BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam etnis, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terdiri atas lebih kurang pulau ini dihuni oleh lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Kondisi negara maritim dengan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan. pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK (Phinney, 1990)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini bahasa memegang peranan penting, karena dengan bahasa

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB IV PANDANGAN ETNIS TIONGHOA DI SURABAYA TERHADAP KONSEP PLURALISME KH. ABDURRAHMAN WAHID

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... DAFTAR ISI. iii DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,

Kementerian Dalam Negeri 2017

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menganut paham demokrasi, didalam

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-nya. Dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini tercatat ada lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan memiliki

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I. populasi. sentral perekonomia. kebudayaan. Poo Kong.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PSIKOLOGI REMAJA. Sumber buku : Psikologi Remaja karangan Prof. Dr. Sarlito WS. Oleh : Saktiyono B. Purwoko, S.Psi

BAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

Mata Kuliah Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

Diberikan oleh Rusia sehingga hubungan antar negara dengan subjek utama masyarakat di dalamnya menjadi jauh lebih baik dan efektif. 2. Di Era Orde Bar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk (plural society), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang (Sugiyanto dalam Cahyani,2013). Sugiyanto juga menjelaskan bahwa prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing, misalnya suku, ras, agama, budaya, bahasa. Dengan keanekaragaman tersebut Indonesia dituntut untuk dapat menajaga persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu. Suku Tionghoa adalah salah satu suku yang sudah lama sekali tinggal di Indonesia dan sudah diakui sebagai bagian dari negara Indonesia, terutama ketika masa pemerintahan Reformasi yang dipimpin oleh Presiden Abdurahman Wahid. Saat ini, jumlah orang keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia semakin banyak terlebih di beberapa daerah di Indonesia, antara lain Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin, dan beberapa tempat di Sulawesi Utara dan Selatan. Pada Orde Baru Warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini 1

2 diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia. Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang, akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah. Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis, sebagian memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya. Pada masa akhir Orde Baru, terjadi peristiwa kerusuhan rasial yang merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama warga Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya

3 banyak korban, banyak di antara mereka mengalami pelecehan seksual, penjarahan, kekerasan, dan lainnya. Ketika masa Presiden Habibie, Beliau mengeluarkan Instruksi Presiden No.26/1998 yang mencabut penggunaan istilah pribumi dan non-pribumi. Lalu Presiden Habibie digantikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1999, selama pemerintahannya, Gus Dur mengeluarkan Peraturan Presiden No.6/2000 yang mencabut Instruksi Presiden No.14/1967 yang melarang segala bentuk ekspresi agama dan adat Tionghoa di tempat umum. Dengan pencabutan larangan tersebut, terbuka jalan bagi etnik Tionghoa untuk menghidupkan budaya tradisional mereka. Tahun 2000, Gus Dur juga mengumumkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional sukarela. Selama kekuasaan Presiden Suharto, tahun baru itu tidak dirayakan, etnik Tionghoa dilarang merayakannya secara terbuka. Toko-toko milik etnik Tionghoa dilarang tutup pada waktu Tahun Baru Imlek. Gus Dur tidak sampai menyelesaikan masa kepresidenannya dan digantikan oleh wakilnya, Megawati Sukarnoputri. Megawati memaklumkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional, berlaku mulai 2 Februari 2003. Hal ini tidak berubah sampai pergantian presiden berikutnya. Pada akhirnya tahun 2004, Susilo Bambang Yudoyono dipilih sebagai presiden baru. Selama pemerintahannya telah dikeluarkan dua undang-undang penting, UU No.12/2006 tentang kewarganegaraan Indonesia dan UU No.23/2006

