II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pembangkit listrik kecil yang dapat menggunakan tenaga air pada saluran

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan dan Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Turbin Banki Daya 200 Watt

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

Panduan Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ALAT UJI MODEL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO ( PLTMH ) MENGGUNAKAN TURBIN ALIRAN SILANG. (skripsi)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Turbin Reaksi Aliran Ke Luar

TURBIN AIR. Turbin air mengubah energi kinetik. mekanik. Energi kinetik dari air tergantung dari massa dan ketinggian air. Sementara. dan ketinggian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

UNJUK KERJA TURBIN AIR TIPE CROSS FLOW DENGAN VARIASI DEBIT AIR DAN SUDUT SERANG NOSEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI DIAMETER NOSEL TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN PENGUJIAN BENTUK SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KINERJA TURBIN CROSSFLOW

BAB II DASAR TEORI. E p = Energi potensial (joule) m =Massa benda (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h = Ketinggian benda (m)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE) DENGAN HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m 3 /s

II. TINJAUAN PUSTAKA. digalakan penemuan-penemuan atau pemanfatan-pemanfaatan energi-energi

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai 26 Januari sampai 14 mei 2012 di Laboraorium

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

RANCANG BANGUN TURBIN PELTON UNTUK SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO DENGAN VARIASI BENTUK SUDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

PENGUJIAN ALAT SIMULASI TURBIN AIR CROSS FLOW DIO UTAMA PUTRA 2011 / PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI PERFORMANSI TURBIN PELTON DENGAN 24 SUDU PADA HEAD 5,21 METER DAN ANALISA PERBANDINGAN MENGGUNAKAN VARIASI BENTUK SUDU

PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

II. TINJAUAN PUSTAKA. dasarnya sumber energi di dunia banyak dan tersebar dimana-mana. Tetapi hanya

BAB IV TURBIN UAP. Secara umum, sebuah turbin uap secara prinsip terdiri dari dua komponen berikut:

UJI PERFORMANSI TURBIN PELTON DENGAN 26 SUDU PADA HEAD 9,41 METER DAN ANALISA PERBANDINGAN MENGGUNAKAN VARIASI BENTUK SUDU

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

PENGARUH UKURAN DIAMETER NOZZLE 7 DAN 9 mm TERHADAP PUTARAN SUDU DAN DAYA LISTRIK PADA TURBIN PELTON. Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

ANALISIS DAYA DAN EFISIENSI TURBIN AIR KINETIS AKIBAT PERUBAHAN PUTARAN RUNNER

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI UKURAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI KINCIR AIR SUDU DATAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

PENGARUH VARIASI BENTUK SUDU TERHADAP KINERJA TURBIN AIR KINETIK (Sebagai Alternatif Pembangkit Listrik Daerah Pedesaan)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN TURBIN KAPLAN PADA KETINGGIAN (H) 4 M SUDUT SUDU PENGARAH 30 DENGAN VARIABEL PERUBAHAN DEBIT (Q) DAN SUDUT SUDU JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

PEMBUATAN TURBIN MIKROHIDRO TIPE CROSS-FLOW SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK DI DESA BUMI NABUNG TIMUR

ANALISA PENGARUH SUDUT KELUAR SUDU TERHADAP PUTARAN TURBIN PELTON ABSTRAK

58. Pada tail race masih terdapat kecelakaan air 1m/det serta besarnya K = 0,1. Hitung : 1) Hidrolik Losses!

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN UNJUK KERJA TURBIN CROSSFLOW SKALA LABORATORIUM DENGAN JUMLAH SUDU 24

pesawat konversi, untuk mengkonversikan energi potensial fluida menjadi energi

PROTOTYPE TURBIN PELTON SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MIKROHIDRO DI LAMPUNG

PENGUJIAN UNJUK KERJA TURBIN CROSSFLOW SKALA LABORATORIUM DENGAN JUMLAH SUDU 20

Gambar 2.1 Turbin Tesla yang Pertama Dibuat [6]

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Publikasi Online MahsiswaTeknikMesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG BERSUDU LENGKUNG DENGAN MEMANFAATKAN KECEPATAN ALIRAN AIR SUNGAI SKRIPSI

Rancang Bangun Model Turbin Crossflow sebagai Penggerak Mula Generator Listrik Memanfaatkan Potensi Pikohidro

