ANDRI HERMAWAN YUSUF,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

ARIS RAHMAD F

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinovasi serta berkreasi untuk melakukan perubahan-perubahan. yang besar demi kemajuan bangsa serta negara.

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Hasil pengolahan data ini meliputi perhitungan rata-rata, simpangan baku, uji

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dan memproses pengetahuan. Hal ini berarti Kondisi menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga permainan dan banyak dikenal oleh semua orang. Salah satu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan perwujudan diri individu dalam pembangunan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekanan psikologis diberikan oleh sekolah, lingkungan dan keluarga untuk mendorong siswa memenuhi target akademis dan hal itu dianggap sebagai satusatunya ukuran prestasi dan stempel identitas. Tidak ada ruang bagi peserta untuk menggali potensi non-akademik yang sesungguhnya berperan lebih besar terhadap pembentukan karakter manusia yang utuh. Siswa smp yang merupakan remaja awal merasa dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas yang bersifat fisik maupun psikis sebab semuanya telah diatur dan dipastikan mengikuti buku, kurikulum dan satuan pelajaran yang baku. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan menurut Kartini (2003: 124), sekolah kita sampai sekarang masih berfungsi sebagai sekolah dengar dari pada memberikan kesempatan yang luas membangun aktifitas, kreatifitas dan identitas anak. Karena sesuatu yang serba terbatas, pengajar hanya mampu melakukan orientasi sebatas prestasi akademik, suatu target yang terbentuk indeks prestasi fisik. Kreatifititas dan inovasi dengan sendirinya terpasung, siswa hanya difokuskan pada penerimaan materi baku dan tidak ada yang peduli dengan perkembangan kepribadiannya akibatnya produk pendidikan menengah hanya mampu memahami subtansi dan korelasi serta tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kedunia nyata. Tidak heran bila generasi muda kita selalu mengalami masalah dalam pembentukan pribadi, selalu mencari jati diri dan kesulitan dalam mengekspresikan dirinya secara bebas. Pendidikan disekolah hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja seperti pengetahuan yang bersifat radisional contohnya berhitung, membaca, dan menulis, melainkan juga 1

2 perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Keseimbangan IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan siswa disekolah (Goleman, 2002: 40). Menurut Goleman (2002: 512) yang diterjemahkan oleh T hermaya : kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intellegence), menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman (2002: 61) bahwa : Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan tinggi mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosional, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat diatas, Apabila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamai stres. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional tinggi. Siswa yang memiliki IQ tinggi cenderung lebih tertutup dengan lingkungan sekitar dan kurang bisa menerima perbedaan. Hal ini sejalan dengan Fernandez (2008: 2) yang menjelaskan hal ini terjadi karena kurang berkembangnya kecerdasan emosional yang dapat menyebabkan siswa kurang bisa mengembangkan keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial mengontrol diri. Tak heran bila saat ini banyak anak yang pandai secara intelektual, tetapi gagal secara emosional. Pada dasarnya kecerdasan emosional dapat diasah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif.

3 Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang rendah berhubungan dengan meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang dan kekerasan, terutama pada laki-laki (Mayer et al. 2000: 307). Sebagaimana dikemukakan oleh Hapsari (2010: 7) bahwa : kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi luang dengan berbagai kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif tentu tidak akan menimbulkan masalah. Namun jika waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Sanczhezruis (2010: 1) menyatakan bahwa pengisian waktu luang yang baik dengan cara menyesuaikan dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan dan perasaan enggan untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang sering dijumpai. Sekolah sebagai instansi yang selama ini dipercaya untuk mendidik anakanak dan remaja dapat mengambil peran membantu remaja mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif. Sekolah dapat memfasilitasi dengan mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sehingga setelah jam sekolah usai, siswa terhindar dari melakukan aktivitas yang mengarah pada kenakalan remaja. Sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan kegiatan non-akademik melalui perkumpulan penggemar olahraga, kesenian, dan lainnya diri

