KENAIKAN HARGA GULA DAN PENGELOLAAN STOK PUPUK NASIONAL Kamis, 03 September 2009

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

I. PENDAHULUAN. produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk.

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

Analisis Kebijakan Pertanian Volume 1 No. 1, Mei 2003 : 90-95

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS ATAS HASIL AUDIT BPK SUBSIDI PUPUK DAN BENIH : BUKAN SEKADAR MASALAH ADMINISTRASI TAPI KELEMAHAN DALAM KEBIJAKAN

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI

DIALOG PRESIDEN RI DENGAN WARTAWAN DI PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT, Selasa, 10 Pebruari 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

RAPAT KOORDINASI IDENTIFIKASI BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI PUASA DAN LEBARAN 2017

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

Oleh : Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat.

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

BAB I. PENDAHULUAN A.

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

1 Universitas Indonesia

GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS

PEMANTAUAN HARGA KEBUTUHAN BAHAN POKOK TAHUN 2017 KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2004 DAN PROSPEK TAHUN 2005

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USULAN TINGKAT SUBSIDI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) YANG RELEVAN SERTA PERBAIKAN POLA PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI INDONESIA

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYALURAN SUBSIDI SEMBAKO KEGIATAN BAZAR/ PASAR MURAH SEMBAKO DI KOTA PARIAMAN

ANTISIPASI MASALAH PANGAN GLOBAL DAN STABILISASI HARGA PANGAN

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN GULA KRISTAL RAFINASI DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMPOSISIKAN KEMBALI BULOG SEBAGAI GARDA DEPAN KETAHANAN PANGAN PADA SUBSISTEM DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab. I Pendahuluan INDEKS HARGA KONSUMEN DAN LAJU INFLASI TAHUN 2013

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Boks 2. Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. PT Pupuk Sriwidjaja (PT. Pusri) Unit Usaha sebagai produsen pupuk Urea, juga

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PROSPEK TANAMAN PANGAN

KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak

Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaran

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU- BAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. NOMOR : 643/MPP/Kep/9/2002 TENTANG TATA NIAGA IMPOR GULA

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

Transkripsi:

KENAIKAN HARGA GULA DAN PENGELOLAAN STOK PUPUK NASIONAL Kamis, 03 September 2009 Memasuki bulan Ramadhan, harga kebutuhan kembali merambat naik. Perilaku konsumen, struktur oligopoli dan kurang lancarnya distribusi membuat kenaikan itu sulit ditahan. Permintaan masyarakat akan bahan pokok meningkat 10%-20%, sehingga wajar harga jualnya juga naik 5%-20%. Apalagi menjelang Lebaran adalah fenomena khas Indonesia, dapat dipatiskan akan terus terjadi kenaikan permintaan. Adanya peningkatan pendapatan dari pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) cenderung membuat masyarakat menjadi tidak rasional. Demi Lebaran, apa pun mereka beli, berapa pun harganya. Sebagaimana harga kebutuhan pada umumnya, harga kebutuhan pokok juga cenderung naik pada awal bulan puasa ini. Pergerakan harga komoditi seperti: beras, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, dan kedelai yang dipantau dan  dilaporkan Departemen Perdagangan dapat dilihat pada tabel berikut: Pada seminggu terakhir kenaikan harga terjadi hampir pada seluruh komoditi pokok yang diamati, yaitu beras sebesar Rp. 4,- (0,08%), tepung terigu sebesar Rp. 16,- (0,21%), gula pasir lokal sebesar Rp. 623,- (6,66%), minyak goreng kemasan sebesar Rp. 33,- (0,39%), minyak goreng curah sebesar Rp 54,- (0,59%) dan kedelai impor sebesar Rp. 23,- (0,29%). Sedangkan penurunan harga hanya terjadi pada komoditi kedelai lokal sebesar Rp. 59,- (0,68%). Dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Juli 2009, maka komoditi pokok beras,â tepung terigu, gula pasir lokal,â minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah mengalami kenaikan harga pada 31 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada kedelai impor dan kedelai lokal. Jika dibandingkan dengan harga

rata-rata bulan Juni 2009, maka komoditi pokok beras, tepung terigu dan gula pasir lokal mengalami kenaikan harga pada 31 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada komoditi minyak goreng kemasan, minyak goreng curah, kedelai impor dan kedelai lokal. Pergerakan harga komoditi tersebut juga dapat digambarkan melalui grafik berikut: Sekretariat Negara Republik Indonesia

Kenaikan Harga Gula Kenaikan harga gula pasir yang terus terjadi selama sebulan terakhir dipicu oleh meningkatnya kebutuhan pasar. Hal ini tidak terlepas dari tingginya permintaan dari kalangan industri makanan dan minuman yang sebelumnya menggunakan gula rafinasi. Penyerapan gula dalam negeri pun meningkat dari biasanya sebesar 250.000 ton per bulan menjadi 390.000 ton pada bulan Juli. Sementara hingga pertengahan Agustus (dalam dua pekan saja), penyerapan gula dalam negeri bahkan telah mencapai 260.000 ton. Jika pada dua pekan terakhir bulan Agustus diasumsikan tingkat penyerapannya sama dengan dua pekan pertama, maka total penyerapan pada bulan Agustus akan mendapai 520.000 ton. Artinya kebutuhan gula meningkat 108% dari kebutuhan biasanya. Oleh karena itu, operasi pasar perlu dilakukan secara menyeluruh untuk mengimbangi permintaan yang meningkat. Namun operasi pasar tersebut perlu dipantau dengan ketat agar tidak salah sasaran. Jangan sampai pedagang besar yang diuntungkan oleh operasi pasar tersebut. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan stok gula pasir di pasaran menjadi penyebab terus menanjaknya harga bahan pokok tersebut. Pada bulan Ramadhan ini, kebutuhan rumah tangga dan industri kecil terhadap gula pasir umumnya naik dua kali lipat, sedangkan stok gula di pasaran tak berubah. Kenaikan harga gula yang disebabkan oleh terbatasnya pasokan selalu terulang tiap tahun, khususnya pada saat Ramadhan dan menjelang Lebaran. Tetapi sampai saat ini kelihatannya belum ditemukan cara yang ampuh untuk mengatasinya.