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mikrohidro Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal sejak lama, mulai dengan teknologi sederhana seperti kincir air ( water wheel), sampai dengan teknologi yang canggih dengan menggunakan berbagai jenis turbin. Teknologi ini sudah terbukti handal, sebagai contoh pengoperasian pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) untuk daerah daerah terpencil di Amerika Utara ( Cunningham dan Barbara, 1998) dan Afrika ( Klunne, 2003). Tenaga hidro (hydro power) adalah istilah yang digunakan untuk pembangkit listrik yang menggunakan energi air. Kondisi air yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resource) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran (debit) dan adanya perbedaan ketinggian atau ketinggian air jatuh ( head). Air akan dialirkan ke dalam turbin dan melalui sudu sudu, energi air yang ada akan memutar poros turbin. Putaran poros turbin inilah yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Sedangkan mikrohidro hanyalah sebuah istilah, mikro artinya kecil, dan hidro artinya air. Yang membedakan istilah mikrohidro dan minihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya yang lebih rendah dari 100 KW, sedangkan minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 KW sampai 5000 KW (Jiandong dkk, 1997). Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen

6 utama yaitu, sumber air (sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan pada ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin ). Dirumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri, dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa putaran poros turbin. B. Turbin Air Kata turbin air diungkapkan pertama kali (Burdin, 1873) menjelaskan subjek dari kompetisi teknik mengenai sumber tenaga air. Kata tersebut berasal dari bahasa latin turbo, turbinis, yang berarti putaran atau puntiran. Definisi turbin yang tepat adalah mesin yang berputar dimana air bergerak secara relatif ke permukaan tersebut, sehingga menghasilkan gerakan pada mesin. Secara umum turbin air adalah alat yang mengubah energi aliran air menjadi energi mekanik yaitu putaran poros. Putaran poros ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, sebagian besar putaran poros turbin air dimanfaatkan untuk memutar generator sebagai pembangkit tenaga listrik. C. Klasifikasi Turbin Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbullah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head) dan debit air yang tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan efisiensi turbin yang maksimum.

7 Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria. 1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner. Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu : a. Turbin Aliran Tangensial Pada kelompok turbin ini posisi air masuk roda gerak dengan arah tangensial atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan roda gerak berputar, contohnya turbin Pelton dan turbin cross-flow. b. Turbin Aliran Aksial Gambar 1. Turbin aliran tangensial (Bass, 2009) Pada turbin ini air masuk roda gerak dan keluar roda gerak sejajar dengan poros roda gerak, turbin Kaplan atau propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.

8 c. Turbin Aliran Aksial - Radial Gambar 2. Turbin aliran aksial (Haimerl, 1960) Pada turbin ini air masuk ke dalam roda gerak secara radial dan keluar roda gerak secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini. Gambar 3. Turbin aliran aksial- radial (Haimerl, 1960)

9 2. Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya. Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu : a. Turbin Impuls. Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi energi kinetis sebelum air masuk menyentuh sudu-sudu roda gerak oleh alat pengubah yang disebut nosel. Yang termasuk jenis turbin ini antara lain : turbin Pelton dan turbin cross-flow. b. Turbin Reaksi. Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran roda gerak disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya : turbin Francis, turbin Kaplan dan turbin propeller. 3. Berdasarkan Kecepatan Spesifik (n s ) Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putar roda gerak yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis (Patty, 1995): n s = n. Ne 1/2 / H efs 5/4 (1) Dimana : n s = kecepatan spesifik turbin n = Kecepatan putar turbin. rpm H efs = tinggi jatuh effektif m

10 N e = daya turbin effektif HP Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, Tabel 1. menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional. Tabel 1. Kecepatan Spesifik Turbin No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik 1. Pelton dan kincir air 10-35 2. Francis 60-300 3. Cross-Flow 70-80 4. Kaplan dan propeller 300-1000 4. Berdasarkan Head dan Debit. Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit yang ada yaitu : a. Tinggi jatuh yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini. b. Tinggi jatuh yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah turbin Francis atau cross-flow. c. Tinggi jatuh yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.

