No.1145, 2014 BATAN. Rumah Negara. Penghunian. Pencabutan.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG HARGA SATUAN STANDAR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.45/Menhut-II/2010

FORMULIR DAFTAR INVENTARIS, KARTU LEGGER DAN GAMBAR LEGGER

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 914 /K/SU/2006

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 22/PRT/M/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR: 03/M/PER/III/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PERMENTAN/PL.020/3/2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH NEGARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN

2017, No Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan da

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

RUMAH NEGARA. Sie Infokum Ditama Binbangkum 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Rumah Negara. Pembinaan. Tata Cara. Pencabutan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHUNIAN RUMAH DINAS MILIK PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEDOMAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA PUSPIPTEK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGHUNIAN RUMAH DINAS DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN RUMAH NEGARA

PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR TAHUN TENTANG (spasi) PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.01/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.40/Menhut-II/2014

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemba

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA SEWA MENYEWA KIOS 4 X 6

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHUNIAN RUMAH DINAS DAERAH KABUPATEN SINJAI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambaha

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaa

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. batan. Menimbang : a Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

BERITA NEGARA. No.1027, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penjualan. Harta Kekayaan. Tidak Hadir. Tidak Terurus. BHP. Permohonan Izin.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 / HUK / 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/PMK.06/2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.01/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegaw

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN PENGHUNIAN RUMAH DINAS PEMERINTAH PROVINSI BALI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

-1- REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan Dan Standar Rumah Bagi Mantan Presiden Dan/Atau Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Le

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

2016, No Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

BERITA NEGARA. No.1567, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Tunjangan Kinerja. PNS. Pelaksanaan. MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

2013, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 15

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 273/PMK.01/2014 TENTANG

Transkripsi:

No.1145, 2014 BATAN. Rumah Negara. Penghunian. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertib administrasi dalam pengelolaan barang milik negara berupa rumah negara, diperlukan akuntabilitas pengelolaan yang baik terhadap penghunian rumah negara dengan tetap menjunjung tinggi azas-azas umum pemerintahan yang baik; Mengingat : b. bahwa ketentuan mengenai perumahan di Badan Tenaga Nuklir Nasional yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor 605/DJ/XII/1993 tentang Perumahan Badan Tenaga Atom Nasional sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Penghunian Rumah Negara; 1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 (Lembaran

2014, No.1145 2 Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515); 2. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara; 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional; 4. Keputusan Presiden Nomor 72/M Tahun 2012; 5. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 373/KPTS/M/2001 tentang Sewa Rumah Negara; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara; 8. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA. Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan: 1. Penghuni adalah Pegawai Negeri Sipil BATAN yang masih aktif dan oleh karena tugas dan jabatannya menempati Rumah Negara sesuai ketentuan perundang-undangan dan memperoleh izin penghunian Rumah Negara. 2. Penghunian adalah kegiatan untuk menghuni Rumah Negara sesuai fungsi dan statusnya. 3. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas PNS BATAN. 4. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu (eselon I dan/atau eselon II) dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut

3 2014, No.1145 serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan tertentu tersebut. 5. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh PNS BATAN dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara. 6. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang diperuntukkan bagi penghunian bersama beberapa PNS BATAN beserta keluarganya dalam wilayah kerjanya, dan dilengkapi dengan sarana bersama. 7. Mess adalah rumah yang diperuntukkan bagi lebih dari 1 (satu) orang PNS BATAN yang masih bekerja di BATAN dengan tidak menyertakan anggota keluarganya. 8. Rumah Tamu (Guest House) adalah rumah yang diperuntukkan bagi PNS BATAN dan/atau tamu BATAN. Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pengelolaan Barang Milik Negara berupa Rumah Negara yang dikelola oleh BATAN. (2) Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara di BATAN yang tertib administrasi dalam penyelenggaraan pengelolaan Rumah Negara. Pasal 3 Rumah Negara dalam pengelolaan BATAN terdiri atas: 1. Rumah Negara Golongan I (satu); 2. Rumah Negara Golongan II (dua), terdiri atas: a. Rumah susun; b. Mess; dan c. Rumah Tamu (Guest House). Pasal 4 Persyaratan calon penghuni Rumah Negara Golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, sebagai berikut: a. PNS BATAN yang menduduki jabatan di lingkungan BATAN dan tersedia Rumah Negara sesuai dengan jabatannya; b. mendapatkan Surat Izin Penghunian (SIP) yang dibuat dalam bentuk Surat Keputusan Penunjukan Penghunian Rumah Negara dari Kepala BATAN; dan

