BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Lima Puluh Kota didominasi oleh sektor pertanian. Jika dilihat secara

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

P U T U S A N Perkara Nomor : 043/PHPU.A-II/2004

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SULAWESI UTARA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang ada, karena jika tuntutan kebutuhan masyarakat tidak seimbang

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

PARTISIPASI POLITIK WARGA DESA NGRECO KECAMATAN TEGALOMBO DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

ABSTRAK PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI DESA MANUNGGAL JAYA KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilukada adalah pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilukada ini meliputi pemilu gubernur dan wakil gubernur, Pemilu bupati dan wakil bupati, dan pemilu walikota dan wakil walikota 1. Dengan lahirnya pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu langkah maju dalam proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam proses politik. Pemilukada langsung juga dapat dikatakan atas sebagai koreksi atas sistem pemilukada yang terdahulu yang menggunakan mekanisme perwakilan DPRD. Peralihan sistem perwakilan ke sistem pemilukada langsung menyiratkan bahwa telah adanya sebuah kemajuan dalam sistem politik dan melibatkan rakyat untuk ikut serta dalam menentukan masa depan bangsanya sendiri dengan jujur dan adil. Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian jabatan Kepala Daerah. Pasal 18 Ayat (4) menyatakaan 1 Marzul Veri dkk, 2010, Buku Pintar KPPS Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010, Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, Padang, hal.2. 13

bahwa gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis 2. Sistem pemilukada secara langsung ini dirasakan lebih menjanjikan terciptanya demokratisasi apabila dibandingkan dengan sistem sebelumnya sesuai dengan UU No 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah ataupun UU No 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, karena kesempatan masyarakat untuk memilih pemimpin di daerahnya secara bebas tanpa adanya tekanan baik berupa intimidasi ataupun kekerasan politik dirasakan sangat luas 3. Pelaksanaan pemilukada langsung ini diselenggarakan oleh KPUD yang kemudian bertanggung jawab kepada DPRD sebagaimana yang tercantum dalam UU No 32 Tahun 2004 pasal 57 ayat 1 dan 2 (satu dan dua) tentang pemerintahan daerah yang berbunyi : Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah yang bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, dalam melaksanakan tugasnya Komisi Pemilihan Umum Daerah, menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada dewan Perwakilan Rakyat Daerah 4. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah Public policy. Selain itu Miriam Budiardjo mengutip pernyataan dari Herbert McClosky mengatakan 2 Suharizal,2010, Jurnal Problem Rekrutmen Dan Koalisi di Tingkat Partai Politik Pada Pemilihan Umum Kepala Derah (Evaluasi Pilkada 2005-2008), Konstitusi Pusako Universitas Andalas. 3 Lihat Tesis, Faizil Aziz, Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilukada Putaran Dua Di kecamatan Harau Kabuparen Lima Puluh Kota Tahun 2010 pdf, http://www.pasca.unand.ac.id, diakses tanggal 9 Januari 2013 Pukul 10.00 Wib 4 Ibid. 14

bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum 5. Menurut Samuel P. Huntington partisipasi politik juga mencakup semua kegiatan yang mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu efektif atau tidak, berhasil atau gagal 6. Pemilukada harus mampu melibatkan partisipasi dari masyarakat agar tercipta kedaulatan dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini dapat berjalan dengan baik. Partisipasi dari masyarakat disini bukanlah sekedar dalam hal pencoblosan atau pencontrengan akan tetapi masyarakat juga harus terlibat secara aktif dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan partisipasi ini 7. Semakin tinggi tingkat partisipasi seseorang maka menunjukan bahwa seseorang telah mampu membuktikan bahwa mereka telah dapat memahami dan melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan, sedangkan semakin rendah tingkat partisipasi seseorang berarti menunjukan bahwa orang tersebut kurang mengapresiasikan minat mereka terhadap kegiatan kenegaraan. Partisipasi masyarakat juga dapat dijadikan sebagai sebuah kontrol atau pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dari masyarakat. Partisipasi juga dapat dimaknai sebagai pengambilan atau pengikutsertaan. Selain itu Yalvema Miaz dalam bukunya yang berjudul 5 Miriam Budiardjo, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 367. 6 Samuel P Huntington & Joan Nelson, 1994, Patisipasi politik Di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, hal.6. 7 Habib Syafingi,2009, Jurnal Urgensi Pendidikan Politik Dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu,Konstitusi PKHP-FH Universitas Janabadra Yogyakarta Volume II Nomor 1. 15

