BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB IV DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Diva Press, Yogyakarta, 2011, hlm.5 2. Ibid, hlm.5 3

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB II KAJIAN TEORI. didik, sehingga terjadi proses belajar. 1 Sedangkan Belajar adalah: suatu

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel A, kita mengatakan arah variabel itu dari A ke B bukan dari B ke A.

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi aksara, jakarta, 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORETIS

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB II KAJIAN TEORI. mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 1 Aktivitas belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, Holistika, Lombok, 2014, hlm, 58

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

Endang Srininsih SMP NEGERI 4 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih banyak ditentukan oleh instink sedangkan bagi manusia, belajar merupakan aktivitas yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. 1 Pendidikan dalam bukunya Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati adalah Pendidikan bagi sebagian besar orang berarti kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. 2 Jadi dapat dikatakan bahwa inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran. Tentu saja pembelajaran sebagai sebuah proses harus di desain oleh guru agar penyelenggaraannya dapat mengantarkan peserta didik meraih tujuan pembelajaran. Maka dari itu, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu pendidik membuat perencanaan pembelajaran, supaya pembelajaran yang dihasilkan bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembelajaran berati proses, cara atau perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain supaya peserta didik dapat belajar dengan efektif dan efisien. Selain itu juga pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah lingkup terkecil secara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik atau tidak. 3 Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran 1 M. Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2015, hlm. 15. 2 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm. 70. 3 Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 15. 1

2 bergantung pada beberapa aspek, salah satunya adalah bagaimana guru melaksanakan pembelajaran. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis dan juga membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. 4 Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan peserta didik dalam merespon dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri peserta didik ataupun lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan inti pada lapis pengalaman belajar, yaitu tempat peserta didik membangun diri sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan bersama-sama antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini peserta didik bukan hanya sebagai objek dari proses pembelajaran, melainkan mereka sebagai subjek proses tersebut. Peserta didik sebagai subjek belajar yang menjadi pusat dalam kegiatan belajar. Subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu masalah. Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masingmasing. Melihat pentingnya pembelajaran tersebut, maka pembelajaran harus disusun dan direncanakan dengan sebaik mungkin, demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan itu semua, maka pendidik dengan perannya membantu untuk mengembangkan peserta didik. Peranan pendidik adalah terciptanya serangakaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya. Dengan kata lain proses belajar mengajar harus mampu 4 M. Thobroni, pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Op. Cit., hlm. 17.

3 mengembangkan penerapan strategi atau metode pembelajaran yang variatif, yang mampu meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran, supaya peserta didik akan lebih semangat dan tidak merasa monoton dalam proses pembelajaran. Pada intinya salah satu yang tekait dengan proses belajar mengajar adalah penggunaan metode pembelajaran bahwa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu pendidik membuat rancangan pembelajaran dengan menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat, supaya peserta didik akan lebih semangat dan termotivasi saat proses pembelajaran berlangsung. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5 Metode adalah cara yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Karena mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru selalu menggunakan metode, dan metode yang digunakan tidak asal-asalan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, dan sesuai dengan standar keberhasilan. Mengingat di dalam kelas peserta didik itu mempunyai kemampuan dan perkembangan yang berbeda-beda, maka seorang pendidik harus mampu menghidupkan pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak menjadi menarik dan peserta didik pun diharuskan semua terlibat dan faham akan materi yang disampaikan. Dunia pendidikan kita kenal beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (peserta didik). Perkembangan (development) berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perubahan ini bersifat kualitaif mengenai suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. 6 Secara khusus jika kita membicarakan tentang perkembangan maka kita tidak bisa terlepas dari perkembangan Sosio-emosional peserta didik. Sosio-emosional 5 Hamzah dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem: Pembelajaran Aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, menarik, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 7. 6 Muzdalifah, Psikologi Pendidikan, STAIN Kudus, 2008, hlm. 45.

