BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Refly, Bahasa Etika Postmodernisme, (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2006), h. 53.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB V KESIMPULAN DAN CATATAN KRITIS. Selain itu, telah dijelaskan pula faktor selera ( keinginan ) dan perinta orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa yang digunakan seseorang. menunjukkan asal negara atau asal daerahnya. Manusia di seluruh dunia

BAB VI KESIMPULAN. Setelah melakukan penelitian terhadap upacara adat Mappoga Hanua

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB VII PEN UTUP. Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

Bab IV. Analisa. pemberian dari nenek moyang atau leluhur dari suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS A. Mitos Sanja Kuning dalam Sejarah Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu. Mitos sanja kuning adalah salah satu kisah yang terdapat di Kalimantan Selatan khususnya pada masyarakat Banjar. Dalam sejarah, kepercayaan terhadap mitos sanja kuning ini sudah ada secara turun temurun dalam masyarakat. Kisah ini diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari tiga sampel wilayah, yaitu kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Cerita tentang kepercayaan terhadap mitos sanja kuning memang sudah ada sejak zaman dahulu. Mitos sanja kuning diwariskan secara turunan dari orang tua zaman dahulu. Dimulai dari kerabat yang tertua yaitu dari datuk, kakek-nenek, ayah-ibu, anak-cucu hingga sampai sekarang. Mitos sanja kuning sudah dianggap sebagai suatu tradisi oleh sebagian masyarakat yang mempercayainya. Hal ini dikarenakan, kepercayaan terhadap mitos sanja kuning sudah mengakar kuat di masyarakat. Baik masyarakat kota Banjarbaru, Martapura, khususnya lagi Banjarmasin. Karena, Banjarmasin sebagai Ibu Kota Kalimantan Selatan yang memang mayoritasnya adalah urang Banjar. Walaupun sekarang masyarakat sudah masuk pada zaman yang lebih modern. Tetapi, sebagian masyarakat masih tetap menaati aturan-aturan dalam hal tertentu 50

51 apabila sanja kuning terjadi. Karena, sampai sekarang masyarakat menganggap sanja kuning tersebut sebagai sesuatu yang sacral, dipelihara dan dijaga agar tidak berubah pemahamannya. B. Mitos Sanja Kuning sebagai Bahasa Bagi masyarakat, mitos tidak hanya sebatas cerita, kisah yang wariskan secara turun-temurun, tetapi mitos juga mencerminkan bagaimana kebudayaan masyarakat. Mitos merupakan sebuah cara untuk menyampaikan pesan-pesan yang ada di dalam sebuah tradisi ataupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk memberikan pemahaman mitos sanja kuning sebagai bahasa, perlu diuraiakn dalam bentuk langue dan parole. Langue adalah aspek sosial dari bahasa yang merupakan simbolik untuk berkomunikasi antar manusia. Adapun parole merupakan tuturan, bisa berupa lisan bisa pula berupa tulisan. Dalam hal ini, mitos sanja kuning juga berada dalam tatanan langue dan parole. Mitos sanja kuning menjadi langue dan parole, karena mitos sanja kuning sudah menjadi bahasa bersama. Masyarakat memahami mitos sanja kuning melalui bahasa atau tuturan yang dipelihara secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, baik dari kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, pemahaman makna sanja kuning tidak berbeda. Sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa responden, bahwa mereka memahami mitos sanja kuning melalui penyampaian pesan-pesan secara turun temurun.

52 Pemahaman tersebut disampaikan melalui tuturan-tuturan bahasa secara lisan dari keluarga atau kerabat-kerabat tertua hingga sampai ke generasi sekarang. C. Struktur Mitos Sanja Kunig Sebagaimana yang peneliti ketahui dari hasil wawancara yang didapatkan, mitos sanja kuning juga memilki struktur tersendiri. Struktur mitos dimulai dari tingkatan tertinggi dari kelompok masyarakat, seperti pemuka adat, kemudian turun kepada masyarakat luas. Pemuka adat berada dalam tataran teratas dalam memelihara adat, termasuk memelihara kelangsungan mitos. Maksud dari pemuka adat di sini adalah tatuha kampung atau bisa juga disebut tatuha masyarakat, yaitu orang yang dianggap oleh masyarakat memiliki pengetahuan tentang tradisi yang ada di masyarakat. Tatuha kampung memberikan wejangan, petuah atau papadah kepada masyarakat tentang mitos sanja kuning, kemudian dipahami masyarakat dan dijadikan sebagai sebuah kebiasaan. Pemahaman tersebut sampai sampai kepada pihak keluarga dimulai dari keluarga atas sampai kepada bawahnnya. Siklus tersebut terus berlanjut sampai sekarang. Hal ini sesuai dengan informasi yang diperoleh dari tiga sampel wilayah, yaitu kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Pemahaman mitos sanja kuning yang ada di tiga wilayah tersebut terdapat kesamaan. Persamaan yang peneliti dapatkan tentang mitos sanja kuning sudah dipahami masyarakat ada sejak zaman dahulu. Pemahaman ini diperoleh dari orang yang tertua, yaitu datuk, kemudian kakek hingga sampai anak cucu mereka.

