JUDUL. Tugas UAS Regulasi Telekomunikasi. (Dosen : Bpk Iwan Krisnadi) Nama : Aun Abdul Wadud NIM : HP :

dokumen-dokumen yang mirip
DRAFT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR :.. TAHUN.. TENTANG PENGAMANAN PEMANFAATAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI BERBASIS PROTOKOL INTERNET

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA T E N T A N G

PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN TENTANG RUANG LINGKUP TUGAS ID-SIRTII

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Latar belakang pembentukan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KOMUNlKASl DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KOMUNlKASl DAN INFORMATIKA TENTANG

Keputusan Menteri tentang penyelenggaraan NAP (Netwok Access Point) dan ISP (Internet Service Provider) Oleh: Yudha Febi Irawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rata-rata jumlah insiden keamanan jaringan komputer per hari mencapai

: POB-SJSK-009 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/01/2013 Backup & Recovery Nomor Revisi : 02

Laporan Dwi Bulanan IV 2016

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Dwi Bulanan II 2017

Laporan Dwi Bulanan I 2017

Laporan Dwi Bulanan III 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga saat ini semakin meningkat, terutama pada jaringan internet

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sumber daya (dalam hal ini data) yang akan digunakan bersama dalam

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia

Laporan Dwi Bulanan V 2015

Laporan Dwi Bulanan I 2015

B AB 1 PENDAHULUAN. pegawai negeri sipil, data-data transaksi, beserta dokumen-dokumen peserta

Laporan Dwi Bulan V 2013

PERTANYAAN YANG SERING DIAJUKAN TENTANG IMPLEMENTASI TEKNIS ID-SIRTII

~ DIREKTORATJENDERALP~S DAN TELEKOMUNIKASI

Ahmad Fauzi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi juga mengalami. perkembangan yang pesat terutama dalam bidang teknologi informasi dan

Mengenal Berbagai Jenis Malware dan Pencegahannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi. Untuk mendapatkan dan menghasilkan informasi,

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. berlangsung di TELKOM R&D Center PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Jl.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan

BERITA NEGARA. No.797, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet. Pengamanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk chating. Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, seperti

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan akses internet dewasa ini sangat tinggi sekali. Baik untuk mencari

3. Penagihan dan pertanyaan akun lain yang terkait Semua pertanyaan tentang penagihan Perusahaan untuk jasa terkait harus dikirim melalui tiket area p

BAB IV Hasil dan Analisis. 4.1 Implementasi Implementasi Sharing File Menggunakan Kabel UTP

Koneksitas, Routing, dan Troughput Menggunakan Teknik Scalling Technique

7.1 Karakterisasi Trafik IP

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi informasi telah

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Aplikasi Komputer E-COMMERCE. Modul ke: Sulis Sandiwarno, S.Kom.,M.Kom. Fakultas FASILKOM. Program Studi. Sistem Informasi

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

PENERAPAN SMS GATEWAY DAN PACKET FILTER PADA PENGEMBANGAN SECURITY ALERT SYSTEM JARINGAN KOMPUTER

Dewi Wijayanti, S.Kom

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dimana suatu tempat tetap aman dan terawasi walaupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pert 11 DASAR-DASAR WEB DESIGN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Work Flow (SOP) Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII)

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

INDONESIA SECURITY INCIDENT RESPONSE TEAM ON INTERNET INFRASTRUCTURE. Iwan Sumantri. Wakil Ketua ID-SIRTII/CC Founder JABAR-CSIRT.

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RENCANA PENGANGGARAN SUMBER DANA (APBN/APBD) PERKIRAAN BIAYA (Rp)

.: BAB II :. Fokus : Desain Sistem Keamanan Jaringan. (pengamatan kontrol dan gambar sistem keamanan jaringan komputer)

BAB 1 PENDAHULUAN. daya, dimana dibutuhkan layanan-layanan dan aturan-aturan (protocols) yang

Penggunaan Teknologi Komputer di Bidang Perbankan. Disusun Oleh : : M. Agus Munandar : P

PENGENALAN INTERNET. Pertemuan X Konsep Internet Kegunaan Internet Sejarah Internet

PERMOHONAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN JASA AKSES INTERNET (ISP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr

Laporan Dwi Bulan V 2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 19 / PER/M.KOMINFO / 12 / 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG BADAN SIBER DAN SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan (Yuhefizar, p9, 2003

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol

Laporan Dwi Bulanan III 2016

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. bergerak di bidang sistem integrator, yang menyediakan solusi-solusi bagi