partisipasi politik pola perilaku pemilih pada masa orde baru dan reformasi juga menyebutkan teori partisipasi Adams yaitu partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri dan kemandirian warga negara. Melalui partisipasi, individu menjadi warga publik, dan mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan masyarakat. Tanpa berpartisipasi, nyaris semua orang akan ditelan oleh kepentingan pribadi dan pemuasan kebutuhan orang yang berkuasa. 8 Agar terwujudnya sebuah partisipasi pada masyarakat dalam menggunakan hak-hak mereka sebagai warga negara untuk turut ikut serta dalam bagian dari kegiatan politik, di perlukan sebuah penanaman sikap dan prilaku pada masyarakat agar mereka paham dan sadar akan pentingnya sebuah partisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi seseorang adalah pendidikan politik. Marita Ahdiyana menyebutkan pendidikan politik itu menurut Safrudin merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi politik pada individu, meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. 9 Pendidikan politik merupakan aktivitas yang terus berlangsung sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang demokratis. Dengan demikian pendidikan politik ini memilliki 8 Yalvema Miaz, 2012, Partisipasi Politik Pola Perilaku Pemilih pada Masa Orde Baru dan Reformasi, UNP Press, Padang, hal.20-21. 9 Marita Ahdiyana, 2009, Pemilu Sebagai Wahana Pendidikan politik, staff.uny.ac.id/.../pendidikan/.../pemilu%20%20sebagai%20wahana%20.pdf, hal.3,di akses tanggal 8 Desember 2013, pukul 14.00 Wib. 16

tujuan diantaranya, membentuk kepribadian politik, kesadaran politik, dan untuk membentuk kemampuan dalam berpartisipasi politik pada individu, agar individu menjadi partisipan politik dalam bentuk yang positif. 10 Pemilukada juga dapat dikatakan sebagai salah satu wahana dari pendidikan politik. Karena dengan diberikanya pendidikan politik kepada seseorang maka akan menimbulkan keinginan bagi orang tersebut untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Individu yang telah mendapat pendidikan tentang politik dan mendapat penyuluhan serta seminar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan politik dapat termotivasi dan turut aktif berperan dan berpartisipasi dalam kegiatankegiatan politik terutama pada pemilukada, serta dapat merubah pola pikir dari masyarakat itu sendiri. Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang menampakan keinsyafan dari setiap warga negara akan urgensi urusan kenegaraan dalam kehidupan bermasyarakat. 11 Untuk menumbuhkan kesadaran politik maka dapat ditempuh dengan dialog dan pengajaran instruktif. 12 Yang dimaksud dengan dialog disini adalah adanya sebuah diskusi mengenai kegiatan politik ataupun isu politik yang ada dan kemudian selengarakan secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik. Sedangkan pengajaran instruktif merupakan sebuah kegiatan yang 10 Ibid, Hal. 3. 11 Lihat skripsi, Omta Purba, Hubungan Tingkat Kesadaran Politik Dengan Partisipasi Masyarakat Pada Kegiatan Pemilukada 2010 Di kelurahan, Timbangan, Kecamatan Inderalaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir pdf, www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/.../ta_07081002073.pdf, diakses tanggal 25 Desember 2013, pukul 15.00 Wib, hal. 6. 12 Marita Adhiyana, Op.cit, Hal.4 17

dilakukan oleh seseorang untuk menanamkan sikap, prilaku dan unsur-unsur politik kedalam diri seseorang. Ramlan Surbakti 13 juga mengutip pernyataan dari Milbrath dan Goel mengenai sikap masyarakat dapat di bagi menjadi beberapa kategori diantaranya : Pertama apatis, artinya orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Kedua, spektator, artinya orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilhan umum. Ketiga, gladiator, artinya mereka secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktifis partai dan pekerja kampanye, dan aktifis masyarakat. Kabupaten Lima Puluh Kota telah melaksanakan pemilukada secara langsung dimulai sejak tahun 2005 yang ikuti oleh 13 Kecamatan diantaranya : Kecamatan Suliki, Guguak, Payakumbuh, Luak, Harau, Pangkalan Koto Baru, Kapur IX, Gunuang Omeh, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari, Mungka, Bukik Barisan dan Akabiluru, dan pada pemilukada tahun 2005 tersebut adapun perolehan suara pada kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 13 Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hal.143. 18

Tabel 1.1 Data Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota pada Pemilukada Tahun 2005 No Kecamatan DPT Partisipasi Persentase Pemilih (%) 1 Suliki 9.551 7.648 80 % 2 Guguak 22.645 17.156 75,7 % 3 Payakumbuh 19.440 14.945 76,8 % 4 Luak 16.219 12.323 75,9 % 5 Harau 26.744 20.907 78,2 % 6 Pangkalan 17.300 11.776 68 % 7 Kapur IX 16.204 12.474 76,9 % 8 Gunuang Omeh 8.464 7.264 85,8 % 9 Lareh Sago Halaban 22.451 16.843 75 % 10 Situjuah Limo 12.828 9.874 76,9 % Nagari 11 Mungka 15.838 11.109 70,1 % 12 Bukik Barisan 15.541 10.992 70,7 % 13 Akabiluru 17.273 10.910 63,1% Jumlah 220.498 164.221 74,5 % Sumber : KPU Lima Puluh Kota 2005 Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat pada pemilukada Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2005 adalah sebesar 74,5 %. Selanjutnya pada tahun 2010 Kabupaten Lima Puluh Kota mengadakan kembali pemilukada, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 19

