KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1990 TENTANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1988 TENTANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1976 TENTANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6. Kontrak pendahuluan 2. Perdagangan efek. 7. Penandatanganan perjanjian perjanjian 8. Public expose 1. Emiten menyampaikan 1.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM

PASAR MODAL INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

JENIS DAN BESARAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN JENIS PUNGUTAN SATUAN BESARAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan

Pasar Uang dan Pasar Modal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM

P A S A R M O D A L (Capital Market)

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL

Kamus Istilah Pasar Modal

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

Dokumen Yang Terbuka Untuk Umum. Kep-40/PM/1997 II.A.2 Prosedur Penyediaan Dokumen Bagi Masyarakat Di Pusat Referensi Pasar Modal

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

2016, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan Emiten yang Menyelenggarakan Administras

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

STIE DEWANTARA Pasar Modal

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 20 /PM/2002 TENTANG INDEPENDENSI AKUNTAN YANG MEMBERIKAN JASA AUDIT DI PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1992 TENTANG OBLIGASI PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Otoritas Jasa Keuangan

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

Industri Pasar Modal di Indonesia

Daftar Peraturan Ketua Bapepam-LK ( update ) No. Keputusan Peraturan Tentang

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-39/PM/1997 TENTANG DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. memperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1990 TENTANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pasar modal merupakan alternatif penting bagi pengerahan dana yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional dan perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan efek perusahaan menuju pemerataan pendapatan masyarakat; b. bahwa dalam rangka menunjang perkembangan pasar modal, penyelenggaraan Bursa efek dapat dipercayakan kepada sektor swasta; c. bahwa dalam rangka menciptakan pasar yang tertib, terbuka,dan efisien serta dalam rangka melindungi kepentingan umum dan pemodal, perlu ditetapkan ketentuan yang mengatur hal tersebut; d. bahwa berhubung dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan mengenai pasar modal dengan Keputusan Presiden. Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Penetapan "Undang-undang Darurat tentang Bursa" sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PASAR MODAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini dimaksud dengan: 1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2. Bursa Efek adalah suatu pertemuan termasuk suatu sistem elektronik tanpa tempat pertemuan yang diorganisasikan dan digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran jual beli atau perdagangan Efek. 3. Efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sukuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, warrants, opsi, atau setiap derivatif dari Efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh menteri sebagai Efek. 4. Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan adalah suatu Lembaga yang bertanggung jawab atas kliring, dan penyelesaian transaksi yang terjadi di Bursa Efek, serta penyimpanan Efek dalam penitipan untuk pihak lain. 5. Reksa Dana (Invesment Fund) adalah Emiten yang kegiatan utamanya melakukan investasi, reinvestasi atau perdagangan Efek. BAB II BADAN PENGAWAS PASAR MODAL 1 / 7

Pasal 2 (1) Pembinaan dan pengawasan di bidang pasar modal dilakukan oleh menteri. (2) Untuk melakukan pengendalian pasar modal sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan oleh Pemerintah, dibentuk Badan Pengawas Pasar Modal. Pasal 3 (1) Badan Pengawas Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut BAPEPAM, adalah Badan yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) BAPEPAM mempunyai tugas: a. mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga Efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum; b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga sebagaimana dimaksud dalam BAB III, BAB IV, BAB V dan BAB VI dan BAB VII; dan c. memberikan pendapat kepada Menteri mengenai pasar modal. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) BAPEPAM memiliki wewenang dan fungsi yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 4 Menteri dapat membentuk suatu panitia yang bertugas memberi pertimbangan di dalam memutuskan kebijaksanaan pengembangan pasar modal. Pasal 5 (1) BAPEPAM dipimpin oleh seorang ketua. (2) Ketua BAPEPAM mempunyai tugas: a. Memimpin BAPEPAM sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Pemerintah, dan membina aparatur BAPEPAM agar berdaya guna dan berhasil guna; dan b. Membuat ketentuan pelaksanaan teknis di bidang pasar modal yang secara fungsional menjadi tanggung jawab sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri serta berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Dalam menjalankan tugasnya Ketua BAPEPAM bertanggung jawab kepada Menteri. Pasal 6 Dalam melakukan tugasnya Ketua BAPEPAM dibantu oleh: a. Wakil Ketua BAPEPAM; b. Sekretariat; c. Biro Hukum; d. Biro Pengelolaan Investasi dan Riset; e. Biro Transaksi dan Lembaga Efek; f. Biro Penilaian Keuangan perusahaan I; g. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan II; h. Kantor Wilayah BAPEPAM di daerah yang terdapat Bursa Efek; dan i. Tenaga-tenaga fungsional pasar modal. Pasal 7 (1) Wakil Ketua BAPEPAM mempunyai tugas: 2 / 7

