BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

I. PENDAHULUAN. nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. efisien serta mengikuti perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu dari ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

B b a I P n e d n a d h a u h l u u l a u n 1 1 L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Pe P r e m r a m s a a s l a a l h a a h n

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan kemajuan bangsanya, karena pendidikan bukan hanya. mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pendidikan dapat mengarahkan pola pikir manusia untuk menjadi lebih. pendidikan menjadi penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pikir, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh dari hasil belajar matematika

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok di Kelas IV SDN 1 Balukang

BAB 1 PENDAHULUAN. utamayang ada di Sekolah Dasar. Disamping mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dimana alokasi waktunya cukup banyak.

permasalahannya Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan dan menghasilkan peserta didik yang memiliki potensi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah adalah berpikir kritis. Menurut Cockroft (dalam Uno

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SD NEGERI CIKUYA 01 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDK BALA KESELAMATAN PALU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas- kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas III SDN Inpres Tunggaling

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Pokok Bahasan Daun dan Fungsinya di SDN Lutungan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung, (2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal melanjutkan ke SLTP, dan (4) membuat sikap logis, kritis, cermat dan disiplin (Depdikbud, 1994:25-26). Mewujudkan tujuan pembelajaran matematika dengan baik pada jenjang pendidikan SD diperlukan guru yang terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran seperti yang tercermin dalam rambu-rambu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rambu-rambu tersebut antara lain guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Beradsarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa guru diharapkan dapat merancang dan mengelola proses pembelajaran, agar dapat mengajarkan matematika dengan baik. Mengajarkan matematika mengandung makna aktifitas guru mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika. Artinya belajar matematika bukan sekedar 1

memindahkan pengetahuan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan dan mengkonstruksi kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Atas dasar itulah siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dibawah bimbingan guru. Hal ini sejalan dengan pandangan Hadi dalam (Nyimas Aisyah 2007 : 7.5) yang mengatakan bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari maupun masalah matematika, siswa dapat merekonsktruksi kembali temuan-temuan dalam bidang matematika. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pendekatan realistik. Pendekatan realistik mempunyai pengaruh besar terhadap upaya pengembangan strategi pembelajaran dan bertujuan melibatkan para siswa secara aktif dalam memperoleh dan memahami konsep-konsep matematika secara benar. Hal ini sejalan dengan pendapat Becker dan Selber dalam (Klein, 1998:28) yang mengatakan bahwa pengajaran matematika tidak lagi hanya merupakan tempat belajar dan memberikan stimulus kepada siswa, tetapi mereka merupakan subjek yang aktif dan perlu diberi kesempatan untuk menkontstruksi pengetahuan matematikanya. Pemberian stimulus bukan hanya untuk memahami pengetahuan dan kecakapan prosedural, tetapi juga pada pemahaman dan penguasaan konsep-konsep matematika dan yang lebih penting adalah siswa dapat menerapkan konsepkonsep itu untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Materi 2

pembelajaran dikembangkan dari situasi kehidupan sehari-hari yang pernah dirasakan dan dijumpainya. Oleh karena itu, dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa semestinya diawali dari sesuatu yang real bagi mereka. Selain pendekatan realistik, pembelajaran matematika juga memerlukan pendekatan pembelajaran secara umum yang telah banyak dikembangkan oleh guru dewasa ini. Pendekatan tersebut misalnya pendekatan kontekstual, dimana proses pembelajaran melibatkan siswa secara langsung pada konteks belajar, dengan memadukan berbagai macam strategi belajar siswa dirangsang dapat memahami konsep pembelajaran sehingga mencapai ketuntasan dalam kompetensi matematika. Strategi belajar kontekstual yang memadukan teknik belajar kooperatif misalnya adalah teknik belajar simulasi, bukan hanya mata pelajaran teori saja yang bisa dipakai dengan metode simulasi seperti IPA, Bahasa, IPS, dsb. Namun pembelajaran matematika juga bisa diterapkan teknik belajar simulasi. Misalnya dalam belajar kompetensi bilangan bulat yang nanti akan dikupas pada penelitian ini. Konsep bilangan bulat merupakan konsep yang sangat penting dalam matematika sekolah dasar karena konsep bilangan bulat merupakan dasar untuk mempelajari konsep selanjutnya. Menurut Nur dalam (Anjarweni, 2010:8) pengalaman belajar yang lalu dari seorang siswa akan mempengaruhi proses belajar matematika selanjutnya. Dengan demikian pemahaman konsep bilangan bulat di sekolah dasar akan sangat berpengaruh terhadap penguasaan materi lebih lanjut. Sehingga lemahnya penguasaan konsep bilangan bulat di SD akan berakibat lemahnya pemahaman pada konsep lain dalam matematika di Sekolah 3

Dasar. Olehnya itu seorang guru perlu menanamkan konsep bilangan bulat kepada siswa dengan baik agar dapat dipahaminya, sehingga siswa mengerti dan memahami konsep tersebut dan dapat diaplikasikannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari. Namun pada kenyataanya ditemukan permasalahan pada pembelajaran bilangan bulat, khususnya pada penjumlahan bilangan bulat menunjukkan bahwa pengajaran materi penjumlahan bilangan bulat masih berpusat pada guru dan guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian guru sendiri belum sepenuhnya menguasai cara menanamkan konsep penjumlahan bilangan bulat dengan benar. Umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran meskipun guru memberikan penugasan kepada siswa, namun sebatas mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru, siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep penjumlahan bilangan bulat. Selain itu juga guru dalam memberikan materi pelajaran penjumlahan bilangan bulat tidak menghubungkan dengan masalah-masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, padahal masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan, serta guru dalam mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat hanya menggunakan alat peraga berupa garis bilangan, siswa hanya menyaksikan guru menjelaskan materi melalui alat peraga tersebut. Padahal penggunaan alat peraga tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan. 4

