BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak sebagai sumber utama negara perlu ditingkatkan sehingga. pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan

BAB I PENDAHULUAN. innovator dan stabilisator pembangunan. Dalam pelaksanaan tugas tugas

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar sekitar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri. Pajak merupakan salah satu yang menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ARTIKEL PERUBAHAN SISTEM ORGANISASI PERPAJAKAN DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK STUDI KASUS KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan. rangka pelaksanaan pembangunan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Dana yang dibutuhkan pemerintah akan meningkat seiring. dengan adanya peningkatan kebutuhan pembangunan, maka peran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah administrasi memegang peranan yang cukup penting. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan undang-undang, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kepuasan Wajib Pajak dan seluruh stakeholder perpajakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara terutama di Indonesia. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak sebagai bagian dari Departemen Keuangan Republik Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang, sebagai wujud pemenuhan kewajibannya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri berupa utang luar negeri, namun semakin dikurangi. kas negara. Penerimaan pajak sangat besar peranannya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan dan ketentuan dalam mengenakan dan memungut pajak di negaranya, yang umumnya mengikuti prinsip-prinsip atau kaidah dalam perpajakan. Misalnya, aspek keadilan dalam pengenaannya, adanya rasa aman bagi pembayar pajak, besaran atau jumlah pajak yang proporsional (efisien), efektif dan mudah dalam pemungutannya baik secara administrasi maupun mekanisme perpajakannya. Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangat besar peranannya dalam mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75 persen total penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini disumbang dari penerimaan pajak. Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN membuat tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan setiap tahun. Penerimaan pajak digunakan untuk penyediaan barang-barang dan jasa-jasa publik yang dibutuhkan masyarakat. Sektor pemerintah, dalam hal ini instansi-instansi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat sudah seharusnya dituntut untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan salah satu stakeholder. Masyarakat 1

Bab I Pendahuluan 2 menuntut bahwa setelah mereka menunaikan kewajiban kepada negara/pemerintah (misalnya sudah membayar pajak), maka pihak negara/pemerintah berkewajiban untuk memberikan hak mereka sebagai warga negara/masyarakat yaitu memperoleh fasilitas umum dan pelayanan umum yang sesuai dengan harapan (expectation). Pada praktiknya, masih banyak keluhan masyarakat yang berhubungan dengan pemberian pelayanan oleh instansi pemerintah dimana pelayanan tersebut ternyata di bawah atau kurang memenuhi standar yang ditetapkan, misalnya lamanya waktu penyelesaian, prosedur yang berbelit-belit dan birokratis, penentuan biaya di luar biaya resmi yang dipungut serta banyak hal lain yang berkaitan dengan pelayanan yang kurang baik sehingga menimbulkan kekecewaan dan ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai institusi pemerintah yang bertugas mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak, sudah seharusnya secara terus menerus meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai salah satu stakeholder yang menuntut agar pelayanan yang diterima dari DJP sebanding dengan pemenuhan kewajiban mereka. Untuk memenuhi tuntutan tersebut DJP sudah berbenah diri dan berubah untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak. Sejak tahun 2002, DJP telah meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan

Bab I Pendahuluan 3 yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner. Penerapan modernisasi administrasi perpajakan yang sedang digulirkan oleh DJP menuntut perubahan paradigma dan corporate culture dari konvensional menuju modern yang didukung dengan kesadaran untuk mengubah mind set, motivasi, pembelajaran, dan pendewasaan dari setiap individu. Untuk mengimplementasikan konsep modernisasi administrasi perpajakan yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan Wajib Pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis

Bab I Pendahuluan 4 berdasarkan analisis risiko. KPP yang dibentuk berdasarkan fungsi meliputi: fungsi pelayanan, penyuluhan, pengawasan, penagihan dan pemeriksaan. Unit vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak yaitu: KPP Wajib Pajak Besar (Large Taxpayer Office, LTO) sebagai pilot project. KPP Wajib Pajak Besar ini secara khusus menangani administrasi perpajakan Wajib Pajak besar badan tingkat nasional dengan kriteria peredaran usaha, pembayaran pajak atau jumlah tunggakan pajak yang terbesar. Keberhasilan pembentukan KPP modern tersebut dilanjutkan dengan pembentukan KPP Madya (Medium Taxpayer Office, MTO) yang mengadministrasikan Wajib Pajak badan dalam kategori besar dalam skala regional (Kantor Wilayah) dan jumlahnya terbatas. Selanjutnya dibentuk KPP Pratama (Small Taxpayer Office, STO) yang mengadministrasikan Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi lainnya diluar yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya. Tujuan reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan tersebut adalah memberikan pelayanan yang lebih baik, nyaman, ramah, mudah, efisien, tidak berbelit-belit sehingga Wajib Pajak tidak beranggapan bahwa membayar pajak itu merupakan hal yang berbelit-belit yang harus dihindari. Dengan pembentukan KPP yang sudah dimodernisasi, terjadi perubahan pelayanan perpajakan sehingga kantor unit yang langsung melayani masyarakat atau Wajib Pajak itu terasa lebih nyaman, dan enak. Perbedaan KPP yang sekarang sangat kontras dibandingkan dengan KPP konvensional (lama) yang belum mendapat sentuhan modernisasi. Perbedaan itu, misalnya, tampilan gedung kantor yang dirancang dan didesain dengan konsep kantor modern (walaupun

Bab I Pendahuluan 5 belum semua KPP di Indonesia), front office yang standar di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) sebagai aplikasi one stop service perpajakan, tersedianya alatalat bantu di lobby atau di TPT seperti help desk yang siap melayani informasi, dan konsultasi perpajakan yang bersifat umum. Dalam melayani Wajib Pajak secara khusus dan mendalam di antaranya hak dan kewajiban perpajakan yang harus dan wajib dilaksanakan, maka ada pegawai yang telah ditunjuk secara resmi oleh pimpinan kantor yakni Account Representative (AR) yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan secara khusus untuk pelayanan penuh dan prima. Selain itu, bila masyarakat dan Wajib Pajak merasakan pelayanan yang diberikan pihak KPP atau unit kerja lain di jajaran atau lingkungan DJP dinilai masih kurang, apalagi tidak sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan dalam standardisasi pelayanan (asalkan bukan bertujuan fitnah atau mengada-ada), masyarakat atau Wajib Pajak dapat menyampaikan pengaduan melalui complaint center yang telah tersedia. Dengan modernisasi administrasi perpajakan tersebut, pelayanan di setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Jendral Pajak menjadi salah satu yang utama untuk dilaksanakan, yang diimbangi dengan pengawasan yang efektif. Reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemasukan pajak ke kas negara dengan kepatuhan Wajib Pajak membayar pajak. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran

Bab I Pendahuluan 6 tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Sehingga, perbaikan administrasi perpajakan itu sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kewajibannya dalam perpajakan. Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Pelayanan Perpajakan Dengan Sistem Administrasi Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern pada KPP Pratama Bandung Tegallega. 2. Bagaimana kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega. 3. Apakah pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern pada KPP Pratama Bandung Tegallega berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Bab I Pendahuluan 7 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah diidentifikasikan. Jadi berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian dimaksudkan untuk: 1. Mengetahui bagaimana pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern pada KPP Pratama Bandung Tegallega. 2. Mengetahui bagaimana kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Bandung Tegallega. 3. Mengetahui apakah pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern pada KPP Pratama Bandung Tegallega berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis Melalui penelitian ini akan memberikan wawasan serta gambaran yang lebih jelas mengenai perubahan pelayanan perpajakan dengan sistem modern yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada KPP Pratama. 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk bahan pertimbangan terutama dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan selanjutnya yang berkaitan

