WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

-1- REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEMOTONGAN TAMBAHAN PENGHASILAN ATAU TUNJANGAN LAINNYA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 Di Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara R

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.01/2011 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 028 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil N

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 05 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2017

2016, No ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

, Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia) 2011, No Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 35 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27B TAHUN 2010 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usah

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 47 TAHUN 2017

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

WALIKOTA TA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.01/2010 TENTANG

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, T

Transkripsi:

- 1 - WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan meningkatkan kinerja serta disiplin kerja perlu peningkatan dan perubahan jumlah tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil dan calon pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja Bagi Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat Dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-undang...

- 2-4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); - 2-12. Peraturan Pemerintah...

- 3-12. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74); 13. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil; 14. Peraturan Presiden Nomor Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Struktural; 15. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2013 Nomor 6); 16. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 7); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Surakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Surakarta. 4. Pegawai adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang - 3 - berwenang...

- 4 - berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). 5. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. 6. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau ketrampilan untuk mencapai tujuan organisasi. 7. Jabatan Fungsional Umum adalah jabatan yang ada pada setiap organisasi/instansi pemerintah dan bersifat fasilitatif yaitu menunjang pelaksanaan tugas pokok suatu organisasi pemerintah. 8. Tambahan Penghasilan adalah tambahan nilai berupa uang di luar gaji berdasarkan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja dan/atau pertimbangan obyektif lainnya dalam rangka meningkatkan kinerja, motivasi, dan disiplin kerja yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pemberian Tambahan penghasilan dimaksudkan untuk memacu produktifitas, meningkatkan kualitas pengabdian dan pelayanan serta meningkatkan kesejahteraan Pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pasal 3 Pemberian Tambahan penghasilan bertujuan untuk meningkatkan kinerja, motivasi, dan disiplin kerja Pegawai dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik. - 4 - BAB III...

- 5 - BAB III KRITERIA DAN PENERIMA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN Pasal 4 Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja diberikan kepada Pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dinilai melampaui beban kerja normal. Pasal 5 Kriteria pemberian tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja didasarkan kepada : a. tanggung jawab pekerjaan; b. tugas khusus; dan c. keterampilan khusus. Pasal 6 (1) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf a, diberikan berdasarkan pertimbangan tingkat eselonisasi, keahlian dan atau ketrampilan, bobot atau beban kerja dalam pelaksanaan tugas pokok organisasi. (2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf b, diberikan berdasarkan pertimbangan volume kerja, norma waktu, dan kondisi kerja tertentu. (3) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf c, diberikan sebagai bentuk penghargaan atas ketrampilan khusus yang dimiliki dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. BAB IV TATA CARA PENGHITUNGAN, BESARAN DAN PEMBAYARAN TAMBAHAN PENGHASILAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Tingkat kehadiran merupakan salah satu standar pengukuran perhitungan nominal pemberian - 5 - (2) Tata cara...

- 6 - tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja kepada Pegawai. (2) Tata cara penghitungan Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja mempertimbangkan komponen komponen tertentu sebagai berikut: a. tingkat kehadiran masuk kerja; atau b. tingkat keikutsertaan apel. (3) Masing-masing komponen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diperinci menjadi sub-sub komponen sebagai berikut : a. Tidak masuk kerja; b. Tidak berada di tempat tugas; c. Terlambat masuk kerja; dan d. Pulang kerja sebelum waktu; (4) Untuk kemudahan dalam menghitung tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja yang diterima Pegawai, jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk Pegawai yang bekerja dengan ketentuan 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, ditetapkan sebanyak (dua puluh dua) hari kerja dalam 1 (satu) bulan, dan digunakan sebagai bilangan pembagi untuk menghitung besaran penghasilan berdasarkan beban kerja dalam 1 (satu) hari kerja; b. Untuk Pegawai yang bekerja dengan ketentuan 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, ditetapkan sebanyak (dua puluh enam) hari kerja dalam 1 (satu) bulan, dan digunakan sebagai bilangan pembagi untuk menghitung tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja dalam 1 (satu) hari kerja. (5) Kepada Pegawai yang bekerja secara penuh diberikan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja secara penuh, sesuai tingkatan golongan dan/atau jabatan Pegawai yang bersangkutan. (6) Kepada Pegawai yang bekerja tidak secara penuh dengan mempertimbangkan hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilakukan pengurangan pada tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja dengan kriteria tanggung jawab pekerjaan, sesuai tingkatan golongan dan/atau jabatan Pegawai yang bersangkutan. (7) Apabila nominal jumlah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) terdapat angka pecahan puluhan, satuan atau sen maka - 6 - Bagian Kedua...