11 Gambar 4 menunjukan bentuk kontruksi tiga macam roda gerak turbin konvensional. Kaplan Pelton francis Gambar 4. Berbagai jenis roda gerak turbin konvensional (Sayersz, 1992) D. Turbin Cross-Flow Turbin cross-flow adalah salah satu turbin air dari jenis turbin aksi ( impulse turbine). Prinsip kerja turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof. Donat Banki sehingga turbin ini diberi nama turbin Banki dan terkadang disebut juga turbin Michell- Ossberger (Haimerl, 1960) Pemakaian jenis turbin cross-flow lebih menguntungkan dibanding dengan pengunaan kincir air maupun jenis turbin mikro hidro lainnya. Penggunaan turbin

12 ini untuk daya yang sama dapat menghemat biaya pembuatan penggerak mula sampai 50 % dari penggunaan kincir air dengan bahan yang sama. Penghematan ini dapat dicapai karena ukuran turbin cross-flow lebih kecil dan lebih kompak dibanding kincir air. Diameter kincir air yakni roda jalan atau runnernya biasanya 2 meter ke atas, tetapi diameter turbin cross-flow dapat dibuat hanya 20 cm saja sehingga bahan-bahan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, itulah sebabnya bisa lebih murah. Demikian juga daya guna atau effisiensi rata-rata turbin ini lebih tinggi dari pada daya guna kincir air. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh pabrik turbin Ossberger Jerman Barat yang menyimpulkan bahwa daya guna kincir air dari jenis yang paling unggul sekalipun hanya mencapai 70 % sedang effisiensi turbin cross-flow mencapai 82 % (Haimerl, 1960). Tingginya effisiensi turbin cross-flow ini akibat pemanfaatan energi air pada turbin ini dilakukan dua kali, yang pertama energi tumbukan air pada sudu-sudu pada saat air mulai masuk, dan yang kedua adalah daya dorong air pada sudu-sudu saat air akan meninggalkan roda gerak. Adanya kerja air yang bertingkat ini ternyata memberikan keuntungan dalam hal efektifitasnya yang tinggi dan kesederhanaan pada sistim pengeluaran air dari roda gerak. Dari kesederhanaannya jika dibandingkan dengan jenis turbin lain, maka turbin cross-flow yang paling sederhana. Sudu-sudu turbin Pelton misalnya, bentuknya sangat pelik sehigga pembuatannya harus dituang. Demikian juga roda gerak turbin Francis, Kaplan dan propeller pembuatannya harus melalui proses pengecoran/tuang.

13 Tetapi roda gerak turbin cross flow dapat dibuat dari material baja sedang (mild steel) seperti ST.37, dibentuk dingin kemudian dirakit dengan konstruksi las. Gambar 5. Effisiensi Beberapa Turbin dengan Pengurangan Debit Sebagai Variabel (Haimerl, 1960) Dari kurva tersebut ditunjukan hubungan antara effisiensi dengan pengurangan debit akibat pengaturan pembukaan katup yang dinyatakan dalam perbandingan debit terhadap debit maksimumnya. Untuk Turbin Cross Flow dengan Q/Qmak = 1 menunjukan effisiensi yang cukup tinggi sekitar 80%, disamping itu untuk perubahan debit sampai dengan Q/Qmak = 0,2 menunjukan harga effisiensi yang relatif tetap. Demikian juga komponen-komponen lainnya dari turbin ini semuanya dapat dibuat di bengkel-bengkel umum dengan peralatan pokok mesin las listrik, mesin bor, mesin gerinda meja, bubut dan peralatan kerja bangku, itu sudah cukup. Dari kesederhanaannya itulah maka turbin cross-flow dapat dikelompokan sebagai teknologi tepat guna yang pengembangannya di masyarakat pedesaan

14 memiliki prospek cerah karena pengaruh keunggulannya sesuai dengan kemampuan dan harapan masyarakat. Dari beberapa kelebihan turbin cross-flow itulah, maka sampai saat ini pemakaiannya di beberapa negara lain terutama di Jerman Barat sudah tersebar luas, bahkan yang dibuat oleh pabrik turbin Ossberger sudah mencapai 5.000 unit lebih. Gambar 6. Model rakitan turbin cross-flow (IBEKA, 2002) Keterangan gambar: 1. Elbow 6. Rangka pondasi 2. Poros katup 7. Rumah turbin 3. Katup 8. Tutup turbin 4. Nozel 9. Poros runner 5. Runner

15 Gambar 7. Runner turbin cross-flow (Cole, 2004) E. Perhitungan Segi Tiga Kecepatan Variabel - variabel awal yang dibutuhkan dalam analisa segi tiga kecepatan antara lain, a. Kecepatan air masuk runner (V r ) Dalam hal ini kecepatan air masuk runner sama dengan kecepatan air keluar dari nosel (V n ) dimana K n dengan nilai = 0,96 0,98. V r = V n (2) V r = K n. (2. g. H efs ) 1/2 Dimana: K n = koefisien tahanan nozel g = percepatan gravitasi bumi (m/det 2 ) H efs = head efektif sebenarnya

