BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV PENGGUNAAN SAKSI KELUARGA DALAM PROSES PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN MUTILASI DALAM PERSPEKTIF FIQIH MURAFA AT

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

Negeri Gresik Nomor 04/Pen Pid Sus Anak/2014/PN Gsk. sebelum memutuskan suatu perkara.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB III POLIGAMI DAN PASAL 279 TENTANG KEJAHATAN ASAL- USUL PERNIKAHAN KITAB INDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

P E N E T A P A N. Nomor 17/Pdt.P/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGAILIAT NO.73/PID.B/2015/PN.SGL TENTANG TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN TANPA IZIN

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISA DELIK WANPRESTASI JUAL BELI ONLINE TINJAUAN HUKUM PIDANAISLAM

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulil amri. Ada tiga bagian jarimah

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. luas daratannya, yakni 71% berbanding 29%. 1. segala aspek yang berhubungan dengan kelautan. Penulis di sini terpanggil

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS SOP PENYIDIKAN DAN PROSES GREBEKAN DUGAAN PERZINAHAN DI NGALIYAN DALAM PERSPEKTIF QADZAF

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB II HUKUMAN TAKZIR DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

PUASA DI BULAN RAJAB

BAB V ANALISIS KOMPARATIF PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT PENDAPAT EMPAT MADZHAB DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV PEMBAHASAN. segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya. dan tidak dapat melihat pasar yang sesungguhnya benar - benar ada.

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

Transkripsi:

65 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) A. Analisis Ketentuan Hukum Pasal 279 tentang kejahatan terhadap Asal-usul pernikahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Ketika berbicara soal pidana di Indonesia tidak terlepas dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kitab tersebut merupakan warisan dari Belanda selama tidak ada undang undang baru yang terbaru mengatur terkait pidana maka keberlakuan aturan pidana menggunakan KUHP selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. KUHP masih digunakan untuk mengisi kekosongan hukum di Indonesia sampai sekarang ada beberapa pasal yang sudah tidak berlaku di KUHP. Pada era Presiden Soekarno sebagai Presiden pertama di Indonesia mengeluarkan peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1845 tanggal 10 Oktober 1945 yang ter diri dari dua pasal yakni; Pasal 1 segala badan-badan negara dan peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, sebelum diadakan yang baru menurut Undang-Undang, masih tetap berlaku asal saja tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut Pasal 2 Peraturan ini mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1945 65

66 Sebagai dasar yuridis pemberlakuan hukum pidana warisan kolonial sebagai hukum pidana positif di Indonesia, keluarlah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 pekawinan yang sah dilakukan sesuai dengan ketentuan agama dan kepercayaan masingmasing. Selanjutnya, dalam pasal tersebut ditegaskan bahwasanya perkawinan harus dicatatkan menurut undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 1 tahun/1974 ialah Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Asas yang berlaku menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 monogami yaitu pria boleh menikah dengan satu istri dan sebaliknya. Dalam ayat selanjutnya penegasan pelaksanaan poligami bisa dilakukan yang diajukan di pengadilan dengan syarat mendapatkan izin dari istri dengan alasan-alasan yang kuat. Ini merupakan peraturan dalam melaksanakan poligami KUHP memberikan sanksi ancaman pidana penjara ketika tidak sesuai dengan aturan perdata tersebut. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdiri dari tiga buku; pertama tentang aturan hukum, kedua tentang kejahatan, dan ketiga tentang pelanggaran. Dalam buku pertama pasal 1 dijelaskan bahwa sebuah perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali` berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana yang berlaku ini yang dikenal dengan asas legalitas.

67 Pasal 279 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Ketentuan Pasal 279 Kitab Undangudang Hukum Pidana memandang perbuatan poligami ilegal yang telah ditetapkan oleh Undang-undang sebagai perbuatan pidana kategori kejahatan ringan (rechtsdeliktern) yang dapat diancam sanksi pidana. Pasal 279 ayat (1) KUHP menjelaskan sebagai berikut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun: 1. Barang siapa mengadakan perkawinan padahal mengetahui bahwa perkawinan atau perkawinan-perkawinannya yang telah ada menjadi penghalang yang sah untuk itu. 2. Barang siapa mengadakan perkawinan padahal mengetahui bahwa perkawinan atau perkawinan-perkawinan pihak lain menjadi penghalang untuk itu. Melihat unsur-unsur yang terkandung di dalam Pasal 279 ayat (1) KUHP, mendapat hukuman ancaman 5 tahun ketika mengadakan perkawinan mengetahui adanya penghalang yang sah. Pasal 279 ayat (2) menjelaskan sebagai berikut; Jika yang melakukan perbuatan berdasarkan ayat (1) butir 1 menyembunyikan kepada pihak lain bahwa perkawinan yang telah ada menjadi penghalang yang sah untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Dalam ayat (2) ini mendapat ancaman maksimal penjara 7 tahun ketika pelaku melakukan perkawinan dan menyembunyikan penghalang yang sah. Sebelum kita menganalisis secara dalam pasal tersebut alangkah baiknya kita mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan perstiwa pidana. Peristiwa pidana yaitu setiap perbuatan yang melanggar peraturan hukum pidana yang akan diancam dengan