Para pedagang berharap pemerintah segera menggelar operasi pasar agar stok gula meningkat dan harga normal kembali. Di pihak lain, sebagian masyarakat menyarankan agar operasi pasar tersebut tidak digelar di pasar, melainkan langsung menuju ke rumah tangga. Hal ini sangat penting untuk menghindari pembelian oleh pedagang-pedagang besar. Selain itu, pemerintah diminta pula untuk mengawasi dan memperketat rantai perdagangan gula dari penyalur pertama sampai ke pengecer supaya tidak terjadi rembesan ke industri makanan-minuman. Sebagaimana diketahui bahwa pada titik distribusi, perusahaan hanya berperan (bertanggungjawab) sampai di titik penjualan di gudang kepada penyalur pertama. Untuk sampai ke konsumen akhir, produsen gula tidak mengawasinya, dan inilah yang perlu diawasi secara ketat oleh pemerintah (instansi berwenang). Kenaikan harga gula yang terjadi pada saat ini dinilai oleh sebagian kalangan merupakan peluang untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri sehingga nantinya tidak lagi bergantung pada impor. Saat ini dianggap waktu yang paling tepat bagi industri gula dalam negeri, khususnya milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memperbaiki pabrik gula (revitalisasi pabrik) dan bagi petani untuk memperluas areal tanam tebu. Kenaikan harga gula di pasar internasional telah membuat pihak industri gula rafinasi sulit untuk mengimpor produk tersebut, dan ini merupakan kesempatan untuk mendorong pabrik gula rafinasi menyerap gula tebu dari pabrik guna (PG) dalam negeri. Pengelolaan Stok Pupuk Nasional Stok pupuk nasional tahun ini mencapai satu juta ton, telah melebihi kapasitas idealnya yang cuma 300 ribu ton. Menumpuknya stok pupuk nasional ini tentu tidak menguntungkan produsen pupuk, apalagi mereka harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang terus melonjak, termasuk penyediaan gedung tambahan untuk penyimpanan. Sehubungan dengan hal tersebut, produsen pupuk telah mengajukan permohonan kepada Pemerintah untuk diizinkan mengekspor pupuk, guna mengurangi kerugian perusahaan yang terus berproduksi meski stok telah berlebih. Apalagi pada saat ini harga pupuk di pasar internasional lebih kompetitif dibanding harga di dalam negeri. Namun, sampai saat ini Departemen Pertanian belum memberikan rekomendasi untuk ekspor pupuk karena perlu memastikan terlebih dahulu terjaminnya stok dalam negeri, setidaknya hingga musim tanam usai pada akhir 2009, serta tersedianya cadanganâ pupuk untuk antisipasi kemungkinan gangguan musim oleh El Nino. Keluhan petani mengenai kelangkaan pupuk yang kerap terjadi di dalam negeri, kini tidak terdengar lagi. Saat ini, PT Pupuk Kaltim (PKT) memiliki stok pupuk sebanyak 600 ribu ton. Sebanyak 400 ribu ton stok pupuk lainnya tersebar di PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan PT Petrokimia Gresik. Ketua Umum Asosiasi

Niaga Pupuk Indonesia (ANPI), Johan Unggul, berpendapat bahwa menumpuknya stok pupuk nasional disebabkan tiga faktor. Pertama, dampak krisis yang membuat rendahnya penyerapan pupuk. Kedua, ada faktor siklus musim tanam yang bergeser. Ketiga, pasokan gas untuk pabrik pupuk sekarang ini sudah lebih lancar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, PT Pusri telah mendapat kepastian pasokan gas hingga lima tahun ke depan. Kelebihan stok pupuk tersebut ingin diekspor oleh produsen. Produsen pupuk akan mendapat banyak untung jika melakukan ekspor selama stok dalam negeri melimpah. Banderol pupuk urea di pasar dunia saat ini sudah sekitar US$ 278 per metrik ton, sedangkan harga pasaran di dalam negeri masih sekitar US$ 265 per metrik ton. Namun demikian, pemerintah belum memberikan lampu hijau untuk melakukan ekspor. Sementara itu, Departemen Pertanian meminta kepada produsen untuk memenuhi cadangan pupuk nasional sebanyak 500 ribu ton, di luar kebutuhan petani kita selama dua bulan (saat musim tanam tiba). Jika produsen tidak bisa menjaga cadangan pupuk, maka produsen harus menanggung biaya impor pupuk untuk kebutuhan dalam negeri. Â ( Ibnu Purna / Hamidi / Elis )