BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal maupun informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangannya secara optimal sehingga ia mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu. Peran pendidikan berpengaruh terhadap kualitas dan potensi dari sumber daya manusia dalam menghadapi pembangunan. Pendidikan menjadi salah satu upaya dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul, bermartabat, memiliki jiwa berbangsa dan bernegara sehingga tercapainya sumber daya manusia yang kompetitif dan kompeten. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan hakikatnya dapat ditempuh dengan beberapa jenjang mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan atas. Dari 1

2 beberapa mata pelajaran yang diajarkan dalam jenjang pendidikan menengah atas di dalam nya terdapat mata pelajaran ekonomi. Dengan adanya mata pelajaran tersebut diharapakan peserta didik mampu memahami ilmu tentang perilaku manusia dalam penggunaan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bervarisi dalam kelangsungan hidupnya. Masalah yang sering terjadi dilapangan kebanyakan guru yang mengajar masih kurang memperhatikan karakteristik dan kemampuan siswa. Monotonnya metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi dan cenderung pasif atau media yang digunakan oleh guru dapat menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar. Mengenai proses dalam pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Inti dari kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajarmengajar, cara siswa mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan hasilnya akan terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa banyak yang kurang memuaskan dan banyak nilai siswa dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan, ini dikarenakan keberhasilan proses belajar mengajar terutama program pendidikan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kriteria Ketuntaskan Minimal (KKM) pada mata pelajaran ekonomi sebesar 78, artinya siswa dituntut untuk mendapatkan nilai paling rendah untuk mata pelajaran ekonomi adalah sebesar 78. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran Ekonomi pada kelas X MIA di SMA Kemala Bhayangkari Bandung, disimpulkan bahwa proses pembelajaran Ekonomi di kelas tersebut masih menghadapi masalah yang perlu

3 diselesaikan, salah satunya adalah belum optimalnya proses belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan. Peneliti melakukan survey awal kepada siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di SMA Kemala Bhayangkari Bandung. Terdapat 2 jurusan MIA dan IIS untuk kelas X di SMA Kemala Bhayangkari Bandung. Hasil dari survey diperoleh data berupa hasil belajar yang dilihat dari hasil ujian tengah semester tahun ajaran 2015-2016. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: No Kelas Jumlah Siswa Nilai rata-rata Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM Presentase (tiap kelas) 1 X IIS 22 75,8 12 siswa 54,5% (55%) 2 X MIA 18 75,1 8 siswa 44,4% (44%) 40 150,9 20 siswa 49% Jumlah/ratarata Sumber: SMA Kemala Bhayangkari Bandung (data diolah). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mempunyai nilai dibawah KKM adalah sebesar 49%, berdasarkan nilai tersebut secara umum dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi rendah terlihat dari banyaknya siswa yang memiliki nilai uts dibawah KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan siswa belajar serta guru mengajar dan hal ini merupakan salah satu tuntutan dalam dunia pendidikan. Menurut Djaali (2009, h. 98) Faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar berasal dari dalam dan dari luar diri.

4 Faktor dari dalam diri diantaranya kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, serta cara belajar. Faktor dari luar diri diantaranya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Salah satu tolak ukur bagi guru untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa serta proses belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar setiap siswa dalam proses pembelajaran ekonomi yang diberikan guru itu berbeda-beda, oleh karena itu guru dituntut untuk lebih meningkatkan cara belajar yang mengasyikkan, menyenangkan dan menarik minat siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan serta merangsang siswa untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan mengenai konsep ekonomi baik secara lisan maupun tertulis agar siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Di samping itu siswa pun memiliki kemampuan-kemampuan setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan adanya perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Cara belajar mengasyikkan, menyenangkan dan menarik minat siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mengutamakan siswa lebih aktif di kelas dibandingkan dengan guru. Sanjaya, W (2012, h. 102) menyatakan: Jika pembelajaran lebih terpusat pada guru, maka siswa hanya akan mendapatakan hafalan bukanlah pemahaman yang didapatkan dalam pembelajaran. Namun dengan pembelajaran terpusat pada siswa, maka siswa akan menemukan pemahamannya sendiri dengan berbagai strategi yang mereka ciptakan. Hal demikian akan menuntut kemampuan siswa agar lebih bisa berpikir logis, kritis, dan kreatif. Kemampuan berpikir kreatif dapat memberikan pengaruh yang baik pada kepribadian anak. Hal ini didukung oleh penelitian Parloff dan Datta dalam