4 untuk membantu remaja menyelesaikan tugas perkembangannya. Melalui kegiatan ektrakurikuler sebagai wadah yang bisa menyalurkan bakat dan minat siswa serta mengasah kecerdasan emosional siswa itu sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler memberi banyak manfaat dalam pengembangan siswa selama berada dilingkungan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1989: 125) sebagai berikut: Keterlibatan remaja dalam kegiatan ekstrakurikuler memberi manfaat seperti pemanfaatan waktu senggang yang efektif, belajar berinteraksi dengan orang lain, mengembangkan tanggung jawab memupuk ikatan persaudaraan. Menurut Adler dan Barber (Hoffman, 2006: 276 ) mengemukakan bahwa : Participation in extracurricular activities provides an important socialization experience for many youth. Involvement in these activities allows adolescents to broaden their social networks and evelop new peer relations; practice their social, physical, interpersonal, dan intellectual skills; learn how to communicate effectively; and learn vital social norms. Berdasarkan definisi diatas yang dimaksud adalah partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler memberikan pengalaman sosialisasi penting bagi banyak pemuda. Keterlibatan dalam kegiatan ini memungkinkan remaja untuk memperluas jaringan sosial mereka dan mengembangkan hubungan rekan baru, berlatih keterampilan sosial, fisik, interpersonal dan intelektual; mempelajari cara untuk berkomunikasi secara efektif, dan belajar norma-norma sosial yang penting. Menurut Diastuti (2006: 58) mengemukakan bahwa : kegiatan ekstrakurikuler dapat mencegah siswa melakukan tindakan yang menjurus kepada hal-hal negatif. Setelah pulang sekolah atau waktu liburan, remaja menghabiskan waktu di sekolah bersama dengan kelompok teman sebaya yang dibimbing oleh para guru pembina ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, siswa diajarkan keterampilan teknis, disiplin, kerjasama, kepemimpinan dan nilai-nilai lain yang bermanfaat bagi perkembangan remaja. Aktif dalam kegiatan ektrakurikuler dapat memperkecil peluang siswa untuk bergabung dengan teman-teman sebaya yang melakukan aktifitas yang negatif.

5 Dari penjelasan yang dikemukakan oleh diastuti tersebut terdapat beberapa aspek wilayah kecerdaan emosional seperti membina hubungan dengan orang lain dan mengenali emosi orang lain. Nurdin (2009: 1) menjelaskan bahwa pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan. Berkembangnya kegiatan ekstrakurikuler yang penuh prestasi, bisa dijadikan suatu kebanggaan bagi sekolah itu sendiri, lebih jauh lagi masyarakat pun bisa menilai majunya suatu sekolah tidak hanya berdasarkan prestasi akademiknya, melainkan juga prestasi non-akademik yang dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapakan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk pengembangan kreatifitas peserta didik. Pengembangan kreatifitas dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan untuk mencipta melalui berbagai kegiatan sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat (Mahoney, http://www.nsba.org/board-leadership/edlo). Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian, kecerdasan emosional siswa dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dan keadaan serta kebutuhan lingkungan. Ektrakurikuler merupakan kegiatan untuk siswa sebagai pengisi waktu luang yang dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah yang disesuaikan dengan

6 keadaan dan kebutuhan sekolah. Ektrakurikuler dapat mencegah kegiatan siswa yang menjurus kepada hal-hal negatif atau kenakalan remaja. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan ektrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Pada beberapa kasus yang dilakukan oleh siswa yang terjadi di kota bekasi diketahui bahwa siswa khususnya menginjak usia remaja sering memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai negatif antara lain minum-minuman keras, narkoba dan perkelahian antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain. Kegiatan negatif yang dilakukan para siswa sekolah pada usia remaja dapat mempengaruhi perilaku siswa lainnya. Selain itu, pengalaman yang dilihat oleh penulis dilapangan mengindikasikan bahwa anak usia remaja rentan melakukan hal-hal negatif saat jam istirahat, luang maupun sepulang sekolah. Dengan mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang didalamnya terdapat beberapa aspek wilayah kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi sendiri, mengelola emosi, memotivasi sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan diharapkan dapat mencegah siswa melakukan hal-hal negatif atau kenakalan remaja serta dapat meningkatkan kecerdasan emosional pada diri siswa tersebut. Ekstrakurikuler sepak bola di SMPN 10 bekasi merupakan ektrakurikuler yang meraih cukup bagus prestasinya. Dengan program dan bimbingan yang diberikan dari pihak sekolah dan pelatih, membuat ektrakurikuler ini meraih prestasinya, sehingga para siswa yang mengikuti kegiatan ini secara tidak langsung mendapat hal-hal postif dari apa yang mereka ikuti dan dalam upaya menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan para siswa, sewajarnyalah kegiatan ekstrakulikuler diprogramkan pada bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga berdampak positif dari kegiatan tersebut. Bentuk kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMPN 10 Bekasi adalah sepak bola, bola basket, bola voli, bulu tangkis, paskibra, pmr, dan

