BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Oktober 1988, dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:31). Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan bisnisnya agar tetap berjalan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (Sunariyah, 2010:4).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi di era globalisasi saat ini tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Sawidji, 2004)

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio (PER))

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harta ataupun modal baik pada aset riil maupun aset finansial pada suatu unit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkat kebutuhan untuk aktivitas produksi. Oleh karena itu untuk memudahkan masyarakat dan para produsen untuk mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama-sama lembaga-lembaga ekonomi menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Pasar modal sendiri memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal dalam suatu negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan ekonomi negara tersebut, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan (Husnan:2001). Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara tersebut. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang di arahkan untuk meningkatakan pergerakan partisipasi masyarakat dalam pergerakkan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Dewasa ini, kita sedang mengalami krisis Eropa yang diakibatkan oleh penumpukkan hutang Negara Eropa yang melebihi Product Domestic Bruto (PDB)-nya. Krisis Ekonomi Eropa mulai terasa pada akhir tahun 2008, dan semakin seru dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Krisis ini berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga negara 1

2 tersebut memiliki utang yang lebih besar dari Gross Domestic Product (GDP)- nya, dan juga sempat mengalami defisit (businessnews.co.id). Adanya beberapa negara yang terjerat oleh utang yang besar, membuat para pelaku pasar khawatir akan terjadinya gagal bayar (default) pada beberapa negara (seperti Yunani, Spanyol, Italia, Perancis dan Irlandia). Kondisi tersebut diperkirakan akan berimbas kepada perlambatan perekonomian global, dimana salah satunya adalah Indonesia yang memiliki dana asing di bursa saham cukup besar. Tentu hal ini membawa dampak dan pengaruh pada kegiatan pasar modal dan investasi di berbagai negara di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dampak krisis Eropa mulai terasa pada transaksi barang dan jasa ataupun lalu lintas modal dalam neraca pembayaran kita. Penurunan ekspor yang dialami oleh Indonesia merupakan salah satu dampak dari krisis ini. Salah satu sektor yang mengalami penurunan tajam di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sektor pertambangan. Hal tersebut disebabkan karena pangsa pasar saham-saham pertambangan didominasi oleh pasar luar negeri. Minimnya pangsa pasar domestik membuat perusahaan-perusahaan pertambangan sangat tergantung kepada keadaan perekonomian negara asing (vibiznews.com). Kendati demikian, sektor pertambangan masih menarik perhatian para investor. Bagi investor, sektor pertambangan adalah primadona karena memberikan return saham yang besar. Sejumlah emiten tambang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia merasakan dampak negatif penurunan harga komoditas selama semester I/2012 akibat berkurangnya permintaan ekspor. PT Pertambangan Batubara Bukit Asam Tbk merasakan dampak negatif yang tercermin pada penurunan laba bersih akibat penumpukan pasokan dan harga yang lebih rendah. Selama 6 bulan pertama 2012, emiten berkode PTBA itu meraup laba bersih senilai Rp1,56 triliun, turun 3% dari Rp1,61 triliun pada periode sama tahun lalu (bisnis.com). Kekhawatiran akan krisis utang Eropa terus berlanjut setelah anjloknya IHSG (sempat minus 208 poin pada 3218) dan ditutup minus 110,21 poin pada

3 3316,14, dipimpin oleh saham semua sektor termasuk pertambangan pada tahun 2011. Penurunan index ini diikuti dengan penurunan volume perdagangan beberapa sektor unggulan termasuk pertambangan (detikfinance). Fluktuasi harga saham sektor pertambangan sangat dipengaruhi fluktuasi harga komoditas barang tambang di pasar internasional. Di bawah ini akan disajikan grafik pergerakan indeks saham per bulan dari sektor pertambangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari Januari 2007 Desember 2010 : Sumber : www.idx.co.id Grafik 1.1 Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Januari 2007 Desember 2010 Grafik 1.1 memperlihatkan pergerakan indeks saham perusahaan sektor pertambangan di mana indeks tertinggi tercatat pada level 3554,738 di bulan Februari 2008 dan terendah tercatat pada level 877,678 di Desember 2008. Pergerakan indeks ini memperlihatkan bahwa kondisi sektor pertambangan tahun 2008 cenderung melemah yang diakibatkan oleh adanya krisis ekonomi Eropa dan adanya penurunan harga minyak dunia pada Desember 2008 yaitu $42,04/barel. Pada tahun 2008 harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terkoreksi Rp 300 menjadi Rp 6.050. Hal yang sama juga terjadi pada saham PT Aneka Tambang