68 hukuman tertentu dengan Undang-undang dimana seseorang itu dapat dipersalahkan dan perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian unsur-unsur yang harus terpenuhi untuk menilai suatu tindak pidana yaitu: 1. Adanya perbuatan, termasuk tidak berbuat. Dalam pasal ini yang bisa dijeratkan terhadap seseorang ketika melakukan perbuatan perkawinan. Dalam perbuatan pidana perkawinan ini terjadi ketika pelaksanaan perkawinan kedua terdapat penghalang yang sah. Perbuatan tersebut harus mendapatkan izin dari pengadilan ketika syarat tersebut dipenuhi sah melakukan poligami. 2. Perbuatan tersebut melanggar ketentuan pidana. Melawan hukum seara objektif yang dimaksud ketika melakukan perkawinan yang sebenarnya ada penghalang. Tetapi, tetap melakukan perkawinan tersebut. Unsur ini melawan hukum secara objektif ini terlihat jelas sesuai dengan teks pada pasal 279 KUHP. 3. Perbuatan tersebut diancam hukuman pidana. Dalam pasal 279 ter dapat dua ancaman apabila pelaku melakukan tindak pidana tersebut. Pertama, diancam dengan pidana 5 tahun ketika seseorang melakukan pernikahan mengetahui adanya penghalang yang sah. Kedua,

69 diancam 7 tahun ketika seseorang melakukan pernikahan dengan menyembunyikan penghalang yang sah. 4. Dilakukan orang tertentu dengan bersalah. Keadaan pelaku dalam tindak pidana perkawinan ini ketika suami istri melakukan perkawinan kedua dan ada penghalang yang sah. Istri pertama melaporkan ke pengadilan dalam pernikahan kedua suami menggunakan status palsu. Maka unsur keadaan yang menyertainya menyembunyikan status perkawinan yang pertama. Kasus ini dapat dijeratkan kepada seseorang disaat ada yang melaporkan. 5. Orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pelaku dapat dipertanggungjawabkan melihat UU perkawinan seseorang bisa melakukan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Salah satu syarat mendapatkan ijin dari istri melalui pengadilan agama. Ketika seseorang melakukan tindak pidana pernikahan ini maka harus memiliki bukti perkawinan yang sah. Pada Bab XII tentang kejahatan asal-usul perkawinan pasal 279 ini memiliki hubungan termasuk dalam buku II KUHP setelah melakukan analisis terhadap unsur-unsur perbuatan pidana. Penulis akan menjabarkan cara atau teknik untuk merumuskan perbuatan pidana apa saja yang ter dapat dalam pasal tersebut. Secara umum bab dalam pasal ini tentang asal-usul perkawinan yang

70 didalamnya terdapat tiga pasal. Pada pasal 279 ini lebih fokus membahas tentang tindak pidana perkawinan. Dikatakan tindak pidana perkawinan karena dalam pasal ini terdapat rumasan perbuatan pidana dalam perkawinan. Kalau sebelumnya membahas tentang unsur perbuatan pidana. Sekarang dapat dirumuskan dalam pasal ini terdapat rumusan dalam pasal 279 diantaranya rumusanya adalah: a. Merugikan orang lain. Dikatakan merugikan orang lain karena dalam pasal ini memiliki korban yaitu istri/suami yang sah sesuai dengan undang-undang berlaku. Pelaku melakukan perkawinan dengan sengaja dengan seseorang melakukan perkawinan dan mengetahui ada penghalang yang sah. b. Melakukan perkawinan dengan sengaja untuk melawan hukum. Karena sudah diatur dalam pasal 279 ayat 1 ketika mengadakan perkawinan yang kedua dengan sengaja mengetahui ada penghalang yang sah maka keduanya diancam dengan pidana penjara 5 tahun. Perkawinan ini sengaja melawan hukum secara objektif. c. Melakukan perkawinan dengan menyembunyikan status penghalang yang sah. Dalam pasal 279 ayat kedua ini lebih berat ancaman pidana dengan ancaman penjara 7 tahun. Ayat kedua ini memiliki unsur menyembunyikan status yang menjadi penghalang yang sah. Konteks ini memiliki unsur membohongi untuk melakukan perkawinan tanpa diketahui pihak lain kalau ada penghalang yang sah.