4 berasal dari kata sosial dan emosi. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. 7 Sedangkan perkembangan emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar (learning). 8 Oleh karena itu perkembangan sosio-emosional peserta didik termasuk suatu pembahasan yang sangat penting karena dengan mengetahui perkembangan sosioemosional peserta didik, para pendidik dapat mengambil suatu sikap untuk menghadapi peserta didik dengan berbagai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Khususnya pada mata pelajaran akidah akhlak. Madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional merupakan lembaga yang dikelola oleh kementrian agama dan kebanyakan dikelola oleh masyarakat secara mandiri yang khusus mengajarkan ilmu ilmu agama. Madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. 9 Oleh karena itu, madrasah adalah milik masyarakat dan menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan didalam kebudayaan sebagai milik masyarakat. Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Brakas yaitu sebuah lembaga pendidikan formal tingkat menengah pertama dengan status swasta. Madrasah ini berlokasi di desa Brakas Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Penerapan metode collaborative learning dan bemain peran dilaksanakan dengan menyesuaikan materi yang sesuai atau cocok dengan metode ini. Hal itu dilakukan agar peserta didik dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dalam pelaksanaannya di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak, pendidik mata pelajaran Akidah Akhlak telah menerapkan metode collaborative learning dan bermain peran. Hal ini di 7 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 122. 8 Syamsu Yusuf LN, Perkembangan Emosi Merupakan Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Individu. Ibid., hlm. 64. 9 Abdul Rachman Shalih, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi, dan Aksi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 20.

5 rancang dengan menggabungkan pembelajaran yang menuntut peserta didik dalam pembelajaran untuk dapat berperan aktif, bekerja sama, belajar menghormati pendapat anggota kelompok, sehingga dalam pembelajaran setiap masing-masing peserta didik mampu berkomunikasi antar temannya dan mampu mendiskusikan permasalahan yang telah dibahas dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode collaborative learning dalam pembelajaran lebih menekankan pada pembangunan makna oleh peserta didik dari proses sosial. Dasar metode kolaboratif adalah teori interaksional yang memandang belajar sebagai suatu proses membangun makna melalui interaksi sosial. 10 Sehingga dengan digunakannya metode tersebut peserta didik dapat bekerja sama, berinteraksi, saling berbagi informasi antar kelompok dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada pembelajaran bermain peran, berdasarkan pelaksanaannya metode bermain peran di rancang dengan membagi peserta didik berkelompok. Metode ini melibatkan interaksi antara dua peserta didik atau lebih tentang suatu topik atau situasi, dimana peserta didik diminta untuk memainkan peran tertentu yang berkaitan dengan masalah-masalah social. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. 11 Sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dan dilakukan dengan berkelompok. Sesuai dengan realitas pembelajaran yang dilakukan di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak, bahwa pendidik memberikan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan berkelompok kemudian diperankan. Hal ini direalisasikan dengan penggunaan metode pembelajaran aktif yaitu metode collaborative learning dan bermain peran. Kedua metode pembelajaran 10 M. Thobroni, Dasar Metode Kolaboratif Adalah Teori Interaksional yang Memandang Belajar Sebagai Suatu Proses Membangun Makna Melalui Interaksi Sosial. Op. Cit., hlm. 252. 11 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 26.

6 tersebut dapat membantu peserta didik untuk turut terlibat secara langsung dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran collaborative learning sudah diterapkan di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VIIA, VIII A dan IX A. Pada penerapannya di kelas, pendidik membentuk kelompok sejumlah 2-6 peserta didik. Setelah kelompok terbentuk, barulah guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. Selanjutnya guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok, kemudian kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemonstrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban yang ditemukan sendiri, kemudian Pendidik menunjuk salah satu dari kelompok secara acak untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, dan peserta didik pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Sehingga penggunaan metode ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena peserta didik yang semula pasif dan hanya mendengarkan saja, kini dengan menggunakan metode ini peserta didik semakin aktif dalam berkomunikasi di dalam kelas, baik itu bertanya, berpendapat, maupun menambahi pendapat dari temannya 12. Sehingga dengan menggunakan metode collaborative learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak semakin menarik dan bisa memotivasi peserta didik untuk lebih aktif di dalam proses pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran bermain peran pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIIA, VIIIA, dan IXA memang benar telah diterapkan. Pada penerapannya di kelas, pendidik menggunakan metode diskusi pendidik ikut aktif dalam mengarahkan pembelajaran dengan membentuk kelompok 4-5 peserta didik, hal ini bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan makna diri di dunia social dan memecahkan dilema dengan bantuan 12 (Hasil wawancara dengan Hj Mu awanah, selaku Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak, Tanggal 5 maret 2016, pukul : 10.20).