7 seni. Khusus mengenai kegitan ektrakulikuler sepak bola diadakan setiap hari sabtu dan minggu yang dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para siswanya, sehingga dapat mencerdasakan kecerdasan emosionalnya. Manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler itu banyak sekali. Siswa mendapatkan beragam hal positif, baik dari sisi keilmuan maupun aspek psikologis dan sosial setiap siswa. Melalui ektrakurikuler sepak bola ini para siswa bisa memupuk jiwa sportif dalam aneka perlombaan, baik yang digelar secara internal sekolah maupun eksternal dan banyak hal positif yang dapat diperoleh siswa serta menghindarkan siswa dari kegiatan-kegiatan negatif. Kegiatan ektrakurikuler sepak bola tidak lepas dari nilai-nilai seperti keterampilan, kerjasama, saling menghargai, kepribadian serta tanggung jawab dalam kegiatannya juga menekankan dalam pembentukan emosi siswa. Sehingga diharapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sepak bola ini dapat menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan oleh para siswa. Hal ini sependapat dengan Hurlock (1999: 278) mengemukakan bahwa permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah pola permainan yang bernuasa sosial seperti olahraga beregu karena didalam olahraga beregu melibatkan orang lain atau teman secara penuh, salah satu diantaranya adalah olahraga basket. Gunarsa (2004: 56) menjelaskan bahwa olahraga seperti bulu tangkis, tenis, tenis meja, bola voli dan bola basket dapat mengembangkan kecerdasan emosi. Sharon dan Kassin (Gunarsa, 2004: 57) juga menjelaskan bahwa olahraga sebagai cara melatih kecakapan emosi, dengan alasan kegiatan olahraga memberikan motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola. Dengan mengambil masalah yang penulis lihat dilapangan mengenai perkembangan emosional siswa smp yang dalam masanya adalah remaja awal dengan segala masalah dalam dirinya dan masa untuk mengembangkan

8 kepribadian, pembentukan karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang merupakan tahap pertama dalam perkembangan emosi siswa, lingkungan sekolah sebagai instansi pendidikan yang menggali potensi akademik-nonakdemik merupakan tahap kedua dalam perkembangan emosi siswa. Dengan wadah yang ada didalam sekolah yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang didalamnya terdapat aspek-aspek wilayah kecerdasan emosional serta siswa dapat menyalurkan bakat dan minatnya melalui kegiatan ini. Melakukan kegiatan positif dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa sehingga siswa dapat menemukan jati dirinya, prestasi akademiknon akademik, serta membangun karakter manusia seutuhnya yang nantinya mereka dapat berguna di masyarakat, bangsa dan negara. Melalui kegiatan ini siswa dapat mencegah dan menghindari hal-hal/kegiatan-kegiatan negatif atau kenakalan remaja yang dapat berdampak buruk pada perkembangan siswa itu sendiri, lingkungan keluarga dan sekolah serta masa depan mereka nantinya. Bilamana masalah ini diteliti, kita akan mengetahui manfaat dan keuntungan dari penelitian dengan mengetahui perbedaan siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang merupakan kegiatan positif yang bisa dilakukan siswa di sekolah sebagai peningkatan kecerdasan emosional yang telah dipaparkan berdasarkan uraian-uraian pada peneliti terdahulu dan mengetahui bagaimana jika siswa tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang rentan terjadinya kegiatan negatif. Karena setelah penulis melihat dilapangan dan komunikasi personal dengan siswa yang melakukan kegitan negatif. Siswa tersebut tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gambaran kecerdasan emosional pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler di SMPN 10 Bekasi. Siswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi yang didapatkan dari berolahraga secara teratur seperti mengikuti ekstrakurikuler sepakbola akan dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik. Mereka akan selalu berdisiplin dalam setiap tugas yang diberikan, memiliki motivasi untuk mencapai tujuan, juga dapat memiliki

9 hubungan yang baik dengan orang lain. Bagaimana dengan kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler? dan adakah perbedaan kecerdasan emosional siswa antara yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak ekstrakurukuler?. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dan kaitannya ektrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan kecerdasan emosional pada siswa yang mengikuti ektrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti. Maka, penulis mengangkat tema Perbedaan kecerdasan emosional siswa antara yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti di SMPN 10 Bekasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola? 2. Bagaimana kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler? 3. Apakah ada perbedaaan yang signifikan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti? C. Tujuan Penelitian berikut : Berdasarkan rumusan masalah diatas Tujuan penelitian ini adalah sebagai 1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola. 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler. 3. Untuk mengetahui gambaran perbedaaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti.

10 D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dari Hasil penelitian ini mempunyai antara lain ialah : 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi olahraga, psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti. 2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.