JARINGAN KOMPUTER. : Karyn Vusvyta NIM : DOSEN PEMBIMBING : Dr. Deris Stiawan, M.T. FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM KOMPUTER

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG. PENGEMBANGAN e-government DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

Laporan Dwi Bulanan II 2016

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 3. PENGENALAN INTERNET Oleh : Julham Afandi

Laporan Dwi Bulanan IV 2015

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pemanfaatan jaringan di kantor di Departemen Pekerjaan Umum Bidang Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

TUGAS KEAMANAN JARINGAN VPN DI LINUX

Laporan Dwi Bulanan I 2016

Gugatan terhadap Peraturan Menteri Komunikasi dan informasi No: 01 PER/M.KOMINFO/01/2009 tentang SMS/MMS Premium

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Laporan Dwi Bulanan II 2015

Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk

B A B III I M P L E M E N T A S I E T H E R N E T O V E R

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN TENTANG KEBIJAKAN INTEROPERABILITAS SISTEM INFORMASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA

Pengenalan Internet. Arrummaisha A

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. dibidang usaha jasa pengecekan dan maintenance VSAT dan perangkat jaringan. PT

EFISIENSI BIAYA DAN OPTIMASI DATA RATE PADA JARINGAN SYSTEM BANKING ONLINE (STUDI KASUS : PT BANK MEGA, Tbk.)

Transkripsi:

JUDUL Dampak penerapan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet terhadap penyedia layanan Internet atau Internet Service Provider (ISP) Tugas UAS Regulasi Telekomunikasi (Dosen : Bpk Iwan Krisnadi) Nama : Aun Abdul Wadud NIM : 55408110004 Email : AAbdul@xl.co.id / Aunsoft@yahoo.com HP : 0818-0669-3715 Program Magester Manajemen Telekomunikasi Universitas Mercu Buana Jl. Menteng Raya No. 29, Jakarta Pusat

I. Latar Belakang Pada tanggal 4 Mei 2007, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 26/PER/M.KOMINFO/5/2007 tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet. Menteri Komunikasi dan Informatika dalah hal ini menunjuk Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure (ID-SIRTII) untuk membantu pengawasan keamanan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet. ID-SIRTII memiliki tugas pokok yakni melakukan sosialisasi dengan pihak terkait untuk melakukan pemantauan dini, pendeteksian dini, peringatan dini terhadap ancaman terhadap jaringan telekomunikasi dari dalam maupun luar negeri khususnya dalam tindakan pengamanan pemanfaatan jaringan, membuat /menjalankan /mengembangkan dan database. Rentannya sistim pengamanan dalam suatu sistim informasi dapat menimbulkan beragam ganggu/serangan/ancaman terhadap sistim informasi. Bukan tidak mungkin, kegiatan tersebut menimbulkan kerugian ekonomis dikalangan pengguna teknologi informasi. Misalkan saja, hilangnya sumber daya internet di Indonesia hanya disebabkan oleh menumpuknya paket informasi yang dikirimkan oleh yang tidak bertanggung-jawab. Peran ID-SIRTII sebagai infrastruktur pendukung dalam penegakan hukum di Indonesia khususnya terhadap kejahatan yang memanfaatkan teknoogi informasi menjadi begitu strategis. Terutama dalam penyajian alat bukti elektronik menjadi bernilai secara hukum. Dalam suatu penyidikan, ID-SIRTII memilki peran sentral dalam memberikan informasi seputar lalu lintas internet di Indonesia. ID-SIRTII sebagai institusi hukum yang diberikan hak dan wewenang untuk melakukan monitoring atas lalu lintas internet di Indonesia dengan mengacu pada peraturan hukum sebagaimana berikut dibawah ini :

1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentangtelekomunikasi, sebagai mana di letakan di dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 154 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, sebagaimana di letakan di dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 107 dan Tambahan Lembaran Negaara Nomor 3980. 3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 27/PER/M.KOMINFO/9/2006. Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet (IP-Base) juncto Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 26/PER/M.KOMINFO/5/2007. Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet.

II. Visi dan Misi Menyelaraskan berjalannya peraturan menteri No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 dengan kemampuan dari penyedia internet atau Internet Service Provider (ISP) dan menemukan titik temu atau solusi terhadap semua permasalahan atau isu-isu baik yang non-teknis maupun yang teknis yang mungkin ditimbulkan dalam pelaksanaan permen tersebut, dan tentunya permen ini hanya bisa dijalankan jika terdapat dukungan dari Pelaksana ID-SIRTII, Penyelenggara Internet (ISP) dan semua pihak yang terlibat didalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung III. Pokok Permasalahan Seperti yang kita ketahui tujuan dari pemerintah untuk membuat peraturan menteri No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 adalah baik, hal ini sangat disetujui oleh semua kalangan, Internet adalah sebuah fasilitas komunikasi yang bersifat bebas, borderless atau tidak ada batasan, dengan internet inilah banyak terdapat berbagai kejahatan misalnya hacking, pishing, DoS, Cracking dan lain-lain, kejahatan tersebut biasanya dikenal dengan Cyber-crime, dengan adanya pengamanan jalur internet dan pengawasan packet internet tersebut dimungkinkan semua kejahatan tersebut bisa terdeteksi secara dini dan memungkinkan pula untuk dicegah sebelum terjadi kejahatan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala yang dialami oleh penyelenggara internet (ISP), dari beberapa persyaratan yang tercantum dalam pasal permen tersebut, berikut kutipan dari pasal 19 pada permen No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 :

KEWAJIBAN PENGAMANAN PEMANFAATAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI BERBASIS PROTOKOL INTERNET Pasal 19 (1) Setiap penyelenggaraan telekomunikasi yang menggunakan protocol internet wajib melakukan rekaman transaksi koneksi (log file) (2) Rekaman transaksi koneksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di simpan sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) bulan (3) Laporan rekaman transaksi sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara online kepada system database pemantauan dan pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protocol internet yang dimiliki oleh pelaksan ID- SIRTII (4) Dalam hal fasilitas keterhubungan secara online sebagaimana yang dimaksud ayat (3) belum tersedia, penyelenggara telekomunikasi yang menggunakan protocol internet wajib menyampaikan rekaman transaksi secara offline dalam bentuk media penyimpanan digital Storage Media) setiap 14 (empat belas) hari kalender kepada pelaksana ID-SIRTII A. Dampak pelaksanaan pasal 19, ayat (1) dan ayat (2) adalah : Untuk menyimpan log file dibutuhkan storage atau media penyimpanan elektronik yang cukup besar dan pada prakteknya log file yang tersimpan dalam 1 jam adalah sekitar 900MByte sehingga jika log file tersebut disimpan selama 3 bulan berarti dibutuhkan media penyimpanan sebesar : 24jam x 900Mbyte x 30hari x 3bln = 19994000 Mbyte atau setara dengan 2 TeraByte, jadi jika hal tersebut diwajibkan kepada semua penyedia internet (ISP) maka ISP membutuhkan effort atau usaha tambahan yang cukup besar yang meliputi : a. Capital Expense (CAPEX) untuk membangun media penyimpanan yang cukup besar, misalnya membangun server dengan kemampuan storage yang mampu meng-handle minimal 4 TeraByte

b. Rack atau kolokasi di masing-masing datacenter, hal ini akan membutuhkan tambahan Operating Expense (OPEX) yang berupa penambahan daya listrik untuk server dan sewa space kolokasi c. Human Resource yang menangani kebutuhan tersebut, paling tidak dibutuhkan 1 orang untuk melakukan backup, penyiapan FTP untuk di download dan lain-lain B. Dampak pelaksanaan pasal 19, ayat (3) adalah : Pada pasal 19 ayat (3) disebutkan bahwa Laporan rekaman transaksi sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara online kepada system database pemantauan dan pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protocol internet yang dimiliki oleh pelaksana ID-SIRTII, dalam pelaksanaannya bisa dibayangkan berapa besar link yang harus disediakan untuk melakukan kebutuhan ini, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk men-downloadnya, asumsi data yang didownload sebesar 2 TeraByte jika disediakan bandwidth 2 mbps maka untuk men-download log file tersebut dibutuhkan waktu sekitar : Jumlah log file yang didownload : 2 TeraByte Besar bandwidth leasedline : 2 mbps Kalkulasi Detik : 2000000 Mbyte / 2 Mbps : 972000 detik Setara dengan 16200 menit Setara dengan 270 jam Setara dengan 11.25 hari Jadi waktu yang dibutuhkan untuk men-download log file tersebut dengan bandwidth leased line 2 Mbps adalah 11.25 hari, adapun dampak yang harus diterima penyedia internet (ISP) adalah a. Kewajiban membangun link interkoneksi, misalnya dengan sewa leased line 2Mbps dibutuhkan biaya sekitar 10juta /bulan, hal ini sangat memberatkan penyedia Internet, khususnya ISP yang kecil b. Waktu tambahan, dibutuhkan waktu yang cukup lama dari pihak pelaksana ID- SIRTII untuk dapat men-download logfile, contoh kalkulasi diatas adalah contoh 1