71 Penjelasan di atas merupakan bentuk ketentuan hukum Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Maka ketentuan penetapan ancaman terhadap tindak pidana perkawinan juga sering disebut pidana poligami illegal. Dalam hukum di Indonesia sudah diatur tentang perkawinan dalam UU No1 /1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 untuk melakukan poligami. Apabila terdapat unsur-unsur yang memenuhi kejahatan dalam melakukan perkawinan yang memiliki penghalang yang sah diatur dalam KUHP pasal 279 tentang Asaal-usul Pernikahan. B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap sanksi hukum tentang kejahatan Asal-usul pernikahan pasal 279 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Kejahatan terhadap pernikahan diatur dalam pasal 279 KUHP tentang kejahatan asal-usul pernikahan diatur dalam pasal tersebut sesorang dipenjara ketika melakukan perkawinan mengetahui atau menyembunyikan penghalang yang sah. Dikatakan kejahatan karena melakukan perkawinan dengan unsur kejahatan. Dalam Islam ketika sesorang melakukan kejahatan maka harus ada pertanggung jawaban pidana. Islam membagi dua dalam mengatur hukuman pidana Islam, pertama jarimah hudud yaitu hukuman yang diberikan terhadap pelaku pidana sesuai dengan Alquran dan hadis. Kedua jarimah takzir yaitu sanksi pidana yang diberlakukan untuk pelaku pidana tidak terdapat dalam Alquran dan hadis hukuman ini ditentukan oleh penguasa. Dalam hal ini pasal 279

72 KUHP merupakan tindak pidana perkawinan yang tidak diatur dalam Alquran dan hadis. Maka pasal tersebut termasuk hukum takziryang digunakan dalam sanksi pidana yaitu hukuman takzir. Dalam hal ini hukumannya tidak ditentukan oleh syara dan penentuan hukumnya ditentukan oleh penguasa. Dasar untuk melakukan hukuman takzir sudah dijelaskan dalam Alquran dan hadis. Dalam ayat Alquran surah al-fath ayat 8-9 1 : berikut; Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)nya, membesarkan-nya. Dan bertasbih kepada-nya di waktu pagi dan petang Salah satu Hadits yang menjadi dasar pelaksanaan hukuman takzirsebagai Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim : ع ن ب ه ز ب ن ح ك يم ع ن أ ب يو ع ن ج د ه أ ن ر س ول ا لل ص لى ا لل ع ل ي و و س ل م ح ب س ن س ا ف ت ه م ة )رواه ابو داود و ال ت مذي و النسا ئى والبيهقى و ص ححو احلاكم( Dari Bahz ibn Hakim dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi saw menahan seseorang karena disangka melakukan kejahatan. (Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmudzi, Nasa i, dan Baihaqi, serta dishahihkan oleh Hakim). 2 1 Makhrus Munajat,Hukum Pidana Islam di Indonesia,(Yogyakarta ; Teras 2009,) Cet 1. Hal. 182 2 CD. Mausu ah Hadits al-syarif, Sunan al-nasa i, Hadits Nomor 4794.

73 Tindak pidana perkawinan dalam pasal 279 KUHP ini merupakan jarim@ah yang menyinggung hak perorangan (individu). Karena unsur yang terdapat ialah merugikan hak perorangan dengan sengaja. Sehingga ada yang dikorbankan oleh pelaku yang melakukan kejahatan sesuai dengan pasal tersebut. Penjeratan pada pasal ini memiliki dampak yang merugikan hak orang lain diantaranya, istri yang sah (korban) dan keturunan. Jarimah ini berkaitan dengan kemaslahatan individu. Maksud dari berkaitan dengan individu pelaku ketika melakukan kejahatan pasal tersebut akan melakukan penipuan dan pemalsuan. Penipuan yang dimaksud ketidak jujuran pelaku melaksanakan perkawinan kedua dengan menyembunyikan penghalang yang sah terhadap pihak lain. Pemalsuan identitas pasti dilakukan ketika dikaitkan dengan pasal tersebut karena untuk melakukan poligami harus mendapatkan izin istri lewat pengadilan. Dalam konteks ini Islam sangat menjaga kehormatan wanita karena nabi Muhammad saw tidak pernah merendahkan wanita. Untuk menjaga itu semua maka tindak pidana ini bias dikaitkan dengan perbuatan yang perlu mendapatkan sanksi hukum. Karena pada dasarnya ketika sesorang melakukan kejahatan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sanksi takzir yang tepat ketika seseorang melakukan tindak pidana kejahatan perkawinan yang diatur dalam pasal 279 KUHP. Maka pelaku mendapatkan sanksi sesuai yang ditetapkan penguasa. Dalam pasal ini ketika pelaku kejahatan perkawinan dikenakan hukuman penjara. Sesuai dengan anaman penjara dalam pasal tersebut.