5 Sumirah (2012, h. 3) yang menemukan fakta bahwa siswa yang tinggi kreativitasnya cenderung lebih ambisius, mandiri, otonom, percaya diri, efisien dalam berpikir dan perseptif. Sebaliknya siswa yang rendah kreativitasnya kurang memiliki kesadaran diri dan arti hidup sehat dan sejahtera, kurang dapat mengendalikan diri, lebih impulsif, dan kurang efisien dalam berpikir. Dari banyaknya model pembelajaran dalam pelajaran ekonomi tetap yang harus diperhatikan dan yang terpenting bukan pada metode pembelajaran yang dipilihya tetapi model pembelajaran yang dapat menjamin pembelajaran berhasil seperti yang diharapkan. Menurut Gunter et. Al., 1990: 67 dan Joyce & Weil dalam Heriawan, dkk,. (2012, h. 1) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menuntut peseta didik untuk berperan secara aktif dalam sebuah kelompok yang satu sama lainnya saling mempengaruhi sehingga timbulnya interaksi dan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah. Model pembelajaraan kooperatif menurut Lie (2008, h. 12) yakni Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam pembelajaraan gotong royong atau cooperative learning. Menurut Jhonson and Jhonson dalam Lie (2008, h. 18) sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang berstruktur yang termasuk didalam struktur ini ada lima unsur

6 pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan tersendiri sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin (2005, h. 41) mengatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggungjawab individual akan meningkatkan pencapaian potensi siswa yang baik. Oleh karena itu didalam penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Untuk terlaksananya pembelajaran kooperatif yang efektif maka dipilih diskusi dengan teknik make a match. Menurut Lie (2008, h. 55) salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik pembelajaran ini dapat menumbuhkan kerjasama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada ditangan mereka. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa teknik pembelajaran ini dapat memupuk kerjasama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar peserta didik lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan peserta didik tampak sekali pada saat peserta didik mencari pasangan kartunya masing-masing. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan serta solusi yang didukung dengan pendapat para ahli maka peneliti memutuskan untuk menggambil judul melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan akan menjadikan proses

7 pembelajaran ini sangat menarik dan membuat peserta didik antusias mengikuti proses belajar, maka didalam pembelajaran kooperatif teknik make a macth adalah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman belajar peserta didik. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis melakukan penelitian berjudul: PENGARUH RESPONS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus mata pelajaran ekonomi pokok bahasan koperasi kelas X MIA SMA Kemala Bhayangkari Bandung semester genap tahun ajaran 2015-2016). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan guru hanya ceramah, sehingga siswa pasif dalam mengikuti proses kegiatan belajar 2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran ekonomi sehingga siswa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal. 1.3. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1.3.1. Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya masalah, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

8 1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA Kemala Bhayangkari Bandung tahun ajaran 2015-2016 semester 2. 2. Konsep yang menjadi materi ajar adalah macam-macam koperasi. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran make a match. 4. Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar kognitif. 1.3.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana respons siswa dalam pembelajaran koperasi dengan model make a match? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran koperasi dengan model make a match? 3. Seberapa besar pengaruh respons siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui respons siswa pada model pembelajaran make a match

9 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan koperasi mata pelajaran ekonomi di kelas X MIA SMA Kemala Bhayangkari Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh respons siswa model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa pada pada pokok bahasan koperasi dalam mata pelajaran ekonomi di kelas X MIA SMA Kemala Bhayangkari Bandung. 1.5. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung akan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang pembelajaran kooperatif tipe make a match ini. Selain itu, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar ekonomi di kelas. b. Secara Praktis 1. Bagi Guru Melalui penelitian ini guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk siswanya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta dapat memberikan variasi dalam teknik bahkan cara pengajaran ekonomi.

10 2. Bagi siswa Dengan menggunaan model pembelajaran make a match diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan pemahaman belajar, meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kreatif serta berpotensi mengembangkan hasil belajar. Siswa pun semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak menoton. 3. Bagi sekolah Mendorong sekolah untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi. 1.6. Definisi Operasional Sugiyono (2008, h. 38) mengemukakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan peneliti sendiri dan menjelaskan bagaimana peneliti itu mengukur variable-variabel yang terdapat dalam penelitian. Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan makna serta penegasan istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian. Maka penulis mendefinisikan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian sebagai berikut:

11 1. Pengaruh Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001, h. 854). Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang dan benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau permintaan seseorang 2. Respons Menurut Anwar (2002, h.414) respons adalah reaksi,jawaban dan tanggapan siswa. 3. Model Pembelajaran Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan cara pembentukan atau pemantapan pengertian peserta (penerima informasi) terhadap suatu penyajian informasi/bahan ajar (Daryanto, 2013, h.1). 3. Model Pembelajaran Cooperative Learning Lie (2008, h. 12) mengatakan model pembelajaraan cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur 4. Model pembelajaraan make a match Make a Match menurut Heriawan, Adang dkk,(2012, h.126) mengatakan bahwa Make a Match adalah suatu metode mencari pasangan dimana siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.

12 5. Hasil Belajar Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, h. 102). Memperhatikan pengertian istilah diatas maka yang dimaksud pengaruh respons siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah reaksi atau jawaban siswa yang ada atau timbul dari orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau permintaan seseorang. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan cara pembentukan atau pemantapan peserta terhadap suatu kajian, sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Peneliti memakai model pembelajaran make a match yaitu metode mencari pasangan dimana siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. Hasil belajar dilihat dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Tujuan penilaian hasil belajar adalah dapat mendeskripsikan kecakapan belajar siswa, dapat mengetahui keberhasilan belajar siswa disekolah, dapat menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan dapat menberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah.