BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. pengendalian pencemaran air berkenaan dengan usaha jasa pencucian sepeda

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan kota dan perkembangan industri serta tranportasi yang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran berat yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-15/MENLH/4/1996 TENTANG PROGRAM LANGIT BIRU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sumber: roshvisual.wordpress.com

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada babbab

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI MADIUN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR / 259 / /2010 TENTANG TIM PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-35/MENLH/7/1995 TENTANG PROGRAM KALI BERSIH

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. dan mahluk hidup lainnya. Keberadaan air merupakan bagian dari alam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1995 Tentang : Program Kali Bersih

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup yang baik bagi kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan selalu difokuskan di daerah perkotaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I. pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP TAHUN LALU Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan Capaian Renstra Tahun 2013

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

BAB III PENUTUP. karena instansi-instansi yang terlibat kurang koordinasi satu sama lain. Sehingga

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup sehingga pembangunan nasional berwawasan lingkungan tidak

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23

PROGRAM KALI BERSIH DAN PROGRAM LANGIT BIRU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai. berikut :

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1998

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

NOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara dengan perairan yang sangat luas, oleh karena itu penduduk Indonesia juga mempunyai tanggungjawab yang besar dalam melakukan usaha pelestarian fungsi air terutama pemerintah pusat maupun daerah yang dalam hal ini sebagai instansi yang berwenang melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap seluruh kegiatan yang menggunakan air sebagai sarana transportasi, perindustrian, aktivitas rumah tangga, dan lain sebagainya. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia. Air juga sebagai faktor utama pembangunan dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya sehingga diperlukan suatu usaha pelestarian fungsi air dalam bentuk pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk 1

2 hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia dari hari ke hari semakin meningkat. Begitu juga dengan penggunaan air dalam hubungannya dengan menjalankan suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satunya adalah untuk menunjang kegiatan usaha, yang dalam hal ini adalah kegiatan usaha jasa. Kegiatan ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam pelaksanaanya, manusia terkadang lalai dalam menjaga kualitas air demi tercapainya kualitas hidup. Jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu, permintaan akan sumberdaya air baik kualitas maupun kuantitasnya semakin meningkat melebihi ketersediaannya. Hal ini ditunjang lagi oleh adanya isu kritis yang menyatakan bahwa ketersediaan air bersih untuk kebutuhan bagi umumnya penduduk yang tinggal di perkotaan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, semakin sulit diperoleh. 1 Di DIY kebutuhan akan sarana transportasi mutlak diperlukan di dalam menunjang segala aktivitas masyarakatnya. Mayoritas penduduk terlebih lagi mahasiswa lebih memilih sepeda motor dalam berkendara. Hal ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan sepeda motor. Bagi para mahasiswa, berkendara dengan sepeda motor dinilai lebih fleksibel dan ekonomis, oleh karena itu kebutuhan akan kebersihan dan perawatan dari sepeda motor sangat dibutuhkan. Di daerah Selokan Mataram, Kabupaten 1 Ahmad Muhtar Mukti, 2008, Penggunaan Tanaman Enceng Gondok Sebagai Pre-Treatment Pengolahan Air Minum Pada Air Selokan Mataram, Penulisan Skripsi, Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, hlm.3.

3 Sleman, banyak terdapat usaha jasa pencucian sepeda motor. Jasa ini dianggap sangat menguntungkan dilihat dari banyaknya pengendara sepeda motor di daerah tersebut. Dengan adanya usaha jasa pencucian sepeda motor di daerah Selokan Mataram, Kabupaten Sleman inilah maka kebutuhan para pengendara motor akan kebersihan motornya terjamin. Fenomena inilah yang mengakibatkan usaha jasa pencucian sepeda motor kian menjamur di daerah Selokan Mataram, Kabupaten Sleman. Pelaku usaha jasa pencucian sepeda motor merasa sangat diuntungkan dengan banyaknya pelanggan yang ada. Oleh sebab itu, usaha ini terus berkembang seiring bertambahnya jumlah pengendara sepeda motor. Adanya usaha jasa pencucian sepeda motor dan pemilik kendaraan bermotor tersebut akan timbul hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Pemilik kendaraan bermotor merasa diuntungkan karena motornya bersih sedangkan pelaku usaha pencucian sepeda motor mendapatkan imbalan atas jasanya dalam membersihkan motor. Di dalam perkembangannya, selain dapat menimbulkan pengaruh positif, usaha jasa pencucian sepeda motor ini juga dapat menimbulkan pengaruh negatif. Hal ini dikarenakan limbah yang dihasilkan oleh usaha jasa pencucian sepeda motor tersebut berupa sabun. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH) 2. Apabila limbah dari usaha jasa pencucian sepeda motor tersebut menggunakan selokan Mataram sebagai media pembuangannya, maka hal itu akan berpotensi 2 Wisnu Arya Wardhana, 2009, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm. 83.

4 pada pencemaran air. Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menentukan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Semakin banyaknya usaha jasa pencucian sepeda motor di sepanjang selokan Mataram, Kabupaten Sleman, maka diperlukan suatu koordinasi dari berbagai dinas yang berkaitan dalam hal ini yaitu Balai Besar Wilayah Serayu Opak, Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal (yang selanjutnya disebut P2KPM), Badan Lingkungan Hidup (yang selanjutnya disebut BLH), dan Kantor Lingkungan Hidup (yang selanjutnya disebut KLH). Berdasarkan latar belakang tersebut salah satu persoalan yang penting untuk diteliti adalah persoalan pengendalian pencemaran air berkenaan dengan usaha jasa pencucian sepeda motor di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengendalian pencemaran air berkenaan dengan kegiatan usaha pencucian sepeda motor di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman? 2. Apa saja kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran air di Selokan Mataram Kabupaten Sleman?