4 Tbk (ANTM), Pt Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masing-masing turun 18,8 persen, 13,3 persen, dan 11,1 persen (http://www.tekmira.esdm.go.id). Namun, pergerakan indeks mulai meningkat dan menyentuh level 3274,163 di Desember 2010 seiring dengan peningkatan harga minyak dunia pada angka $89,23/barel. Sepanjang tahun 2007, menurut data Bloomberg, sektor pertambangan memberikan tingkat pengembalian (return) investasi saham paling tinggi, mencapai 240,91 persen, dibandingkan dengan return saham di sektor usaha lainnya. Namun, pada tahun 2011,kinerja perusahaan pertambangan kurang memuaskan. Hal ini dipicu oleh krisis Eropa dan perlambatan ekonomi China. Hal ini menyebabkan menurunnya harga jual, sehingga dapat menurunkan tingkat pengembalian (return) perusahaan (www.kompas.com). Pasar modal dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sarana berinvestasi baik dalam berbagai bentuk salah satunya dalam bentuk saham. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan atau peningkatan nilai investasi. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk saham, para pemodal selayaknya menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal, yang dapat digunakan untuk mengukur nilai saham yang diperdagangkan. Analisis fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Dikatakan undervalue bila harga saham lebih kecil dari harga wajar, yang biasanya pemodal disarankan untuk membeli. Dikatakan overvalue bila harga saham di pasar saham lebih besar dari harga wajarnya. Sedangkan analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Salah satu analisis yang digunakan dalam analisis fundamental adalah analisis faktor internal perusahaan yaitu menganalisis

5 kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis faktor internal perusahaan berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan. Rasio keuangan banyak macamnya, diantaranya yang digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas yang berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return On Equity. Return on Equity (ROE) merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan, Sawir (2005:20). Return on Equity merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri. Selain itu, investor tertarik pada Earning Per Share karena menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Apabila EPS naik maka akan menarik minta investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut sehingga harga saham naik maka return sama pun akan naik pula. Rasio lain yang termasuk dalam rasio-rasio keuangan yaitu Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli saham suatu perusahaan dengan Price Earning Ratio yang tinggi, karena Price Earning Ratio yang tinggi menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi. Price Earning Ratio (PER) menurut Sulaiman dan Hadi (2004), adalah rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), makan semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik, sebaliknya jika PER terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau tidak rasional. Peningkatan kinerja dari perusahaan tentunya akan berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan tersebut, karena dengan peningkatan tersebut

6 perusahaan diharapkan akan mampu memberikan tingkat laba yang tinggi kepada pemegang sahamnya atas modal yang telah ditanamkannya. Dengan pengembalian return yang tinggi maka saham perusahaan yang bersangkutan akan diburu oleh para investor, sehingga mengakibatkan harga saham akan naik, sebagai akibat dari permintaan yang semakin tinggi namun yang tersedia di pasar terbatas. Selain itu, faktor yang mempengaruhi return saham adalah volume perdagangan saham. Asumsi yang mendasari hal tersebut adalah (Sunariyah, 2000) terdapat ketergantungan sistematik (systematic dependencies) di dalam keuntungan (return) yang dapat dieksploitasi ke return abnormal nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Perkembangan harga saham dan volume perdagangan saham di pasar modal merupakan suatu indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pelaku pasar yaitu investor. Volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sangat pesat, setelah diterapkan otomatisasi perdagangan. Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor di bursa. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham menunjukkan hasil yang kontradiktif. Penelitian Deddy Supardi dan Suhardi (2010) yang meneliti Analisis Faktor-Faktor Internal Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham pada Sektor Pertambangan di BEI. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan ROE, EPS, dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial variabel ROE dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Catur Wulandari (2005) menyimpulkan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham dan penelitian D. Agus Harjito dan Rangga Aryayoga (2009) yang meneliti Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia menunjukkan hasil bahwa variabel ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

7 Dari fenomena di atas bahwa masalah return saham bagi investor merupakan hal penting yang memerlukan perhatian besar dan tindakan hati-hati dalam melakukan investasi. Hal ini disebabkan bahwa return saham dipengaruhi oleh adanya fluktuasi harga saham. Serta dengan adanya ketidak konsistenan dari hasil penelitian terdahulu tersebut, mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai : PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING PER SHARE (EPS), DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011? 2. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 secara bersama-sama (simultan)? 3. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 secara parsial?