16 Gambar 8. Perhitungan segi tiga kecepatan (Neris. 1988). b. Kecepatan keliling diameter luar runner (U o ) Dalam hal ini harga U o dapat ditentukan dari persamaan berikut (Mockmoore, 1949). U o = 0,5. V r (3) Hasil percobaan para ahli turbin cross- flow, mereka menyimpulkan bahwa dengan menentukan harga U o = 0,5. V r ternyata didapatkan efisiensi turbin yang paling besar, kebenaran tentang kesimpulan ini akan diuji pada uraian nanti dengan memasukan macam-macam nilai perbandingan U o / V r ke dalam analisa segitiga kecepatan seperti yang dimaksud. c. Kecepatan Keliling Diameter Dalam Runner (U i ) Dalam hal ini nilai U i dapat ditentukan dari perbandingan diameter dalam dan luar runner yaitu, U i = ( D i / D o ). U o (4)

17 Dimana : D o = Diameter luar runner D i = Diameter dalam runner θ = Sudut air masuk sudu Hasil pengujian pabrik turbin Ossberger Jerman Barat, untuk mendapatkan efisiensi turbin yang tertinggi direkomendasikan besar sudut air masuk sudu θ = 15 0. Hal ini disebabkan energi kecepatan air masuk sudu roda gerak lebih banyak termanfaatkan terbukti dari hasil perbandingan kecepatan air keluar dari roda gerak dengan kecepatan air masuk roda gerak jauh lebih kecil dibanding dengan apabila sudut air masuk sudu lebih besar atau lebih kecil dari 15 0. Kebenaran tentang kesimpulan ini akan dibuktikan pada pembahasan nanti dengan memvariabelkan sudut θ. Dalam perencanaan turbin seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, penulis memilih harga sudut = 15 0. Selanjutnya dengan datadata di atas dapat ditentukan model busur sudu sekaligus dapat diketahui berapa persen energi kecepatan air yang dimanfaatkan oleh runner. Untuk memudahkan analisa, nilai-nilai dari variabel di atas diskalakan. Setelah semua data diskalakan, selanjutnya masukan ke dalam analisa segi tiga kecepatan berikut melalui dua tahap penggambaran yaitu, Tahap 1, Air masuk runner V r = kecepatan air masuk sudu rim luar U o = kecepatan keliling diameter luar runner

18 U i = kecepatan keliling diameter dalam runner V f = kwecepatan relatif air masuk sudu rim luar V fi = kecepatan relatif air kelur sudu rim dalam V i = kecepatan air keluar sudu rim dalam Tahap 2, Air keluar runner. V o = kecepatan air masuk sudu rim dalam V fo = kecvepatan relatif air masuk sudu rim dalam V r = kecepatan air keluar sudu rim luar V f = kecepatan relatif air keluar sudu rim luar F. Perhitungan Efisiensi Dengan Analisa Segi Tiga Kecepatan. Busur A-B inilah yang dijadikan mal untuk menentukan kelengkungan dan posisi sudu-sudu yang dipasang diantara dua buah piringan. Hal ini tidak begitu sulit dipraktekan di lapangan yang lebih diutamakan ialah ketelitian dan keuletan dalam bekerja.

19 Gambar 9. Perhitungan segi tiga kecepatan pada sudut masuk θ = 15 0 (Neris,1988) Titik B seperti pada gambar di atas merupakan titik ujung dari busur sudu A-B. Pada saat roda gerak berputar ke kiri, titik B akan mengalami perpindahan relatif sejauh B-B dan waktu yang diperlukan untuk perpindahan relatif dari B ke B sama dengan waktu yang diperlukan oleh suatu titik air guna menempuh busur dari titik A ke titik B dengan kecepatan relatif. Gambar 10. Analisa segi tiga kecepatan pada perbandingan U o / V r = 0,7 (Neris,1988)

20 G. Daya Yang Dihasilkan Turbin a. Daya Turbin Daya yang dihasilkan turbin dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini: (5) Dimana: P = daya yang dihasilkan turbin (Watt) ρ = massa jenis air (kg/m 3 ) Q = kapasitas aliran (m 3 /det) H = beda ketinggian bersih (m) η T = efisiensi turbin. H. Head Bersih Head bersih adalah selisih antara head ketinggian kotor dengan head kerugian didalam sistem pemipaan pembangkit listrik tenaga mikro hidro tersebut. Head kotor ( gross head) adalah jarak vertical antara permukaan air sumber dengan ketinggian air keluar saluran turbin (tail race) untuk turbin reaksi dan keluar nosel untuk turbin impuls. Head kerugian didalam sistem pipa yaitu berupa head kerugian didalam pipa dan head kerugian kelengkapan perpipaan seperti sambungan, katup, percabangan, diffuser dan sebagainya. Head kerugian aliran didalam pipa dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 6 (McDonald, 2011):