a. membantu Ketua BAPEPAM dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan cara membina, memimpin dan mengkoordinasi kegiatan Sekretariat dan Biro-biro BAPEPAM agar berdaya guna dan berhasil guna sebagaimana ditugaskan oleh Ketua BAPEPAM; b. bertindak selaku Ketua BAPEPAM dalam hal Ketua BAPEPAM berhalangan; dan c. melakukan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua BAPEPAM. (2) Dalam melakukan tugasnya, Wakil Ketua BAPEPAM bertanggung jawab langsung kepada Ketua BAPEPAM. (3) Dalam hal Ketua BAPEPAM berhalangan, Wakil Ketua BAPEPAM bertanggung jawab langsung kepada Menteri. Pasal 8 (1) Sekretariat terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bagian dan setiap Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Sub Bagian. (2) Biro terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Bagian dan setiap Bagian terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) Sub Bagian. Pasal 9 (1) Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BAPEPAM. (2) Biro Hukum mempunyai tugas di bidang hukum dan penegakan peraturan pasar modal yang berlaku. (3) Biro Pengelolaan Investasi dan Riset mempunyai tugas di bidang proses perizinan, pembinaan dan pengawasan manajer Investasi, Emiten Reksa dana dan Penasehat Investasi serta Riset Pasar Modal. (4) Biro Transaksi dan Lembaga Efek mempunyai tugas di bidang proses perizinan, pembinaan dan pengawasan Bursa Efek, Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan, Perusahaan Efek, Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek. (5) Biro Penilaian Keuangan Perusahaan I mempunyai tugas di bidang pembinaan dan penelaahan keterbukaan dokumen Perusahaan Publik dan Emiten yang bergerak di bidang jasa kecuali Emiten Reksa Dana, dan peningkatan standar akuntansi dalam bidang tersebut. (6) Biro Penilaian Keuangan Perusahaan II mempunyai tugas di bidang pembinaan dan penelaahan keterbukaan dokumen Perusahaan Publik dan Emiten yang bergerak di bidang Produksi barang dan peningkatan standar akuntansi dalam bidang tersebut. (7) Tenaga-tenaga fungsional mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas dari Biro-biro sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pasal 10 Pengaturan lebih lanjut mengenai kelengkapan organisasi BAPEPAM ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan Aparatur Negara. Pasal 11 (1) Ketua BAPEPAM diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (2) Wakil Ketua BAPEPAM diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat-pejabat BAPEPAM lainnya ditetapkan oleh Menteri. BAB III BURSA EFEK DAN LEMBAGA KLIRING PENYELESAIAN DAN PENYIMPANAN 3 / 7

Pasal 12 (1) Untuk menyelenggarakan Bursa Efek atau Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan wajib terdahulu mendapat izin Usaha dari Menteri. (2) Yang dapat menyelenggarakan Bursa Efek atau Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan adalah Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. (3) Bursa Efek atau Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat didirikan di seluruh wilayah Republik Indonesia. (4) BAPEPAM akan menjalankan Bursa Efek di Jakarta sampai adanya suatu Perusahaan swasta berbentuk Badan Hukum Perseroan Terbatas yang didirikan untuk menyelenggarakan Bursa Efek di Jakarta dan peralihannya dilaksanakan dengan baik. (5) Dalam kegiatannya, Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak bertujuan untuk mengejar keuntungan. (6) Keanggotaan Bursa Efek atau lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan hanya bagi badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia. (7) Persyaratan, tata cara pendirian, serta lingkup usaha Bursa Efek dan Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB IV REKSA DANA Pasal 13 (1) Untuk menyelenggarakan Reksa Dana (invesment fund) wajib terlebih dahulu memperoleh izin Usaha dari Menteri. (2) Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas. (3) Persyaratan, tata cara pendirian, serta lingkup usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB V PERUSAHAAN EFEK DAN PERORANGAN Pasal 14 (1) Perusahaan Efek yang menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan Manajer Investasi wajib terlebih dahulu mendapat izin Usaha dari Ketua BAPEPAM. (2) Perorangan selaku Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek dan Penasehat Investasi wajib terlebih dahulu mendapat izin Perorangan dari Ketua BAPEPAM. (3) Persyaratan, tata cara pendirian, serta lingkup usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB VII LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL Pasal 15 (1) Lembaga Penunjang Pasar Modal yang menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Biro Administrasi Efek, wajib terlebih dahulu memperoleh izin Usaha dari Ketua BAPEPAM. 4 / 7

