BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia terdiri dari remaja berusia tahun dan sekitar sembilan

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian dunia dan dijadikan isu utama dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada 11 Juli 2013. Berdasarkan data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia 10-24 tahun sudah mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah remaja yang besar merupakan potensi yang besar bagi kemajuan bangsa, namun jika tidak dibina dengan baik atau dibiarkan saja berkembang ke arah yang negatif dan akan menjadi beban bagi negara. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum memiliki kematangan mental oleh karena masih mencari identitas atau jati dirinya sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam lingkungan pergaulan termasuk dalam perilaku seksualnya (Sarwono, 2011). Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku seperti berfantasi, pegangan tangan, berciuman, berpelukan

sampai dengan melakukan hubungan seksual (Kusmiran, 2013). Penelitianpenelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas remaja melakukan hubungan seksual pertama kali saat di bangku SMA dan pada usia sekitar 15-18 tahun. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR), bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%. Pernyataan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BkkbN Julianto Witjaksono yang dirilis pada tanggal 12 Agustus 2014 yang mengatakan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Berdasarkan catatan lembaganya, Julianto mengatakan 46 persen remaja indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja (BkkbN,2014). Hasil survei BkkbN 2010 menunjukkan kejadian seks pranikah di Medan merupakan peringkat kedua tertinggi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan

kejadian seks pranikah di Surabaya 54%, Medan 52%, JABOTABEK 51% dan Bandung 47%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamida, sifilis atau gonore dan HIV/ AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Berdasarkan Ditjen PP & PL Kemenkes RI, secara kumulatif penderita HIV/AIDS 1 April 1987 sampai 30 September 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 150.296 jiwa dan penderita AIDS sebanyak 55.799 jiwa dimana 9.796 jiwa diantaranya mengalami kematian. Proporsi kumulatif kasus AIDS tahun 1987-2014 tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 18.352 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menderita penyakit ini dimulai masa remaja karena penyakit AIDS membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menimbulkan gejala, sedangkan jumlah kasus AIDS pada usia 15-19 tahun sebesar 1.717 jiwa. Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, sejak 1994 hingga Mei 2014 jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS mencapai 6.151 penderita. Dari data itu, kota-kota besar diketahui masih menjadi tempat terbanyak penderita HIV/AIDS, seperti Kota Medan menduduki peringkat teratas dengan angka 3.457 penderita, lalu Deli Serdang dengan jumlah 1.031 penderita dan Siantar-Simalungun 559 penderita. Meningkatnya minat seks pada remaja dan kurangnya pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah ditambah lagi kurangnya keterbukaan keluarga

dalam membicarakan seks menyebabkan remaja selalu mencari informasi mengenai seks. Remaja cenderung mendapat informasi tentang seksual melalui sumber yang kurang tepat dan kurang menyadari akibat dari perilaku seksual yang berisiko ini. Berdasarkan penelitian BkkbN (2010) bahwa remaja yang melakukan hubungan seks pranikah di Medan sebesar 52%. Banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehat. Menurut Sarwono (2011), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah dibuktikan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya 3,6% yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga menurut Dadang (2008) yang mengatakan bahwa terbatasnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sering kali mengarah pada perilaku seksual yang tidak sehat, dan perilaku seksual yang tidak sehat disebabkan oleh banyak faktor. Hasil penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Pematangsiantar kota terbesar kedua di Sumatera Utara merupakan kota pendidikan yang menjadi tujuan remaja dari daerah lain khususnya dari Kabupaten Simalungun untuk dapat mengecap pendidikan di kota ini. Seiring

dengan perkembangan jaman, kota Pematangsiantar telah mengalami pergeseran nilai-nilai perilaku seksual remaja dan mengalami fenomena meningkatnya kenakalan remaja yang salah satunya adalah kenakalan perilaku seks pranikah. Hal ini ditandai dengan banyaknya ditemukan pasangan remaja dengan seragam sekolah yang berkeliaran dengan pacarnya selepas pulang sekolah bahkan tidak jarang Polisi Pamong Praja menangkap pasangan remaja dengan seragam sekolah yang berkeliaran atau nongkrong di luar area sekolah pada saat jam-jam belajar. Salah satu bukti perilaku seksual remaja dapat dilihat dari kejadian di kota Pematangsiantar, yang terjadi pada Januari 2015 lalu ada 2 orang remaja putri masing-masing berumur 16 tahun dan 17 tahun yang ditinggal kekasihnya setelah hamil membuat pengaduan ke Polres Siantar (Harian Metro Siantar, 15 Januari 2015). Dari hasil survei pendahuluan pada bulan Januari tahun 2015 di SMA Negeri 5 Pematangsiantar terhadap 10 orang siswa (laki-laki 4 orang dan perempuan 6 orang) ditemukan 8 orang (80%) mengatakan bahwa ciuman sudah hal yang biasa bahkan 2 orang (20%) mengaku sudah pernah melakukan petting. Dari 8 orang yang mengatakan ciuman hal yang sudah biasa 5 orang diantaranya tidak mendapat pengawasan dari orangtua dikarenakan tidak tinggal bersama orangtua (anak kos), sedangkan 3 orang lagi tinggal bersama orangtua tetapi mereka mengaku kurang mendapat perhatian dari orangtua dikarenakan kesibukan orangtuanya. Dua orang yang sudah melakukan petting, salah satunya mengaku orangtuanya sudah bercerai dan terinspirasi melakukan hal itu karena sering

menonton video porno dari handphone sedangkan yang satu lagi mengaku melakukan petting karena dirayu pacarnya. Pengetahuan remaja tentang perilaku seks pranikah pada umumnya baik (80%), hanya 20% yang tidak mengetahui dampak buruk dari perilaku seks pranikah, sementara untuk ketaatan beragama hanya 40 % remaja mengaku rajin mengikuti kegiatan keagamaan. Berdasarkan indikasi buruknya perilaku seks pranikah di sekolah ini dan banyaknya faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja, maka penting diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar, diantaranya peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama dan paparan media pornografi 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tingginya perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan peran orangtua terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan seks pranikah terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 3. Untuk mengetahui hubungan ketaatan beragama terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 4. Untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 1.4 Hipotesis Penelitian Dari kajian teoritis dinyatakan bahwa perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar tidak terlepas dari faktor peran orangtua, pengetahuan seks pranikah, ketaatan beragama dan paparan media pornografi. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa faktor yang dikemukakan di atas berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar. Maka penulis merumuskan hipotesis: 1. Ada hubungan peran orangtua dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Negeri 5 Pematang siantar. 2. Ada hubungan antara pengetahuan seks pranikah dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 3. Ada hubungan antara ketaatan beragama dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar. 4. Ada hubungan antara paparan media pornogafi dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 5 Pematangsiantar.

1.5 Manfaat penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru SMA Negeri 5 Pematangsiantar dalam memberikan pendidikan kesehatan pada siswa tentang bahaya perilaku seks pranikah. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dan Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar dalam upaya membuat kebijakan penanganan masalah seksual remaja. 3. Sebagai bahan masukan bagi siswa dalam pencegahan perilaku seksual yang tidak sehat, seks pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan dan mencegah terjadinya aborsi.