8 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, mengolah, serta menganalisis apakah adanya pengaruh antara Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasi di atas yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE), terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 3. Untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER), terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 4. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 5. Untuk mengetahui pengaruh Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan maksud dan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang berkepentingan :

9 1. Bagi penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Volume Perdagangan Saham pengaruhnya terhadap Return Saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 2. Bagi manajemen perusahaan Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dan tambahan informasi yang dapat dijadikan bahan referensi serta bahan pertimbangan di dalam mengambil kebijakan dividen di masa yang akan datang dan diharapkan dapat menunjukan bahwa kinerja perusahaan seperti Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Volume Perdagangan Saham mempengaruhi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. 3. Bagi investor Sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return saham sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan investasi dalam saham dan dalam memilih konsep penilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko yang akan dihadapi ketika melakukan investasi 1.5 Kerangka Pemikiran Investasi merupakan kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dan satu aset selmaa periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan nilai investasi. Seseorang melakukan investasi antara lain ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi parainvestor dalam pengambilan keputusan. Informasi mempunyai makna apabila investor tersebut melakukan transaksi di pasar modal. Investor dalam melakukan investasi akan melakukan perkiraan tentang beberapa tingkat penghasilan yang diharapkan dari investasinya untuk periode tertentu di masa yang akan datang (Eduardus Tandelilin:2001). Ketidakpastian akan tingkat penghasilan merupakan inti dari

10 investasi, yaitu bahwa pemodal harus selalu mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi. Salah satu informasi yang dibutuhkan investor adalah informasi laporan keuangan atau laporan keuangan tahunan. Paling sedikit satu kali dalam setahun perusahaan publik berkewajiban menerbitkan laporan keuangan tahunan kepada investor yang ada di bursa. Bagi investor, laporan keuangan tahunan merupakan sumber berbagai macam informasi khususnya neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Melalui publikasi laporan keuangan perusahaan (emiten), investor dapat mengetahui perkembangan emiten, yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual saham-saham yang dimiliki. Studi di masa lalu telah menunjukkan pentingnya laporan keuangan tahunan perusahaan sebagai sumber untuk investasi (Sunarto:2001). Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan masa yang akan datang mereka atas kesuksesan suatu usaha. Mereka bersedia menanamkan dana jika mereka menganggap prospek suatu investasi menguntungkan. Menurut Sunariyah (2003:4): Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk saham, para pemodal selayaknya menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal, yang dapat digunakan untuk mengukur nilai saham yang diperdagangkan. Analisis fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Dikatakan undervalue bila harga saham lebih kecil dari harga wajar, yang biasanya pemodal disarankan untuk membeli. Dikatakan overvalue bila harga saham di pasar saham lebih besar dari harga wajarnya. Salah satu analisis uang digunakan dalam analisis fundamental adalah analisis faktor internal perusahaan, yaitu menganalisis kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisisnya dapat berupa

11 trend penjualan dan keuntungan perusahaan, posisi persaingan perusahaan di pasar dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Analisis faktor internal perusahaan berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam lima kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, profitabilitas, dan rasio pasar. Salah satu pertimbangan yang digunakan investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan adalah rasio profitabilitas. Return On Equity (ROE) sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan yang ada pada rasio profitabilitas. Menurut Tambun (2007:146): Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur Rate of Return (tingkat imbal hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya. Rasio profitabilitas lainnya adalah Earning Per Share (EPS). Dengan diketahuinya Earning Per Share (EPS) yang mengalami kenaikan atau penurunan akan dapat dibuat suatu kebijakan yang membantu perkembangan perusahaan yang kaitannya dengan peningkatan harga saham. Menurut Aliminsyah dan Padji (2005:62) : Earning Per Share adalah angka yang merupakan salah satu indikator tentang nilai perusahaan. angka ini dihitung sebagai laba bersih dibagi dengan jumlah lembar aham beredar. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu variabel keuangan yang menggambarkan kinerja perusahaan. Jika variabel keuangan tersebut menunjukan kinerja yang baik atas perusahaan maka investor cenderung tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut, kemudian akan berpengaruh terhadap harga saham dan juga return saham. Jika permintaan lebih banyak daripada jumlah

12 saham yang ditawarkan, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat sehingga return saham yang dihasilkan juga meningkat. Sebaliknya jika permintaan lebih sedikit, maka harga saham juga akan turun dan return saham juga akan turun. Rasio lainnya yang digunakan investor adalah rasio penilaian pasar. Metode Price Earning Ratio menggunakan laba perusahaan untuk memperkirakan nilai saham suatu perusahaan. Pendekatan ini juga disebut pendekatan earning multiplier yang menunjukan rasio dari harga saham terhadap earningnya. Rasio ini menunjukan seberapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earning. Dalam penggunaan Price Earning Ratio (PER) biasanya para praktisi akan menentukan apakah ia lebih optimistik atau pesimistik dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Jika ia lebih optimistik terhadap prospek pertumbuhan perusahaan, maka ia akan menjual sahamnya, Tjiptono dan Hendy (2008:198). Karena sekarang ini lebih banyak investor yang menyukai capital gain, maka mereka akan memilih saham yang nilai Price Earning Ratio (PER) yang tinggi, dengan asumsi bahwa naiknya Price Earning Ratio (PER) kemungkinan disebabkan karena kenaikan harga saham tersebut. Karena meningkatkan permintaan akan saham ini, maka sudah tenu akan terjadi kenaikan harga saham. Dengan naiknya harga saham berarti terjadi kenaikan return saham. Dengan naiknya harga saham berarti terjadi keuntungandari selisih harga saham tersebut (capital gain), yang secara otomatis akan meningkatkan return yang akan diterima. Menurut Brigham Houston (2010:150) : Price Earning Ratio merupakan rasio harga per saham terhadap laba per saham, yang menunjukkan jumlah dolar yang dibayarkan investor untuk setiap $1 laba berjalan. Sedangkan analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untu berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Menurut Malkiel (1996), pendekatan ini pada intinya membuat serta menginterprestasikan grafik saham ditinjau dari pergerakan harga