(2) Lembaga Penunjang Pasar Modal yang menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Tempat Penitipan Harga sehubungan dengan kegiatannya di pasar modal, wajib terlebih dahulu memperoleh Persetujuan dari Ketua BAPEPAM. (3) Lembaga Penunjang Pasar Modal yang menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat dan Penanggung, wajib mematuhi ketentuan yang berlaku. (4) Persyaratan, tata cara pendirian, serta lingkup usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB VII PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL Pasal 16 (1) Profesi Penunjang Pasar Modal sebelum melakukan kegiatannya di pasar modal wajib mendaftarkan diri kepada ketua BAPEPAM. (2) Ketentuan tentang Pendaftaran dan kewajiban profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB VIII PENDAFTARAN DAN PENAWARAN UMUM Pasal 17 (1) Yang dapat melakukan penjualan atau penawaran Efek kepada masyarakat hanyalah Emiten yang telah menyampaikan Persyaratan Pendaftaran kepada Ketua BAPEPAM. (2) Persyaratan dan tata cara pendaftaran Efek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri. (3) Perusahaan Publik yang ditetapkan oleh Menteri wajib mendaftarkan saham-sahamnya pada ketua BAPEPAM. (4) Persyaratan dan tata cara pendaftaran saham Perusahaan Publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB IX TRANSAKSI YANG DILARANG Pasal 18 (1) Menteri menetapkan ketentuan tentang transaksi yang dilarang. (2) Dalam melaksanakan transaksi Efek setiap pihak dilarang: a. memberikan keterangan yang tidak benar atau menyesatkan; b. melakukan perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam (inside information); c. melakukan manipulasi pasar; dan d. melakukan pemalsuan dan penipuan. Pasal 19 Dalam hal terjadinya transaksi Efek yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, BAPEPAM dengan pemberitahuan tertulis, dapat mewajibkan setiap orang untuk memberikan laporan atau keterangan sebagaimana disebutkan dalam pemberitahuan tersebut. Pasal 20 5 / 7

BAPEPAM dan setiap yang diberi kewenangan oleh BAPEPAM, dilarang mengungkapkan informasi yang diperoleh berdasarkan Keputusan Presiden ini kepada Pihak manapun, selain dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan BAPEPAM, atau jika diharuskan untuk berbuat demikian oleh Undang-undang. BAB X KETENTUAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 21 Untuk tercapainya tujuan perkembangan pasar modal, Menteri dapat menetapkan sanksi administratif berupa pencabutan atau pembatasan kegiatan atau pembebanan kewajiban dan/atau pengenaan denda. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 (1) Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Dana reksa sebagaimana didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tetap dapat melanjutkan kegiatan unit-unit Reksa Dananya sampai batas waktu yang akan ditentukan lebih lanjut oleh Menteri. (2) Dalam hal Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Dana reksa akan melanjutkan kegiatan usahanya setelah berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Dana reksa wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Keputusan Presiden ini. (3) Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Dana reksa dilarang melakukan emisi unit Reksa Dana baru sebelum dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan Presiden ini ditetapkan oleh Menteri. Pasal 24 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1988 dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 10 Nopember 1990 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SOEHARTO 6 / 7

Diundangkan Di Jakarta Pada Tanggal 10 Nopember 1990 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. MOERDIONO 7 / 7