74 Dalam pidana Islam hukuman penjara bukan sebagai hukuman utama. Berbeda dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia yang mengutamakan hukuman penjara. Karena dalam Islam hukuman penjara ini merupakn hukuman pilihan dalam Islam ketika tidak diancam hukuman penjara maka dihukum jilid. Biasanya hukuman penjara ini dinilai ringan atau sedang-sedang saja. Karena hukuman penjara ini dikatagorikan hukuman yang ditetapkan oleh penguasa. Maka, hukuman ini biasanya dikatakan tindak pidana yang dinilai berat. Dalam hukum positif hukuman penjara sebagai hukuman pokok (utama), sanksi hukuman penjara merupakan soal yang paling serius. Sehingga kasus ini menjadi persoalan yang sangat serius karena menyangkut tentang hak perorangan. Hukuman penjara yang dimaksud dalam pasal ini ialah bukan penjara terbatas, karena dibatasi ancaman maksimal untuk dijatuhkannya sanksi. Hukuman penjara terbatas dalam Islam ini memberikan kebebasan pada penguasa walaupun ada yang mengatakan dengan batas 3 bulan dan setahun. Tapi penulis berpendapat hukuman terbatas di Indonesia ditentukan oleh penguasa. Dalam hukum pidana Islam untuk mengetahui suatu perbuatan itu dapat dipandang sebagai perbuatan jarimah dan pelakunya dapat dikenai pertanggungjawaban pidana apabila telah terpenuhi beberapa unsur, yaitu; 1. Unsur formil (adanya Undang undang atau Nas) Dalam syariat Islam lebih dikenal dengan dengan Nash yaitu Alquran dan hadis. Dinyatakan dalam syariat Islam dikenal dengan Ar Rukn Ash Syar i tidak ada jarimah (perbuatan pidana) tidak ada hukuman sebeelum adanya nash.

75 Dalam hukum positif dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP). Sering juga dikenal dengan sebutan asas legalitas. Karena dalam pidana Islam menggunakan hukuman takzir. Maka, penetapan hukum tergantung penguasa dalam negara tersebut. Jadi, dalam hal ini ketentuan hukuman ditentukan di KUHP. 2. Unsur mteril (sifat melawan hukum ) Dalam KUHP dalam pasal 279 dinyatakan ketika sesorang dengan sengaja atau menyembunyikan penghalang yang sah untuk melakukan perkawinan maka dikenakan sanksi pidana penjara. Dalam hal ini sangat jelas pasal tersebut mengatur tindak pidana perkawinan. Hukum pidana Islam mengatakan sesorang membentuk jarimah baik sengaja maupun tidak sengaja dan bertentangan dengan aturan yang berlaku. Dalam hukum pidana Islam disebut Ar Rukn Al Ma>di>. 3. Unsur moril (Pelakunya mukallaf) Dalam KUHP diatur seoarang anak dan orang gila tidak diberlakukan hukum terhadapnya. Dengan demikian berlakunyan pasal 279 terhadap orang yang dewasa sesuai dengan hukum positif. Dalam syariat Islam disebut Ar Rukn Al Ada>bi. Orang yang melakukan tindak pidana dapat dipersalahkan dan dapat disesalkan, artinya bukan orang gila, anak anak dan bukan karena dipaksa atau karena pembelaan diri. Pemberian hukuman takzir sesuai dengan konsep metode sadd addzari ah merupakan hukum yang awalnya diperbolehkan dan menjadi lerangan karena melihat kemudharatan yang terjadi adapun ada tiga kriteria yang menjadikan suatu perbuatan itu dialarang, yakni :

76 1. Perbuatan yang tadinya boleh dilakukan itu mengandung kerusakan. Dalam al-qur an dan Hadist tidak ada hukuman pidana bagi tindak pidana melakukan pernikahan mengetahui dan menyembunyikan penghalang yaitu ijin dari istri pertama. Perbuatan tersebut diperbolehkan dalam Islam karena mengandung kerusakan ketika tanpa melakukan ijin pada istri pertama maka sesuai dengan konsep sadd addzari ah. 2. Kemafsadatan lebih kuat dari pada kemaslahatan. Unsur kemafsadatanya lebih kuat ketika pelaku pernikahan di Indonesia tanpa ijin istri pertama, kemafsadatanya ialah akan terjadi penipuan dalam rumah tangga dan menimbulkan kerusakan dalam rumah tangga. 3. Perbuatan yang dibolehkan syara mengadung lebih banyak unsur kemafsadatan. Diperbolekan poligami tanpa ijin dalam Islam sesuai dengan kondisi masyarakan arab pada zaman dahulu, melihat konteks di Indonesia masyarakat tabu akan poligami apalagi tidak ijin terhadap istri pertama akan menimbulkan kemafsadatanya lebih banyak dalam msyarakat.