7 kelompok. Dalam penerapan metode bermain peran, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Selain itu juga dapat memperoleh cara berperilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah. Selain itu juga memiliki prinsip saling membantu dan saling bekerjasama dalam memahami materi pembelajaran, yaitu apabila ada peserta didik yang kurang mampu dalam memahami karakter yang akan diperankan pada materi pembelajaran yang berupa persoalan yang diberikan oleh pendidik, maka peserta didik lain dalam kelompok masing-masing segera membantunya. Dengan begitu, maka peserta didik yang awalnya kesulitan dalam memahami materi pelajaran Akidah Akhlak secara individual, kini semakin terbantu dengan teman kelompok yang mampu menjawab persoalan-persoalan Akidah Akhlak yang diberikan pendidik dengan maksimal. Sedangkan perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan metode collaborative learning dan bermain peran di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak, tampak dari pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial peserta didik, dapat juga diartikan sebagai penyesuaian diri dengan normanorma kelompok, tradisi dan moral agama. Sedangkan emosi yang mempengaruhi tingkah laku peserta didik, dapat mengkontrol emosinya jika ada kritikan dari teman, aktif berdiskusi dan memecahkan masalah di dalam kelas. Sehingga perkembangan peserta didik dalam pembelajaran terbentuk secara berkelompok. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, yang mana peserta didik di dalam kelas mampu menyesuaikan diri dengan norma kelompok, dan juga terlihat keaktifan dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Sehingga dapat peneliti simpulkan, bahwa perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhak sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan diterapkannya kedua metode

8 pembelajaran tersebut, maka peserta didik mampu bersikap atau bersosial dengan baik. 13. Diterapkannya metode collaborative learning dan bermain peran inilah dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak dapat berlangsung dengan menyenangkan dan para peserta didik mampu mengoptimalkan dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, karena penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran melibatkan seluruh peserta didik aktif secara individual. Dan tujuan pendidik di sini tidak hanya membuat salah seorang peserta didik yang aktif dan menguasai materi pelajaran Akidah Akhlak, akan tetapi semua peserta didik diharapkan untuk aktif, baik dari yang berprestasi maupun peserta didik yang sedang prestasinya, bahkan peserta didik yang kurang berprestasi pun di buat aktif dalam pembelajaran dengan kelompok dan permainan. Dari latar belakang inilah, penulis ingin mengadakan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Metode Collaborative Learning dan Bermain Peran Terhadap Perkembangan Sosio- Emosional Peserta Didik Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Kec. Dempet Kab. Demak Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode collaborative learning dan bermain peran pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak? 2. Bagaimana perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak? 13 Hasil Observasi di dalam kelas, pada mata pelajaran Akidah Akhlak, (tanggal 6 maret 2016, pukul: 08.40).

9 3. Adakah pengaruh metode collaborative learning terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak? 4. Adakah pengaruh metode bermain peran terhadap perkembangan sosioemosional peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak? 5. Adakah pengaruh metode collaborative learning dan bermain peran secara simultan terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas untuk dapat memperoleh hasil yang baik maka diperlukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Mengetahui adanya penerapan metode collaborative learning dan bermain peran pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. 2. Mengetahui adanya perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. 3. Mengetahui adanya pengaruh metode collaborative learning terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. 4. Mengetahui adanya pengaruh metode bermain peran terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. 5. Mengetahui adanya pengaruh metode collaborative learning dan bermain peran secara simultan terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak.

10 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Menambah verifikasi teori pengaruh metode collaborative learning dan bermain peran terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak. 2. Secara Praktis a. Bagi Madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitian ini berlangsung, mengenai metode collaborative learning dan bermain peran terhadap perkembangan sosio-emosional peserta didik pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. b. Bagi Pendidik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pendidik dalam rangka meningkatkan perkembangan sosio-emosional peserta didik dan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode collaborative learning dan bermain peran di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak. c. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk dapat meningkatkan perkembangan sosio-emosional peserta didik dengan menggunakan metode collaborative learning dan bermain peran di MTs Miftahul Huda Brakas Dempet Demak.