ISP, bisa dibayangkan jika download dilakukan ke semua ISP yang ada berarti akan dibutuhkan waktu yang sangat lama c. Performance Degradation atau penurunan kualitas dari link internet, jika memang penyedia internet tidak mau menyewa leasedline dari pihak lain biasanya penyedia internet tersebut memanfaatkan jaringan atau link internet yang ada, sehingga bisa dipastikan link tersebut akan mengalami penurunan kualitas jika dipakai untuk keperluan traffic download log file, dan berdampak dari mutu layanan, dan akhirnya pelanggan dari isp tersebut mulai lari karena alasan turunnya kualitas. C. Dampak pelaksanaan pasal 19, ayat (4) adalah : Untuk ayat terakhir yaitu ayat (4), disebutkan bahwa Dalam hal fasilitas keterhubungan secara online sebagaimana yang dimaksud ayat (3) belum tersedia, penyelenggara telekomunikasi yang menggunakan protocol internet wajib menyampaikan rekaman transaksi secara offline dalam bentuk media penyimpanan digital Storage Media) setiap 14 (empat belas) hari kalender kepada pelaksana ID- SIRTII, nah untuk pelaksanaan dari ayat (4) juga bisa dipastikan banyak kendala yang harus dihadapi oleh penyedia internet, paling tidak sang penyedia internet harus melakukan hal-hal dibawah ini : a. Pembelian CD untuk keperluan backup log file, dan dibutuhkan jumlah CD yang sangat banyak untuk membackup log file tersebut b. Biaya untuk kurir yang mengantarkan logfile yang sudah disimpan pada CD atau DVD ke pelaksana ID-SIRTII c. Waktu untuk melakukan backup ke CD atau DVD

IV. Analisa Pada kenyataannya di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali penyelenggara Internet atau ISP, yang tercatat pada tahun 2007 dalam APJII atau Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia adalah sekitar 198 penyedia internet Tentunya setiap penyedia internet atau ISP memiliki kemampuan financial yang berbeda-beda, dan jumlah resource yang berbeda-beda pula, untuk itu penerapan permen No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 harus dikaji ulang dan tidak serta merta diberlakukan secara langsung ke semua penyedia internet, saat ini masih banyak penyedia internet yang kurang setuju dengan pemberlakuan permen ini, namun dalam menegakkan Indonesia yang bebas dari cyber crime mau tidak mau permen ini harus dijalankan, tentunya dengan dukungan pemerintah sebagai pihak pelaksana dan penengah Usulan yang bisa diberikan dalam kondisi seperti ini adalah sebaiknya permen tersebut dikaji kembali dan mungkin dilakukan revisi, seperti data diatas bahwa di Indonesia banyak terdapat penyedia internet yang kemampuannya cukup berbedabeda, untuk itu perlu dilakukan pembagian berdasarkan kelas-kelas, misalnya kelas A untuk penyedia internet yang mempunyai modal dan infrastruktur yang cukup besar, untuk kelas B untuk penyedia internet yang mungkin mempunyai modal dan infrastruktur yang menengah, sedangkan untuk kelas C untuk penyedia internet yang mempunyai modal dan infrastruktur yang cukup kecil, dan tentunya masing-masing kelas diberikan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kemampuan masing-masing.

V. Kesimpulan Dengan pelaksanaan permen No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007 berdampak sangat besar terhadap penyedia internet baik secara langsung maupun tidak langsung, dan tentunya juga berdampak pada kelangsungan hidup penyedia internet atau ISP khususnya yang mempunyai modal, revenue dan infrastruktur yang masih kecil, sebaiknya pemerintah melalui ID-SIRTII meninjau kembali dan melakukan kajian atau revisi terhadap permen No.26/PER/M.KOMINFO/5/2007, di lain sisi penegakan hukum terhadap cyber-crime harus terus ditegakkan, namun pemerintah harus terus bekerja sama dengan penyedia internet dan semua pihak untuk merumuskan bentuk atau model yang terbaik untuk menjalankan inisiatif ini, hal ini dilakukan demi masa depan Indonesia yang lebih baik.