5 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pengendalian pencemaran air berkenaan dengan kegiatan usaha pencucian sepeda motor di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman beserta kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran air. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peraturan hukum yang terkait dengan masalah lingkungan dalam mengawasi kegiatan usaha pencucian sepeda motor yang berpotensi pada pencemaran air di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman. 2. Memberikan masukan bagi pelaku usaha pencucian sepeda motor dalam rangka pengendalian pencemaran air di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman. 3. Memberikan masukan bagi BLH dan KLH dalam rangka pengawasan kualitas air di Selokan Mataram, kabupaten Sleman. 4. Memberikan masukan bagi Dinas P2KPM dalam rangka pengawasan ijin atas usaha pencucian sepeda motor di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman. 5. Memberikan masukan bagi Balai Besar Wilayah Serayu Opak dalam rangka pengelolaan Selokan Mataram, Kabupaten Sleman.

6 E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penyusunan laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli penulis. Menurut sepengetahuan penulis, judul dan rumusan masalah mengenai Pengendalian Pencemaran Air Berkenaan Dengan Usaha Jasa Pencucian Sepeda Motor di Selokan Mataram, Kabupaten Sleman belum ada yang meneliti dan bukan merupakan duplikasi/ plagiasi dari penelitian penulis lain. F. Batasan Konsep 1. Pencemaran air Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menentukan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Penulisan ini terbatas pada pembahasan pencemaran air yang diakibatkan oleh usaha jasa pencucian sepeda motor. 2. Pengendalian pencemaran air Pengertian pengendalian pencemaran air menurut Pasal 1 angka 4 PP Nomor 82 Tahun 2001 ialah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

7 3. Usaha Jasa Pengertian usaha adalah kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan. 3 Pengertian jasa adalah perbuatan yg memberikan segala sesuatu yg diperlukan orang lain; layanan; servis. 4 Sehingga pengertian usaha jasa adalah kegiatan di bidang perdagangan yang produknya berupa jasa, dengan maksud untuk mencari keuntungan. Dalam hal ini, hanya terbatas pada jenis usaha jasa pencucian motor. 4. Pencucian Di dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian cuci (pencucian) adalah membersihkan (dengan air atau barang cair); membasuh. 5. Sepeda motor Pengertian sepeda motor menurut Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. 6. Selokan Mataram Selokan Mataram ini berupa sungai kecil yang dibuat oleh Sri Sultan Hamangku Buwono IX pada jaman pendudukan Jepang. Air dari Selokan Mataram diambil dari sungai Progo dan mengalir sepanjang 31,2 Km 3 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, keyword : usaha, diakses pada tanggal 19 Mei 2010. 4 Ibid., keyword : jasa, diakses pada tanggal 19 Mei 2010.

8 menuju sungai Opak. 5 Penulisan ini hanya terbatas pada Selokan Mataram dari daerah Gejayan sampai Seturan. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian : Penelitian hukum empiris Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang berfokus pada perilaku masyarakat umum (law in action), dan penelitian ini memerlukan data primer sebagai data utama di samping data sekunder (bahan hukum). Penelitian ini langsung dilakukan langsung ke lokasi penelitian yaitu usaha jasa pencucian sepeda motor yang terdapat di daerah Selokan Mataram, Kabupaten Sleman dan instansi-instansi Pemerintah Kabupaten Sleman yang memiliki kewenangan dalam mengendalikan kualitas air di selokan Mataram. 2. Sumber data : a. Data primer; yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan terhadap usaha jasa pencucian motor sekitar Selokan Mataram Kabupaten Sleman dan wawancara kepada responden dan narasumber yang diperoleh secara langsung tentang pengendalian pencemaran air berkenaan dengan usaha jasa pencucian motor di Selokan Mataram Kabupaten Sleman. b. Data sekunder; yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan baik berupa buku-buku teks serta peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air. 5 Ahmad Muhtar Mukti, loc. cit.

9 Data ini diperoleh dari : 1) Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan (hukum positif) antara lain : a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber daya Air b) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air e) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Konsultasi Penggabungan Atau Peleburan badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha f) Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penetapan Kelas Air Sungai Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta g) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair h) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Surat Izin Usaha Pedagangan

10 2) Bahan-bahan hukum sekunder yang diperoleh dari buku-buku tentang pengendalian pencemaran air. 3. Metode pengumpulan data : a. Metode interview (wawancara) Yaitu cara pengumpulan data melalui proses memperoleh tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara si penanya dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat interview guide atau panduan wawancara. b. Studi pustaka Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari kepustakaan baik berupa buku-buku, undang-undang yang bersangkutan serta majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan cara membaca bahan-bahan tersebut. 4. Lokasi : Kabupaten Sleman. 5. Responden : a. 10 orang pelaku usaha jasa pencucian sepeda motor di sekitar Selokan Mataram Kabupaten Sleman. b. 10 orang penduduk sekitar Selokan Mataram Kabupaten Sleman. 6. Narasumber : a. Kepala Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Serayu Opak. b. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Air Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

11 c. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Air Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman. d. Sekretaris Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi Penanaman Modal (P2KPM) Kabupaten Sleman. 7. Metode analisis data : Metode analisis yang digunakan dalam penelitian hukum empiris adalah metode kualitatif, yaitu hal yang dinyatakan responden atau narasumber baik secara tertulis maupun lisan dan juga perilaku nyata yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. 6 6 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia(UI- Press), Jakarta, hlm.32.