4 tentang pendaftaran penduduk. Undang-undang kewarganegaraan baru ini telah menyerap prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan undang-undang tentang kependudukan menggunakan konsep dasar nasional dan bukan etnik dalam pendaftaran penduduk Indonesia. Perkembangan selama Masa Reformasi sangat memberikan harapan untuk bebas mengekspresikan budaya Tionghoa. Berbagai peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan masalah etnik Tionghoa menggunakan pendekatan demokratis dan multikultural, dengan sudut pandang guna lebih memakmurkan Indonesia. Diterimanya agama Konghucu sebagai agama nasional di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono, juga memberikan dampak positif bagi perkembangkan agama dan budaya masyarakat Tionghoa. Jika berkunjung ke kelenteng atau vihara, di sana dipenuhi tidak hanya oleh etnis Tionghoa, namun banyak agama lain yang juga larut menikmati suasana. Penerimaan oleh masyarakat luas seperti itu adalah bukti kebangkitan budaya dan agama etnis Tionghoa pasca orde baru. Globalisasi yang ada di Indonesia telah memberikan inspirasi-inspirasi baru untuk mengadopsi program-program pendidikan dari luar Indonesia. Pengadaan sekolah-sekolah bertaraf internasional sedang digalakkan. Tidak hanya pada tingkat sekolah menengah bahkan taman kanak-kanak pun telah diprogram menjadi sekolah bertaraf internasional. Les bahasa Inggris, Mandarin, komputer semua tersedia di sekolah. Fenomena tersebut adalah akibat dari globalisasi dan adanya keanekaragaman budaya di Indonesia ini.

5 Perubahan kurikulum pendidikan yang berkali-kali juga merupakan dampak dari pesatnya arus globalisasi, menyebabkan pemerintah harus bergerak cepat mengubah kurikulum pendidikan lama yang dianggap ketinggalan jaman dengan kurikulum baru yang dianggap sesuai dan mampu menjawab tantangan global. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan adalah salah satu sektor penting dalam suatu Negara yang menopang berdirinya suatu Negara. Kegagalan bangsa Indonesia di masa lampau mempertahankan kedaulatan negaranya, dikarenakan pendidikan rakyatnya yang lemah. Oleh karena arus globalisasi ini, sekolah sekolah di Bandung melakukan perubahan kurikulum, mulai memasukkan bahasa mandarin sebagai mata pelajaran. Salah satunya sekolah X menjadikan bahasa mandarin sebagai mata pelajaran. Tetapi dengan diajarkannya bahasa mandarin tidak menjamin siswa mengerti tentang etnis Tionghoa. Kebanyakan etnis siswa di sekolah SMP X adalah etnis Tionghoa. Identitas etnik merupakan salah satu bentuk yang sangat penting selama masa remaja. Identitas etnik adalah penghayatan seseorang terhadap etnisitasnya. Hal ini diperoleh seseorang melalui eksplorasi dan komitmen yang dilakukannya terhadap etnisitasnya sendiri, bukan etnis orang lain. Remaja ini sedang mengalami masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa dan masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Pada masa inilah remaja berada pada tahap pencarian identitas

6 diri, salah satunya adalah Ethnic Identity, yang mereka dapatkan melalui proses eksplorasi dan nantinya akan mengarahkan remaja ini untuk mengambil keputusan atau komitmen terhadap etnisitasnya. Dari survei yang dilakukan terhadap 10 remaja diantaranya 7 remaja (70%) dapat menyebutkan identitas etnisnya. Sedangkan hanya 3 remaja (30%) yang tidak bisa menyebutkan identitas etnisnya. Semua remaja SMP ini menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Dalam kehidupan seharihari di sekolahnya 80% (8 orang) berteman dengan teman yang etnis Tionghoa, sedangkan 2% (2 orang) merasa nyaman berteman dengan etnis apa pun (Tionghoa, Batak, Jawa dan India). Lingkungan di rumah atau tetangganya 80% (8 orang) diantaranya beretnis sama yaitu Tionghoa, 2 % (2 orang) yang lainnya memiliki tetangga yang bermacam-macam etnis (Jawa, Sunda, dan Tionghoa). Hal ini seharusnya mempengaruhi remaja untuk semakin mengenal etnis Tionghoa, tetapi masih ada siswa yang menghayati etnisnya adalah bukan etnis Tionghoa. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik meneliti tentang Studi deskriptif mengenai Ethnic Idenitity pada siswa SMP X di Bandung.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang permasalahan, peneliti mengajukan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah pencapaian Ethnic Identity pada pada siswa yang berusia 12-14 tahun di SMP X Bandung? 1.3 Maksud Dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian Peneliti bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai Ethnic Identity siswa yang berusia 12-14 tahun di SMP X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuannya adalah untuk memperoleh data empiris mengenai pencapaian Ethnic Identity pada siswa yang berusia 12-14 tahun di SMP X Bandung.