13 saham dan volume transaksinya untuk mendapatkan petunjuk tentang arah perubahan dimasa yang akan datang. Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Interprestasi menggunakan volume : tingkat volume mencerminkan adanya kekuatan yang mendorong pergerakan harga. Volume yang meningkat menandakan adanya suatu tekanan/pressure, apakah itu tekanan beli maupun tekanan jual. Apabila peningkatan harga disertai dengan peningkatan volume, dapat disimpulkan bahwa pergerakan harga akan menguat secara signifikan/bullish. Jika penurunan harga disertai dengan tekanan jual yang juga besar, pergerakan harga dapat disimpulkan akan melemah secara signifikan/bearis (Husnan:2005). Menurut hukum permintaan dan penawaran, volume perdagangan yang tinggi akan menyebabkan supply saham di pasar tinggi maka akan menurunkan harga saham. Dan sebaliknya, jika volume perdagangan rendah akan menyebabkan supply saham di pasar menurun, dan jika supply saham di pasar turun akan meningkatkan harga saham. Dengan demikian. Volume perdagangan memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham. Setiap investor yang menginvestasikan sahamnya disuatu perusahaan tentu mengharapkan imbalan atas apa yang telah dikorbankannya. Imbalan itu bisa berupa dividend dan capital gain atau dengan kata lain dua imbalan tersebut merupakan return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Menurut Gitman (2006:196) definisi return saham adalah : The total gain or lose experienced on and investment over a given periode of time,calculate by dividing the aset s cash distributions during the periode, plus change in value, by it s beginning of period investment value. Artinya : Return saham atau tingkat pengembalian adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan

14 perubahan harga saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi return ini berdasarkan dari dua sumber, yaitu pendapatan (dividend), dan perubahan harga saham atau (capital gain/loss). Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan antara periode t+1 dengan periode t+ pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain(loss) dan yield. Capital gain merupakan untung (rugi) dari harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi Jogiyanto (2009:200). Konsep return saham dapat digunakan berbagai konsep antara lain return realisasi (realized return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham periode sebelumnya (P t-1 ). Capital gain merupakan selisih investasi relative dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau realized return. Return realisasi merupakan return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa yang akan datang

15 Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pemikiran Investor Saham Analisis Fundamental Analisis Teknikal Laporan Keuangan Rasio Keuangan Volume Perdagangan Saham (X 4 ) Rasio Likuiditas Rasio Profitabilitas Rasio Penilaian Pasar Rasio Hutang Rasio Aktifitas ROE (X 1 ) EPS (X 3 ) PER (X 2 ) Diteliti : Return Saham (Y) = Jalur yang diteliti = Jalur yang tidak diteli

16 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah diuraikan pada gambar 1.1, maka penulis mengambil suatu hipotesis bahwa : H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Volume Perdagangan Saham secara simultan terhadap return saham. H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity (ROE) terhadap return saham. H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham. H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning Per Share (EPS) terhadap return saham. H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Volume Perdagangan Saham terhadap return saham. 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif dan verikatif menggambarkan atau melukiskan atas setiap data aktual serta fenomena yang ada. Definisi metode deskriptif menurut Nazir (2005:89) adalah : Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan interprestasi yang tepat, dimana termasuk di dalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimumkan bias dan memaksimalkan rentabilitas.

17 Metode ini bertujuan untuk menjawab permasalahn mengenai seluruh variabel penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan definisi metode verikatif menurut Melong (2004:46) adalah : Metode verikatif adalah penelitian yang berusaha untuk menguji jawaban masalah tentang hasil pemikiran yang kebenarannya bersifat sementara atau yang biasa disebut hipotesis. Metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil kesimpulan yang menunjukan hipotesis tersebut ditolak atau diterima. Jadi metode verikatif untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011. Objek pada penelitian ini adalah Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Volume Perdagangan Saham yang merupakan variabel independent (variabel X) dan Return Saham yang merupakan variabel dependent (variabel Y). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Return on Equity (X 1 ), Earning Per Share (X 2 ), Price Earning Ratio (X 3 ) dan Volume Perdagangan Saham (X 4 ) terhadap Return Saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan yang termasuk pada perusahaan sektor pertambangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011 melalui website www.idx.co.id. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2013 sampai Mei 2013.