adanya penyimpangan dan penyalahgunaan dalam penggunaan gergaji rantai, maka Polisi Hutan dan PPNS harus segera memproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 11 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari dan mengumpulkan serta meneliti keterangan atau laporan yang berkenaan dengan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan dan lembaga tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan lembaga sehubungan dengan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; 9

d. Memeriksa berkas-berkas catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai. e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; g. Menyuruh berhenti, melarang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana tentang pemilikan dan penggunaan gergaji rantai menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; BAB VII KETENTUAN PIDANA Pasal 12 (1) Gergaji rantai yang tidak dilaporkan atau tidak mempunyai izin, disita oleh Polisi Hutan/PPNS sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 10

(2) Apabila pemilik gergaji rantai tidak melaporkan gergaji rantainya atau tidak memiliki izin terhadap gergaji rantainya dapat diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah); (3) Tindak Pidana yang dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati; Pasal 14 Pada saat mulai berlaku Qanun ini, maka semua Peraturan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku lagi; Pasal 15 Qanun ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Besar. Ditetapkan di : Kota Jantho Pada tanggal : 2008 M 1429 H BUPATI ACEH BESAR BUKHARI DAUD Di undangkan di : Kota Jantho, Pada tanggal : 2008 M 1429 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH BESAR ZULKIFLI AHMAD LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2008 NOMOR : 08 11