8 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis - Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi lintas budaya yang berkaitan dengan ethnic identity pada masa remaja. - Memberikan informasi tambahan pada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tentang ethnic identity. 1.4.2 Kegunaan Praktis - Memberikan pengenalan tentang pemahaman ethnic identity pada siswa yang berusia 12-14 tahun di SMP X Kota Bandung. - Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para pendidik / guru dalam menyusun kurikulum dengan pemahaman tentang etnis dan budaya Tionghoa. 1.5 Kerangka Pemikiran Masa remaja menurut Erikson berada pada rentang usia 12-20 tahun. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja, seseorang mengalami perkembangan kognitif dan sosioemosional. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif di masa remaja sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds,

9 2001). Pada masa remaja awal, seseorang sudah masuk pada tahap formal operations yaitu suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Perkembangan sosioemosional adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Menurut Erikson tahap identity vs identity confussion menunjukkan bahwa remaja sedang mencari jati diri dan yang sesuai dengan dirinya. Erikson menemukan hubungan antara status identitas dengan beberapa karakteristik seperti kecemasan, self esteem, moral reasoning dan pola tingkah laku. Suatu pencapaian identitas merupakan hasil dari periode eksplorasi dan eksperimen yang terjadi selama masa remaja yang mengarah pada suatu keputusan atau komitmen pada berbagai area kehidupan, antara lain, pekerjaan, agama, dan orientasi politik (Erikson 1968). Mengatasi pengertian Erikson tentang krisis identitas, Marcia mengemukakan bahwa tahap remaja terdiri tidak resolusi identitas atau kekacauan identitas, tetapi sampai sejauh mana yang telah

10 dieksplorasi dan berkomitmen untuk identitas di berbagai domain kehidupan dari panggilan, agama, pilihan relasional, peran gender, dan sebagainya. Identitas etnik diperoleh dari eksplorasi dan komitmen yang dilakukan seseorang sehingga ia memiliki penghayatan terhadap etnisnya sendiri. Identitas etnik adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari pengetahuan akan keanggotaan dirinya pada suatu kelompok sosial beserta nilai-nilai dan kelestarian emosi yang signifikan terhadap keanggotaan tersebut (Tajfel, 1981). Identitas etnik lebih mudah terlihat pada situasi-situasi dimana dua kelompok etnis ada dalam suatu kontak dan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Phinney, ada 3 tahapan ethnic identity yaitu unexamined ethnic identity, ethnic identity search (examined), dan achieved ethnic identity. Unexamined ethnic identity merupakan tahap pertama yang dilewati remaja pada awal usianya dari apa yang didengar dari orang lain atau menurut perkataan orang tuanya, tanpa melakukan ekplorasi dan komitmen. Remaja ini menerima secara langsung apa yang dikatakan oleh orang tua atau lingkungan sosialnya. Tahap kedua, remaja akan memasuki tahap ethnic identity search (examined). Pada masa ini remaja awal melakukan pencarian atau eksplorasi dan melibatkan diri pada pengertian tentang etnis dirinya. Remaja akan sadar akan etnisitasnya yang didorong dari pengalamannya dalam mengeksplor suatu etnis. Tahap ketiga yang dilalui pada masa remaja yaitu tahap achieved ethnic identity. Pada masa ini