53 Dari sisni dapat dilihat bahwa struktur mitos sanja kuning ini sudah ada sejak zaman dahulu dari kepercayaan-kepercayaan orang-orang terdahulu. Kepercayaan tersebut diwariskan kepada generasi yang sesudahnya hingga sampai sekarang. D. Mitos dan Nilai Sosial dalam Masyarakat 1. Nilai Sakral Dalam kehidupan masyarakat, serangkaian mitos bukan hanya gambaran atau tanda penyampaian pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, tetapi mitos memiliki nilai yang sangat penting bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan masyarakat dalam upacara kebudayaan, adat-istiadat dan juga tradisi. Kegiatan tersebut banyak ditemui pada masyarakat primitif dan tradisional. Sesuatu yang sakral menjadi perhatian dalam kehidupan masyarakat. Sakral adalah sesuatu yang dianggap keramat atau suci oleh masyarakat. Mitos sanja kuning adalah hal yang sakral karena mitos tersebut diperlakukan sebagaimana hal-hal yang sakral. Masyarakat tidak berani mengganggu keberadaan mitos sanja kuning. Kesakralan sanja kuning ditandai dengan upacara seperti: menabur abu di halaman rumah, membakar kemenyan dan do a-do a dipanjatkan. Mitos sanja kuning dipelihara masyarakat. Mereka tidak berupaya untuk mempertanyakan, karena fenomena mitos sanja kuning dianggap sakral. Sesuatu yang dianggap sakral dalam masyarakat memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri seperti anjuran dan larangan. Anjuran dan larangan yang ditaati masyarakat di antaranya adalah seperti melarang anggota keluarga untuk ke luar rumah,

54 bermain-main di luar rumah, kemudian dianjurkan untuk menabur abu di halaman, menyalakn api dengan kayu bakar dan lain sebagainya. Adanya sejenis ritual yang semacam ini mempunyai nilai tersendiri di masyarakat. Hal yang seperti ini biasanya dianggap sakral bagi masyarakat tersebut. 2. Nilai Tabu Mitos dalam masyarakat tidak hanya dipahami sebagai sesuatu yang bersifat sakral, tetapi juga berisi berbagai hal-hal yang dianggap tabu. Tabu adalah sesuatu hal atau tindakan yang berisi larangan, pantangan atau tabu juga bisa berupa anjuran. Begitu juga pemahaman masyarakat terhadap mitos sanja kuning. Dalam mitos sanja kuning juga terdapat hal yang dianggap tabu, terdapat larangan-larangan dan anjuran seperti: a. Tidak diperbolehkan keluar dan beraktivitas di luar rumah pada waktu sanja kuning ini, khususnya untuk anak-anak. b. Di larang duduk di depan pintu dan beranda rumah c. Tidak diperbolehkan memasak dengan menggunakan kompor, tetapi harus menggunakan kayu bakar. d. Dianjurkan untuk berdo a memohon perlindungan. e. Marabun dupa atau membakar kemenyan f. Dilarang membunyikan dan memainkan alat musik Larangan-larangan atau anjuran tersebut jika dilanggar akan berakibat pada hal-hal yang tidak diinginkan. Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut seperti sakit yang berkepanjangan, tekena angin pidara atau kapidaraan dan lain sebagainya.

55 Tabu-tabu tersebut sangat ditaati dan dianggap sesuatu yang bernilai oleh masyarakat. Baik masyarakat kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Hal ini dapat dilihat dari adanya larangan-larangan dan anjuran yang ada dalam mitos sanja kuning yang masih dipercayai sebagian masyarakat sampai sekarang.