Tabel 1.2 Data Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota pada Pemilukada Tahun 2010 NO Kecamatan DPT Partisipasi Pemilih Pesentase (%) 1 Suliki 10.381 6.747 64.99 2 Guguak 24.437 13.971 57.17 3 Payakumbuh 22.856 14.025 61.36 4 Luak 17.544 9.948 56,70 5 Harau 31.646 17.878 56,49 6 Pangkalan 19.809 11.135 56,21 7 Kapur IX 18.609 10.434 56,07 8 Gunuang Omeh 9.541 5.745 60,21 9 Lareh Sago Halaban 25.133 15.012 59,73 10 Situjuah Limo Nagari 14.234 9.320 59,73 11 Mungka 17.777 10.334 58,19 12 Bukik Barisan 16.623 9.401 56,55 13 Akabiluru 19.747 9.067 45,92 Jumlah 248.337 143.017 57,58 Sumber : KPU Lima Puluh Kota 2010 Pada tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pemilukada tahun 2010 sebesar 57,58 %. Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2 diatas menunjukan terjadinya penurunan tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana pada pemilukada tahun 2005 masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota yang memiliki DPT sebanyak 220.498 orang atau sekitar 74,5 % yang mengikuti pemilukada, sedangkan pada pemilukada tahun 2010 DPT masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak 143.017 orang atau 57,58 %. Dari hasil pemilukada di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2005 dan pemilukada tahun 2010 terlihat penurunan partisipasi masyarakat sebesar 16,9 % 20

Disamping itu juga terjadi penurunan partisipasi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota pada pemilihan Legislatif yang dilaksanakan pada tahun 2009 dan pemilihan Gubernur pada tahun 2010, agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.3 Data Partsipasi Masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota Pada Pemilihan Legislatif dan Gubernur tahun 2009 dan 2010 No Kecamatan Pileg 2009 Pilgub 2010 Partisipasi Persentase Partisipasi Persentase 1 Suliki 7.594 76,5 % 7.162 75,4 % 2 Guguak 17.146 72,2 % 15.945 65,2 % 3 Payakumbuh 15.373 72,5 % 14.864 65 % 4 Luak 12.783 75,4 % 11.409 65 % 5 Harau 21.838 74 % 20.419 64,5 % 6 Pangkalan Koto Baru 12.989 71 % 12.122 61,1 % 7 Kapur IX 14.257 78,7 % 11.392 61,2 % 8 Gunuang Omeh 6.673 71 % 6.249 65,5 % 9 Lareh Sago Halaban 17.655 74,1 % 16.757 66,6 % 10 Situjuah Limo Nagari 10.517 74,4 % 10.077 70,8 % 11 Mungka 11.887 73,3 % 11.042 62,1 % 12 Bukik Barisan 12.168 74,8 % 10.275 61,8 % 13 Akabiluru 11.742 66,1 % 10.590 53,6 % Sumber : KPU Kabupaten Lima Puluh Kota 2010 Penurunan partisipasi masyarakat tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kesadaran politik masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota. Kesadaran politik dapat memunculkan peran aktif masyarakat untuk turut ikut berpartisipasi dalam pemilukada serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik. Dengan adanya kesadaran politik, berarti adanya kesadaran masyarakat tentang bagaimana pengaturan urusan mereka, aturan seperti apa dan siapa yang akan menjalankan aturan tersebut. 14 14 Omta Purba, op.cit, hal.4. 21

Partisipasi politik dari warga negara erat kaitanya dengan kesadaran politik. Dimana nantinya partisipasi dapat memunculkan kesadaran politik kepada masyarakat untuk ikut dalam kegiatan politik seperti pemilukada. Berdasarkan latar belakang diatas penelitian tertarik untuk mengambil tingkat kesadaran politik dan tingkat partisipasi politik sebagai variabel dalam penelitian ini guna mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara kesadaran politik dengan partisipasi masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara kesadaran politik dengan partisipasi masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pemilukada tahun 2010? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kesadaran politik dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemilukada di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010. 22

1.4 Manfaat Penelitian a. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah penelitian dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. b. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi KPU di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam mengetahui hubungan kesadaran politik dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemilukada. 23