11 sudah mengetahui secara pasti etnisitasnya dan sudah melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan etnisitasnya. Pada masa remaja ini, mereka sedang berada pada tahap pencarian identitas, termasuk identitas etnis. perkembangan kognitif remaja ini juga berkembang dan pada masa remaja berada pada tahap formal operations, artinya remaja sudah dapat berpikir lebih abstrak. Pada tahap ini remaja akan lebih mudah mengenal etnisnya mulai dari budaya, bahasa, dan nilai-nilai yang terdapat dalam setia filosofi etnis tersebut. Mereka juga dalam bergaul atau bersosialisasi akan terpengaruh oleh nilai-nilai budaya yang dimilikinya, karena pada masa remaja ini mereka sedang berada pada tehap dimana mereka akan lebih percaya pada temannya dan lebih memiliki rasa yang lebih erat (kompak). Untuk mengenal etnisitasnya, seorang remaja akan mencari tahu mengenai etnisitasnya kepada orang tua atau orang yang berada disekitarnya dan bisa melalui media elektronik. Apabila seorang remaja sudah mengenal dan sudah mengetahui tentang etnisitasnya, maka remaja ini akan membuat keputusan atau mengambil komitmen terhadap etnisitasnya. Dalam perkembangan Ethnic Identity seseorang dipengaruhi oleh bahasa, persahabatan, afiliasi dan kegiatan agama, kelompok sosial dan etnis yang berstruktur, ideolog dan aktivitas politik, area tempat tinggal, dan aktivitas dan sikap etnis atau kebudayaan lain. Bahasa berpengaruh pada cara berkomunikasi dengan etnisnya dan etnis lain, akan memudahkan mereka dengan menggunakan

12 bahasa yang sesuai dengan etnisnya, seperti etnis Tionghoa menggunakan bahasa Mandarin, mereka akan merasa memiliki etnisitas tersebut dan merasa banggaakan etnisitasnya. Pergaulan juga akan membuat seseorang mengikuti suatu kelompok sosial tertentu, jika sahabatnya mengikuti suatu kelompok sosial maka remaja ini pun akan mengikuti kelompok terebut. Pengenalan mereka terhadap etnisitasnya akan semakin terbantu dengan area tempat tinggal yang mendukung etnis tertentu untuk bebas berekspresi dan berkembang. Identity Ethnic memiliki komponen rasa memiliki, keterlibatan etnis dan sikap positif dan negative terhadap etnisnya. Semakin mereka mengenal Ethnic Identity, mereka akan ada rasa memiliki terhadap etnisnya. Apabila remaja ini melakukan eksplorasi terhadap etnisnya akan muncul sikap yang positif atau sikap negatif terhadap etnisitasnya, ini akan mengarahkan remaja untuk terlibat dalam kegiatan etnis tertentu dan membuat seseorang mengambil komitmen.

13 Skema Kerangka Pemikiran Faktor yang memengaruhi: - bahasa - persahabatan - afiliasi dan kegiatan keagamaan - kelompok sosial dan etnis yang berstruktur - ideologi dan aktivitas politik, - area tempat tinggal, - aktivitas dan sikap etnik atau kebudayaan lainnya Eksplorasi Unexamined ethnic identity Remaja dan Ethnic identity Ethnic identity search Komitmen Achieved ethnic identity - Perkembangan kognitif - Perkembangan sosioemosional Komponen-komponen : - Rasa memiliki - Sikap positif dan negatif - Keterlibatan etnis

14 1.6 Asumsi Berdasarkan uraian kerangka pikir di atas, maka peneliti merumuskan asumsi sebagai berikut : 1. Siswa/siswi SMP X yang memiliki rentang usia 12-14 tahun sedang mencari identitas etnik dan berada pada tahap unexamined ethnic identity