Kondisi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada sekolah tersebut masih tergolong konvensional, sebab urutan sajian yang diberikan oleh guru mengikuti alur informasi ceramah, pemberian contoh dan pemberian tugas. Selain dari observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti melakukan tes awal kepada siswa kelas IV untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa mengenai konsep penjumlahan bilangan bulat, dari tes yang dilakukan diperoleh data bahwa pada umumnya siswa kurang memahami konsep penjumlahan bilangan bulat, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal pejumlahan bilangan bulat dengan benar. Melihat kondisi siswa kelas IV SDN Sisir 05 Batu dalam pembelajaran matematika pada konsep bilangan bulat, didapatkan hasil bahwa masih banyak siswa yang belum memenuhi standar Kriteria ketuntasan minimal belajar. Standar minimal nilai matematika di SDN Sisir 05 adalah 6,70, sedangkan pada tingkat Kecamatan dan Kota adalah 7,00. Kondisi yang demikian sangat berlawanan dari keadaan yang sebenarnya. Dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 22 yang terdiri 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan, menunjukkan lebih dari 50 siswa belum tuntas. Yaitu 13 siswa atau 65% belum tuntas dan 7 siswa atau 35 % telah tuntas. Bedasarkan hasil temuan diatas, hal itulah yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa akan konsep penjumlahan bilangan bulat di sekolah dasar, jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi siswa, siswa akan lemah dalam menentukan penjumlahan bilangan bulat dan juga akan berdampak buruk pada mutu dan kualitas pembelajaran matematika di sekolah dasar. Olehnya itu peneliti yang juga sekaligus guru bemaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas 5

(PTK) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika dalam Konsep Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Metode Simulasi pada kelas IV SDN Sisisr 05 Batu Dengan menggunakan strategi dan metode belajar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan bilangan bulat, karena dengan pendekatan realistik membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa yang ada dilingkungan siswa, serta memungkinkan siswa dapat mengkonstruksi pemikirannnya sendiri untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika khusunya terhadap materi penjumlahan bilangan bulat. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini meliputi. 1) Apakah metode simulasi dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV SDN Sisir 05 Batu dalam operasi hitung Bilangan Bulat? 2) Apakah metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika dalam operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Sisir 05 Batu 1.3 Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1) Mendeskripsikan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN Sisir 05 Batu dalam operasi hitung bilangan bulat. 6

2) Mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar matematika dalam operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Sisir 05 Batu 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini meliputi. 1) Penerapan metode simulasi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika pada konsep bilangan bulat 2) Penerapan metode simulasi diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi: a) Bagi Guru 1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran Simulasi. 2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran Kontekstual Simulasi pada pokok bahasan yang lain. b) Bagi Siswa 1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3. Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain. 7

c) Bagi Sekolah 1. Memberikan konntribusi terhadap citra sekolah 2. Meningkatkan sumberdaya sekolah 3. Memberikan motivasi bagi guru-guru di sekolah dan nantinya dapat termotivasi untuk melakukan hpenelitian yang bervariatif 1.6 Batasan Istilah 1) Peningkatan Bentuk perubahan yang ditunjuukan terhadap keadaan sebelumnya. Peningkatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan motivasi belajar, sikap dalam kegiatan siswa (dari yang pasif menjadi aktif), dan perubahan hasil belajar dari yang kurang baik menjadi lebih baik. 2) Aktivitas Berasal kata dasar aktif yang berarti berperan serta. Aktivitas dalam penelitian ini berarti serangkaian kegiatan yang melibatkan keikut sertaan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif bertanya, menjawab, dan menyampaikan gagasan 3) Bilangan Bulat Operasi hitung angka yang menggunakan notasi atau tanda tambah (+) dan tanda kurang (-). Tanda (+) dan (-) pada suatu bilangan adalah merupakan petunjuk akan kedudukan bilangan tersebut pada suatu garis bilangan terhadap 0 atau titik pangkal. Sementara tanda (+) dan (-) pada operasi dua 8

atau lebih bilangan-bilangan merupakan petunjuk akan bentuk operasi dari bilangan-bilangan tersebut. 4) Hasil Belajar/ Prestasi belajar Hasil belajar/ prestasi belajar adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa peningkatan kegiatan dan hasil dari pembelajaran sebelumnya yang melibatkan siswa secara aktif untuk berbuat dalam proses pembelajaran. hasil belajar dapat dilihat dengan adanya perubahan-perubahan yang diperoleh dari belajar berupa, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi dengan mengunakan instrument tertentu. 5) Metode Simulasi Metode simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan. Melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan dalam simulasi itu siswa akan memperoleh pemahaman tentang konsep atau prinsip dalam memecahkan masalah, secara tidak langsung dapat meningkatkan aktifitas belajar yang melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir sama dengan kejadian sebenarnya, mampu meningkatkan motivasi belajar, dan menyenangkan siswa dapat melatih siswa bekerja sama, mengembangkan daya kreatifitas serta melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat orang lain. 9