2014, No.1145 4 c. menandatangani surat pernyataan untuk mentaati kewajiban dan larangan; Pasal 5 (1) Persyaratan calon penghuni Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf a dan huruf b, sebagai berikut: a. PNS BATAN yang masih aktif; b. mendapatkan Surat Izin Penghunian dari Kepala BATAN atau pejabat yang ditunjuk; c. menandatangani surat pernyataan untuk mentaati kewajiban dan larangan; d. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari negara sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan e. tidak sedang menghuni Rumah Negara Golongan II lainnya atau Rumah Negara Golongan III atas nama suami ataupun isteri. (2) PNS BATAN dapat mengajukan Permohonan Izin Penghunian Rumah Negara secara tertulis kepada Kepala BATAN atau pejabat yang ditunjuk melalui Kepala Unit Kerja sebagaimana tersebut dalam Lampiran I huruf A, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. (3) Penunjukan penghuni Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf a dan huruf b berpedoman pada kriteria penilaian faktor kedinasan dan faktor sosial PNS BATAN yang bersangkutan, sebagaimana tersebut dalam Lampiran I huruf B, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. (4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Tim. Pasal 6 (1) Kepala BATAN/pejabat yang ditunjuk menerbitkan SIP bagi calon penghuni yang telah memenuhi syarat menghuni Rumah Negara, sebagaimana tersebut dalam Lampiran I huruf C, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. (2) Masa berlaku SIP untuk Rumah Negara Golongan I adalah selama pemegang menduduki jabatan di lingkungan BATAN. (3) Masa berlaku SIP untuk Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 huruf a dan huruf b adalah 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan. (4) Masa berlaku SIP dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala BATAN/pejabat yang ditunjuk melalui Kepala Unit Kerja.

5 2014, No.1145 (5) SIP dapat diperpanjang/dicabut oleh Kepala BATAN berdasarkan evaluasi Tim. Pasal 7 (1) Penghuni berhak menggunakan dan/atau memanfaatkan Rumah Negara sesuai izin dan fungsi yang diperoleh. (2) Penghuni diwajibkan: a. memelihara, merawat dan memanfaatkan Rumah Negara sesuai dengan fungsinya termasuk melakukan perbaikan kerusakan atas biaya sendiri; b. membayar sewa Rumah Negara; c. membayar semua iuran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, rekening listrik, rekening air, rekening telepon dan iuran lainya; d. menciptakan dan menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan dan keasrian lingkungan Rumah Negara; dan e. mengosongkan dan menyerahkan Rumah Negara kepada Pejabat yang berwenang apabila izin penghunian Rumah Negara telah berakhir. (3) Penghuni dilarang: a. mengubah dan/atau menambah bangunan Rumah Negara tanpa izin tertulis dari Kepala BATAN; b. menggunakan dan/atau memanfaatkan Rumah Negara tidak sesuai dengan peruntukannya; dan c. mengalihkan izin penghunian kepada pihak lain. Pasal 8 (1) Besarnya sewa Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b dihitung berdasarkan pada ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. (2) Pelaksanaan pemungutan sewa Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II dilaksanakan oleh Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dengan memotong langsung dari daftar gaji setelah diusulkan oleh Bendaharawan Gaji BATAN. Pasal 9 (1) Hak penghunian berakhir apabila penghuni: a. pensiun, meninggal dunia atau berhenti sebagai PNS; b. diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS;

2014, No.1145 6 c. pensiun dari jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; d. pindah ke instansi lain; atau e. berakhirnya waktu penghunian. (2) Berakhirnya hak penghunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan pencabutan SIP oleh Kepala BATAN. (3) Penghuni Rumah Negara Golongan I yang tidak lagi memegang jabatan tertentu, harus mengosongkan Rumah Negara Golongan I paling lambat 2 (dua) bulan setelah tidak menduduki jabatan. (4) Penghuni Rumah Negara Golongan II wajib mengosongkan Rumah Negara Golongan II paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterima keputusan pencabutan SIP. Pasal 10 Segala biaya yang telah dikeluarkan oleh penghuni selama menghuni Rumah Negara tidak diberikan ganti rugi oleh BATAN. Pasal 11 (1) Penghunian rumah tamu/guest house diprioritaskan bagi PNS BATAN dan/atau tamu BATAN dengan mengajukan permohonan kepada Unit Kerja Pengelola. (2) Unit Kerja Pengelola mempunyai kewenangan memberi izin atau menolak permohonan penghunian rumah tamu/guest house. (3) Unit Kerja Pengelola rumah tamu/guest house tidak diperbolehkan memungut uang sewa. (4) (4) Dilarang menggunakan dan/atau memanfaatkan rumah tamu/guest house untuk kepentingan/keperluan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Pasal 12 (1) Penghuni yang melanggar ketentuan dalam Pasal 7 diberi peringatan tertulis sejak dinyatakan melakukan pelanggaran oleh Kepala BATAN atas dasar rekomendasi Tim. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja, dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Unit Kerja. (3) Dalam hal Penghuni tidak mengindahkan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SIP dicabut dan Penghuni wajib mengosongkan Rumah Negara.