Bab I Pendahuluan 8 dengan pelayanan pajak kepada Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan perpajakan. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Dalam menjamin ketersediaan dana untuk pembangunan, salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pemungutan pajak. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (2007:5), pajak merupakan iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Di sini, pajak digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat sebagai kas negara. Dari pengertian tersebut, pajak berfungsi untuk menutup biaya-biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya (fungsi budgetair). Fungsi ini merupakan fungsi utama dibandingkan dengan fungsi mengatur (fungsi regulerend), yaitu pajak dijadikan sebagai alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Unit pelayanan instansi pemerintah, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melaksanakan tugasnya dengan berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang baik yaitu:

Bab I Pendahuluan 9 a. Keadilan (equity). b. Kemudahan (simple and understandable). c. Waktu dan biaya yang efisien bagi institusi maupun Wajib Pajak. d. Distribusi beban pajak yang lebih adil dan logis. e. Struktur pajak yang dapat mendukung stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi. DJP harus berupaya membuat rencana strategis dalam peningkatan kualitas pelayanan. Perubahan pelayanan yang dilakukan oleh DJP adalah dengan melakukan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan pada dasarnya merupakan perbaikan (improvement) menuju keadaan perpajakan yang lebih baik. Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas adalah menyangkut modernisasi administrasi perpajakan. Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Adapun tujuan jangka menengah (tiga hingga enam tahun) modernisasi administrasi perpajakan adalah tecapainya: 1. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi. 2. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi. 3. Tingkat produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Hal mendasar dalam modernisasi administrasi perpajakan adalah terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga terkesan ada dikotomi, menjadi berbasis fungsi. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.

Bab I Pendahuluan 10 Tujuan dilakukannya modernisasi administrasi perpajakan adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak dan seluruh stakeholder DJP. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan masyarakat menjadi salah satu titik penting dari keseluruhan reformasi administrasi perpajakan di DJP. Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka diterangkan bahwa arti kata pelayanan adalah: a. Perihal atau cara melayani. b. Servis atau jasa. c. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Menurut Lehtinen (1983:21) pelayanan adalah suatu kegiatan atau suatu urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung dengan manusia atau mesin secara fisik untuk menyediakan kepuasan konsumen. Sedangkan menurut Gumehsoson (1987:22) pelayanan adalah sesuatu yang dapat diperjualbelikan dan bahkan tidak dapat dihilangkan. Dengan modernisasi administrasi perpajakan maka terjadi pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern di KPP. Pelayanan tersebut antara lain: 1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) sebagai pintu gerbang pelayanan yang diberikan oleh KPP mampu mewujudkan pelayanan satu asap dan sebagai suatu tempat masuk dan sekaligus pintu keluar seluruh produk pelayanan (one stop service) yang diberikan KPP sehingga TPT merupakan cerminan dari pelayanan yang diberikan secara keseluruhan oleh KPP.

Bab I Pendahuluan 11 2. Account Representative (AR) berfungsi untuk menjembatani antara KPP dengan Wajib Pajak serta mengoptimalkan fungsi pengawasan, konsultasi, dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Dengan kata lain AR adalah pegawai yang ditunjuk sebagai liaison officer antara KPP dengan Wajib Pajak, yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, edukasi, asistensi, serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak. Pelayanan perpajakan dengan menggunakan sistem administrasi modern diharapkan dapat meningkatkan pemasukan pajak ke kas negara dengan kepatuhan Wajib Pajak membayar pajak. Menurut Chaizi Nasucha, kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Dengan semua kemudahan yang telah disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak dalam pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern, diharapkan Wajib Pajak dengan sukarela melakukan hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan, sehingga terjadi peningkatan penerimaan pajak yang dananya dapat digunakan sebagai sumber pembangunan negara. Untuk lebih jelas, kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan 12 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara Reformasi Perpajakan Modernisasi administrasi perpajakan Pelayanan perpajakan dengan sistem administrasi modern Kepatuhan Wajib Pajak Hipotesis: Pelayanan Perpajakan dengan sistem administrasi modern berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, penulis mengadakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Waktu penelitian dilakukan sejak Oktober 2008 sampai Desember 2008.