21 (6) dimana V adalah kecepatan rata rata aliran di dalam pipa (m/s), f adalah koefisien kerugian gesekan, g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/s 2 ), L adalah panjang pipa (m), dan D adalah diameter dalam pipa (m). Koefisien gesek (f) dipengaruhi oleh kecepatan, karena didistribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen berbeda. Untuk rumus koefisien geseknya ditinjau dengan persamaan: Untuk aliran laminar (7) Dimana: Re = bilangan Reynolds (8) Dimana: V = kecepatan aliran (m/s) D = diameter pipa (m) µ = viskositas (kg/m.s) ρ = kerapatan fluida (kg/m 3 ) Bilangan Reynolds sangat berhubungan dengan tipe aliran fluida, yaitu: 1. Aliran laminar dengan nilai bilangan reynold kurang dari 2300, 2. Aliran transisi dengan nilai bilangan reynold antara 2300 sampai dengan 4000 3. Aliran turbulen dengan nilai bilangan reynold lebih dari 4000

22 Untuk menentukan nilai f pada aliran turbulen dapat diperoleh dari diagram Moody, untuk nilai bilangan Reynolds dan e/d yang telah diketahui dapat digunakan untuk menentukan nilai f pada diagram Moody pada Gambar 11 berikut. Gambar 11. Diagram Moody (McDonald,2011) Tabel 2. Nilai kekasaran untuk pipa (McDonald,2011)

23 Head kerugian aliran di dalam sistem kelengkapan pipa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (McDonald,2011) : (9) dimana K adalah koefisien kerugian yang besarnya tergantung dengan jenis kelengkapan sistem perpipaan tersebut. Sedangkan sebelum menentukan rugi rugi yang terjadi dalam pipa, perlu diketahui ukuran. Dengan menggunakan persamaan daya yang dihasilkan turbin, maka dapat diketahui ukuran diameter pipa dengan rugi rugi gesekan yang terjadi didalam pipa seminimal mungkin. Kerugian akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya disebut juga kerugian sekunder atau minor loss, misalnya terjadi pembesaran penampang atau pengecilan penampang, belokan atau tikungan. Kerugian energi minor ini mengakibatkan adanya tumbukan antar partikel zat cair dan meningkatnya gesekan karena turbulensi serta tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu penampang pipa. Kerugian akibat sambungan pipa masuk (10) Dimana: K = koefisien kerugian energi V = kecepatan aliran (m/s) g = gravitasi

24 Tabel 3. Harga nilai koefisien sambungan pada pipa masuk (Minas, 1998) Tabel 4. Harga nilai koefisien kerugian minor pada katup. (Minas,1998) I. Kapasitas Aliran Kapasitas aliran dihitung dengan menggunakan persamaan : (24) Dimana A adalah luas tiap bagian penampang aliran (m 2 ), dan V adalah kecepatan rata rata aliran pada pusat tiap tiap bagian penampang (m/s).

25 J. Unjuk Kerja Unjuk kerja dalam mesin fluida ditunjukan dalam torsi, daya poros (Power) dan efisiensi. Laju pola aliran pada mesin dan performanya berubah mengikuti laju aliran volume dan kecepatan putaran. Performa sulit diperiksa secara analisis maka diukur secara eksperimental. Karakteristik kurva ditunjukan dari data kajian eksperimental. Untuk turbin air yang diuji pada kecepatan aliran yang berbeda ditunjukan pada gambar berikut Gambar 12. Kurva Karakteristik unjuk kerja untuk turbin air K. Analisis Dimensi pada Mesin Turbo Model yang telah dibuat di laboratorium dapat diterapkan kedalam kondisi sebenarnya atau dalam bentuk prototipe dengan metode analisis dimensi. Adapun parameter yang berpengaruh dalam menentukan parameter tanpa dimensi, untuk mesin fluida dimulai dari persamaan simbolis yaitu head, H (energi per unit massa, L 2 /t 2 ) dan tenaga P, dalam parameter independen yaitu:

26 H = g 1 (Q, ρ,ω, D) (11) Dan P = g 2 (Q, ρ, µ, ω, D) (12) Dengan mengunakan teorema Pi memberikan bilangan tanpa dimensi koefisien head dan koefisien tenaga yaitu: (13) Dan (14) Parameter tanpa dimensi, Q/ωD 3, dalam persamaan ini dinamakan koefisien aliran. Parameter tanpa dimensi, ρωd 2 /µ adalah bentuk bilangan Reynolds. Keserupaan dalam pengujian pada kondisi aliran yang hampir sama ditunjukan pada persamaan berikut: (15) Lalu menjadi (16) Dan (17)

27 Hubungan ukuran yang berguna ini dinamakan sebagai hukum mesin fluida jika kondisi operasi pada satu mesin dilketahui, parameter lain yang dapat ditemukan adalah parameter putaran spesifik, Ns. (18) Putaran spesifik adalah kecepatan yang dibutuhkan suatu mesin untuk menghasilkan energi pada satu keadaan aliran volume. Nilai konstan dari putaran spesifik menjelaskan seluruh kondisi operasi dari geometri mesin yang serupa dengan kondisi aliran yang juga serupa. Hubungan keserupaan antara model dan prototipe ditunjukan pada persamaan berikut: (19) Disini m dan p menyatakan hubungan untuk nilai-nilai model dan prototipe, Q menyatakan debit, w putaran turbin dalam rpm, D garis tengah roda gerak, dan H menyatakan tinggi tekan. Nilai konstan dari putaran spesifik menjelaskan seluruh kondisi operasi dari geometri mesin yang serupa dan kondisi aliran yang serupa. L. Roda gila (Fly Wheel) a. Definisi Roda gila Roda gila adalah sebuah massa yang berputar, dan digunakan sebagai penyimpan tenaga mesin. Tenaga yang disimpan dalam roda gila berupa energi kinetic yang besarnya.

28 (20) Dimana: I = momen inersia roda gila terhadap sumbu putarnya. Pada saat tenaga bertambah, putarannya bertambah, dan tenaga tersebut tersimpan dalam roda gila. Pada saat mesin kekurangan tenaga maka roda gila tersebut akan memberikan tenaganya. b. Koefisien Fluktuasi Koefisien fluktuasi adalah variasi kecepatan yang diperlukan roda gila yang di definisikan sebagai: (21) Dimana: = kecepatan sudut maksimal roda gila ( flywheel ) = kecepatan sudut minimal roda gila ( flywheel ) = kecepatan sudut rata rata roda gila ( flywheel ) = kecepatan maksimal suatu titik pada roda gila ( flywheel ) = kecepatan minimal suatu titik pada roda gila ( flywheel ) = kecepatan rata rata suatu titik pada roda gila ( flywheel ) Nilai kefisien fluktuasi yang biasa dipakai (umum) dalam praktek, adalah berkisar antara 0,002 untuk generator listrik. c. Menentukan Berat Roda gila Dimana: = kecepatan sudut maksimal roda gila ( flywheel ) = kecepatan sudut minimal roda gila ( flywheel ) I 0 = momen kelembaman roda gila terhadap sumbu putarnya

29 Maka perubahan energi kinetik pada roda gila, pada kecepatan maksimum dan minimum dapat dituliskan dalam persamaan berikut (22) (23) (24) (25) (26) Bila: K = radius girasi roda gila terhadap sumbu putarnya W = berat roda gila Maka : (27) (28) Sehingga : (29) Apabila r adalah jari jari roda gila, dan berat roda gila, dianggap berkonsentrasi pada jari jari rata ratanya, maka : dan Dengan mengganti nilai, maka:

30 (30) (31) Bila roda gila berupa disk, maka, sehingga harga E menjadi: (32) (33) Dengan mempertimbangkan bagian bagian yang lain ikut berputar, maka berat roda gila hanya 90 %, dari berat hasil perhitungan. Dengan mempertimbangkan gaya sentrifugal yang diambil akibat putaran, maka kecepatan maksimum untuk roda gila dengan material baja adalah, v = 40 m/detik dan material besi tuang adalah v = 30 m/detik. Pada analisa roda gila disini terdapat beberapa asumsi antara lain : Beban dianggap konstan Kecepatan mesin dianggap konstan, jadi percepatan mesin dianggap nol. Kecepatan rata rata roda gila dianggap sama dengan kecepatan kerja mesin.

Gambar 13. Roda gila (flywheel) 31