- 7 - dibulatkan ke bawah pada angka ratusan terdekat. Bagian Kedua Tata Cara Penghitungan Pasal 8 Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa keterangan diberikan pengurangan tambahan penghasilan sebesar 100% (seratus persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. Pasal 9 (1) Pegawai yang melaksanakan cuti tahunan, cuti besar, cuti alasan penting dan cuti bersalin diberikan pengurangan Tambahan Penghasilan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. (2) Cuti alasan penting karena bapak, ibu, mertua, isteri/suami, anak, adik kandung dan kakak kandung meninggal dunia paling lama 3 (tiga) hari kerja tidak mendapatkan pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Cuti alasan penting sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila melebihi 3 (tiga) hari kerja maka pada hari berikutnya dikenakan pemotongan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) untuk setiap 1 hari kerja. Pasal 10 (1) Pegawai yang izin tidak masuk kerja dengan alasan yang sah diberikan pengurangan tambahan penghasilan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. (2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alasan lain yang dibuat dengan surat permohonan izin/pemberitahuan yang disetujui oleh atasan langsungnya. Pasal 11 (1) Pegawai yang izin tidak masuk kerja dikarenakan sakit kurang dari 3 (tiga) hari diberikan pengurangan tambahan penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. - 7 - (dua puluh...

- 8 - (2) Pegawai yang melaksanakan cuti sakit diberikan pengurangan Tambahan Penghasilan sebesar 25% (dua puluh lima persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. (3) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Pasal 12 (1) Pegawai yang terpenuhi seluruh daftar hadir namun tidak berada di tempat tugas tanpa izin dapat dibatalkan daftar kehadirannya. (2) Pembatalan daftar hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan. (3) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan pengurangan tambahan penghasilan sebesar 60 % (enam puluh persen) untuk setiap 1 (satu) hari kerja. (4) Pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran huruf B Pengurangan Tambahan Penghasilan Karena Tidak Berada Di Tempat Tugas Angka 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. (5) Pegawai yang tidak berada di tempat tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf b dikenakan pengurangan Tambahan Penghasilan sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf B Pengurangan Tambahan Penghasilan Karena Tidak Berada Di Tempat Tugas Angka 2.a dan Angka 2.b yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Pasal 13 Pegawai yang terlambat masuk kerja dan pulang kerja sebelum waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan huruf d dikenakan pengurangan Tambahan Penghasilan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Pasal 14 Pegawai yang tidak mengikuti apel sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b dikenakan - 8 - tercantum...

- 9 - pengurangan Tambahan Penghasilan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Pasal 15 Pegawai tidak mendapatkan pengurangan tambahan penghasilan adalah pegawai yang mendapat tugas dari pimpinan, baik penugasan dalam negeri maupun luar negeri yang dibuktikan dengan surat perintah tugas dan dokumen lainnya. Pasal 16 Pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta yang tidak diberikan tambahan penghasilan, apabila: a. diberhentikan sementara atau dinonaktifkan berdasarkan peraturan perundang-undangan; diberhentikan dari jabatan negeri dengan mendapatkan uang tunggu/belum diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. dipekerjakan pada instansi lain diluar lingkungan Pemerintah Kota Surakarta secara penuh/full time; c. menjalani cuti diluar tanggungan negara; d. bebas tugas untuk menjalani masa persiapan pensiun; dan e. pegawai yang sedang menjalani tugas belajar. Pasal 17 (1) Kepala SKPD menugaskan staf yang membidangi keuangan dan/atau kepegawaian untuk mengelola tambahan penghasilan pegawai. (2) Penghitungan Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendasarkan rekapitulasi bulanan daftar hadir elektronik/finger print dari Badan Kepegawaian Daerah dan/atau daftar hadir manual SKPD. (3) Dalam hal terdapat perbedaan rekapitulasi bulanan daftar hadir elektronik dan daftar hadir manual maka yang digunakan adalah daftar hadir elektronik. (4) Kepala SKPD bertanggung jawab secara penuh terhadap rekapitulasi daftar hadir baik elektronik maupun manual. (5) Apabila ditemukan adanya indikasi manipulasi/kecurangan dalam rekapitulasi daftar - 9 - hadir...

- 10 - hadir maka Kepala SKPD akan dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan yang berlaku. Bagian Ketiga Besaran Tambahan Penghasilan Pasal 18 Besaran tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja bagi Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Bagian Keempat Tata Cara Pembayaran Pasal 19 Tata cara permintaan pembayaran tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja mengacu pada peraturan walikota yang mengatur Pedoman Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Surakarta. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 (1) Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, maka Keputusan Walikota Surakarta Nomor 840/58- B/1/2011 tanggal 30 September 2011 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja Dengan Kriteria Tanggung Jawab Pekerjaan Di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta, ketentuan pengaturan hari dan jam kerjanya masih berlaku, kecuali ketentuan pengukuran perhitungan nominal pemberian tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (2) Dengan berlakunya Peraturan Walikota ini, maka Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2014 tentang Tambahan Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Negeri Sipil Dan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta (Berita Daerah Kota Surakarta Tahun 2014 Nomor 35) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. - 10 - Pasal 21...

- 11 - Pasal 21 (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2015 sampai dengan 30 Juni 2015. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2015. Peraturan Walikota Surakarta ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2015. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surakarta. Ditetapkan di Surakarta pada tanggal 27 Februari 2015 WALIKOTA SURAKARTA, Cap & ttd FX. HADI RUDYATMO Diundangkan di Surakarta pada tanggal 27 Februari 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA SURAKARTA, Cap & ttd BUDI SUHARTO BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 6-11 -

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA A. PENGURANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN KARENA TIDAK MASUK KERJA No. Keterangan Rumusan Perhitungan Pemotongan 1. Tanpa Keterangan a. 100% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 5 hari kerja); b. 100% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 6 hari kerja). 2. Cuti tahunan, Cuti Alasan Penting, cuti besar dan cuti bersalin 3. Izin tidak masuk kerja dengan alasan yang sah a. 75% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 5 hari Kerja); b. 75% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 6 hari kerja); c. Khusus Cuti Alasan Penting sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (3) diberikan pemotongan 75% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja apabila telah melebihi 3 hari kerja. a. 75% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 5 hari kerja); b. 75% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 6 hari kerja). 4. Izin Sakit a. 50% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 5 hari kerja); b. 50% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 6 hari kerja).

- 2 - No. Keterangan Rumusan Perhitungan Pemotongan 5. Cuti sakit a. 25% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 5 hari kerja); b. 25% dikalikan besaran Tambahan tidak masuk kerja dibagi (SKPD 6 hari kerja). B. PENGURANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN KARENA TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS 1. TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS TANPA IZIN No. Keterangan 1. Tidak berada di tempat tugas Rumusan Perhitungan Pemotongan a. 60% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak berada di tempat tugas (SKPD 5 hari kerja); b. 60% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak berada di tempat tugas (SKPD 6 hari kerja). 2.a. TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS (TBTT) DENGAN IZIN TINGKATAN DURASI TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS PROSENTASE PENGURANGAN TBTT 1 1 jam 0 TBTT 2 2 jam 0,5 TBTT 3 3 jam 1 TBTT 4 4 jam 1,5 TBTT 5 5 jam 2 2.b. TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS (TBTT) TANPA IZIN TINGKATAN DURASI TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS PROSENTASE PENGURANGAN TBTT 1 1 jam 0 TBTT 2 2 jam 1 TBTT 3 3 jam 2 TBTT 4 4 jam 3 TBTT 5 5 jam 4-2 -

- 3 - C. PENGURANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN KARENA TIDAK MENGIKUTI UPACARA DAN APEL No. Keterangan Rumusan Perhitungan Pemotongan 1. Tanpa Keterangan a. 10% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara dan apel (SKPD 5 hari kerja) b. 10% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara 2. Izin keperluan keluarga/lainnya dan apel (SKPD 6 hari kerja) a. 7% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara dan apel (SKPD 5 hari kerja) b. 7% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara dan apel (SKPD 6 hari kerja) 3. Sakit a. 4% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara dan apel (SKPD 5 hari kerja) b. 4% dikalikan besaran tambahan penghasilan dibagi dikalikan jumlah hari tidak mengikuti upacara dan apel (SKPD 6 hari kerja) D. PENGURANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN KARENA TERLAMBAT MASUK KERJA (TL) TINGKAT KETERLAMBATAN TERLAMBAT MASUK KERJA TL 1 0 menit s.d 5 menit 0 TL 2 6 menit s.d 30 menit 5 TL 3 31 menit s.d 60 menit 10 TL 4 61 menit s.d 90 menit 15 TL 5 Lebih dari 90 menit 20 PROSENTASE PENGURANGAN E. PENGURANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN KARENA PULANG KERJA SEBELUM WAKTU (PSW) TINGKAT PULANG SEBELUM WAKTU PULANG SEBELUM WAKTU PSW 1 0 menit s.d 5 menit 0 PSW 2 6 menit s.d 30 menit 5 PSW 3 31 menit s.d 60 menit 10 PSW 4 61 menit s.d 90 menit 15 PSW 5 Lebih dari 90 menit 20 PROSENTASE PENGURANGAN - 3 -

- 4 - CONTOH PERHITUNGAN PEMOTONGAN TAMBAHAN PENGHASILAN Berdasarkan Beban Kerja Dengan Kriteria Tanggung Jawab Pekerjaan I. 1. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Tidak masuk bekerja selama 1 hari. a. Tanpa keterangan = 100% x 3.000.000 x 1 hr =Rp. 115.300,- b. Cuti Tahunan, Cuti Alasan penting, cuti besar, cuti bersalin, dan ijin tidak masuk kerja dengan alasan yang sah = = 75% x 3.000.000 x 1 hr = Rp. 86.500,- c. Sakit = 50% x 3.000.000 x 1 hr = Rp. 57.600,- d. Cuti Sakit = 25% x 3.000.000 x 1 hr = Rp. 28.800,- 2. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Tidak berada di tempat tugas dengan izin 1 kali. a. TBTT 1 = 0% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. TBTT 2 = 0.5 % x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 500,- c. TBTT 3 = 1 % x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 1.100,- d. TBTT 4 = 1,5 % x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 1.700,- e. TBTT 5 = 2 % x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 2.300,- 3. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Tidak mengikuti apel pagi 1 kali dan tidak mengikuti apel siang 1 kali. a. Tanpa keterangan = 10% x 3.000.000 x 2 kali = Rp. 23.000,- b. Izin kep.keluarga/lainya = 7% x 3.000.000 x 2 kali = Rp. 16.100,- c. Sakit = 4% x 3.000.000 x 2 kali = Rp. 9.200,-

- 5-4. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Terlambat masuk kerja selama 1 kali. a. TL 1 = 0% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. TL 2 = 5% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 5.700,- c. TL 3 = 10% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 11.500,- d. TL 4 = 15% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 17.300,- e. TL 5 = 20% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 23.000,- 5. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Pulang kerja sebelum waktu selama 1 kali. a. PSW 1 = 0% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. PSW 2 = 5% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 5.700,- c. PSW 3 = 10% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 11.500,- d. PSW 4 = 15% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 17.300,- e. PSW 5 = 20% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 23.000,- 6. Lurah A Golongan IV bekerja di SKPD Perizinan dan Pelayanan atau 6 (enam) hari kerja, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Terlambat masuk kerja lebih dari 90 menit, tidak mengikuti apel pagi tanpa keterangan, tidak berada di tempat tugas tanpa izin selama 3 jam, pulang sebelum waktunya lebih dari 90 menit dan tidak mengikuti apel siang tanpa keterangan. a. TL 5 = 20% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 23.000,- b. Tidak apel pagi TK = 10% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 11.500,-

- 6 - c. TBTT 3 = 2 % x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 2.300,- d. PSW 5 = 20% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 23.000,- e. Tidak apel siang TK = 10% x 3.000.000 x 1 kali = Rp. 11.500,- JUMLAH POTONGAN = Rp.71.300,- II. 1. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Tidak masuk bekerja selama 1 hari. a. Tanpa keterangan = 100% x 800.000 x 1 hr = Rp. 36.300,- b. Cuti Tahunan, Cuti Alasan penting, cuti besar, cuti bersalin, dan ijin tidak masuk kerja dengan alasan yang sah = = 75% x 800.000 x 1 hr = Rp. 27.200,- c. Sakit = 50% x 800.000 x 1 hr = Rp. 18.100,- d. Cuti Sakit = 25% x 800.000 x 1 hr = Rp. 9.000,- 2. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Tidak berada di tempat tugas dengan izin 1 kali. a. TBTT 1 = 0% x 800.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. TBTT 2 = 0.5 % x 800.000 x 1 kali = Rp. 100,- c. TBTT 3 = 1 % x 800.000 x 1 kali = Rp. 300,- d. TBTT 4 = 1,5 % x 800.000 x 1 kali = Rp. 500,- e. TBTT 5 = 2 % x 800.000 x 1 kali = Rp. 700,-

- 7-3. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Tidak mengikuti apel pagi 1 kali dan tidak mengikuti apel siang 1 kali. a. Tanpa keterangan = 10% x 800.000 x 2 kali = Rp. 7.200,- b. Izin kep.keluarga/lainya = 7% x 800.000 x 2 kali = Rp. 5.000,- c. Sakit = 4% x 800.000 x 2 kali = Rp. 2.900,- 4. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Terlambat masuk kerja selama 1 kali. a. TL 1 = 0% x 800.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. TL 2 = 5% x 800.000 x 1 kali = Rp. 1.800,- c. TL 3 = 10% x 800.000 x 1 kali = Rp. 3.600,- d. TL 4 = 15% x 800.000 x 1 kali = Rp. 5.400,- e. TL 5 = 20% x 800.000 x 1 kali = Rp. 7.200,- 5. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Pulang kerja sebelum waktu selama 1 kali. a. PSW 1 = 0% x 800.000 x 1 kali = Rp. 0,- b. PSW 2 = 5% x 800.000 x 1 kali = Rp. 1.800,- c. PSW 3 = 10% x 800.000 x 1 kali = Rp. 3.600,- d. PSW 4 = 15% x 800.000 x 1 kali = Rp. 5.400,- e. PSW 5 = 20% x 800.000 x 1 kali = Rp. 7.200,-

- 8-6. Seorang staf golongan II, bekerja di SKPD Non Perizinan dan Pelayanan atau 5 (lima) hari kerja, mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 800.000,- per bulan. Terlambat masuk kerja lebih dari 90 menit, tidak mengikuti apel pagi tanpa keterangan, tidak berada di tempat tugas selama 3 jam, pulang sebelum waktunya lebih dari 90 menit dan tidak mengikuti apel siang tanpa keterangan. a. TL 5 = 20% x 800.000 x 1 kali = Rp. 7.200,- b. Tidak apel pagi TK = 10% x 800.000 x 1 kali = Rp. 3.600,- c. TBTT 3 = 1% x 800.000 x 1 kali = Rp. 300,- d. PSW 5 = 20% x 800.000 x 1 kali = Rp. 7.200,- e. Tidak apel siang TK = 10% x 800.000 x 1 kali = Rp. 3.600,- JUMLAH POTONGAN = Rp.21.900,- WALIKOTA SURAKARTA, Cap & ttd FX. HADI RUDYATMO