7 2014, No.1145 (4) Dalam hal Penghuni tidak mengosongkan Rumah Negara dalam batas waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dan ayat (4), unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi pengelolaan Barang Milik Negara dapat melakukan upaya paksa dibantu oleh instansi berwenang. Pasal 13 Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4), Pasal 6 ayat (5), dan Pasal 12 ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BATAN. Pasal 14 Pelaksanaan pengawasan penghunian Rumah Negara dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang pengelolaan Barang Milik Negara. Pasal 15 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka: a. PNS BATAN yang masih menghuni Rumah Negara diwajibkan mengajukan permohonan tertulis izin penghunian kepada Kepala BATAN paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan ini diundangkan. b. Penghuni yang berstatus pensiun, janda/duda pensiun yang masih menempati Rumah Negara wajib mengosongkan Rumah Negara dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Peraturan ini diundangkan. Pasal 16 Pada saat Peraturan Kepala ini mulai berlaku, Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor 605/DJ/XII/1993 tentang Perumahan Badan Tenaga Atom Nasional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2014, No.1145 8 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2014 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, DJAROT SULISTIO WISNUBROTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

9 2014, No.1145 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA A. PERMOHONAN SURAT IZIN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA Yth.: Kepala BATAN Di Jakarta Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : NIP : Jabatan : Pangkat/Gol : Unit Kerja : Dengan ini mengajukan permohonan izin penghunian Rumah Negara Golongan II berupa rumah susun/mess *) yang terletak di... sebagai bahan pertimbangan kami lampirkan dokumen sebagai berikut: a. Fotokopi SK Kepegawaian. b. Fotokopi KTP dan KK. c. Surat Keterangan dari RT, RW dan Kelurahan setempat mengenai status tempat tinggal/rumah saat ini d. Pas foto pemohon ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar. Atas perhatian Bapak, kami mengucapkan terima kasih. Mengetahui,...,... 20 Kepala Unit Kerja Hormat Kami,. NIP...... NIP....

2014, No.1145 10

11 2014, No.1145 C.1 SURAT IZIN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA GOLONGAN I Menimbang Mengingat Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR :... TENTANG PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, : 1. bahwa Rumah Negara Golongan I dengan Keputusan.. Nomor... tanggal... terletak di Jalan... kelurahan... kec... kab/kota... Provinsi..., telah di izinkan untuk ditempati oleh Sdr... ; 2. bahwa berkenaan dengan izin tersebut diatas perlu mengatur penghunian dan persewaan Rumah negara dimaksud. : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara; 2. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara; 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional; 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan, Pendaftaran, Penetapan Status, Penghunian, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara; 5. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 373/KPTS/M/2001 tanggal 16 Juli 2001 tentang Sewa Rumah Negara; 6. Peraturan Kepala BATAN Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN; 7. Peraturan Kepala BATAN Nomor tentang Penghunian Rumah Negara; MEMUTUSKAN: Pertama : Menunjuk Rumah Negara yang terletak di :... Golongan dan Klas/Tipe :...

2014, No.1145 12 Kedua Ketiga Keempat Kelima Untuk ditempati : Sdr... Jabatan :... Pangkat/Gaji Pokok :... Terhitung mulai :... Uang sewa perbulan : Rp... : Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang bersangkutan, yaitu sejak tanggal..., dengan memotong langsung dari daftar gaji yang dilakukan oleh berdaharawan gaji dan harus disetor langsung ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, serta menyampaikan 1 (satu) bukti setor kepada... (kepala kantor/satuan kerja yang bersangkutan). : Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan I tersebut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini : Apabila ketentuan pada Diktum Ketiga tidak ditaati oleh penghuni maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang bersangkutan. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Kepala BATAN atau pejabat yang ditunjuk (...) Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta 2. Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Kemeterian Keuangan 3. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaa Umum 4. Inspektur Jenderal Kementerian/Lembaga... 5. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum 6. Kepala Kantor Pelayanan Perberdaharaan Negara... di... 7. Kepala Biro Keuangan Kementerian/Lembaga... 8. Kepala Biro Umum Kementerian/Lembaga 9. Bendaharawan/Pembuat Daftar Gaji Kantor/Satuan Kerja 10. Arsip

13 2014, No.1145 LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA Rumus Sewa: Sb PERHITUNGAN SEWA RUMAH NEGARA Sb=2,75% X [(Lb X Hs X Ns) X Fkb] X Fk : Sewa bangunan per bulan. 2,75% : Prosentase sewa terhadap nilai bangunan. Lb Hs : Luas bangunan dalam meter persegi. : Harga satuan bangunan per meter persegi. Ns : Nilai sisa bangunan/layak huni (60%). Fkb : Faktor klasifikasi tanah/kelas bumi(%). Fk : Faktor keringanan sewa untuk PNS (5%). KETERANGAN: 1. PROSENTASE SEWA Prosentase sewa terhadap nilai bangunan 2,75% 2. LUAS BANGUNAN (Lb) Luas bangunan dalam meter persegi dihitung dari as ke as. 3. HARGA SATUAN (Hs) a. Harga satuan bangunan sesuai klasifikasi dalam keadaan baru berdasrkan Peraturan Pemerintah Daerah Setempat (Kabupaten/Kota) pada tahun berjalan. b. Harga satuan bangunan, dengan: 1) Luas bangunan 36-95 M2 mengiuti harga satuan Tipe C, D, E. 2) Luas bangunan 96 185 M2 mengikuti harga satuan Tipe B. 3) Luas bangunan 186 M2 keatas mengikuti harga satuan Tipe A. c. Harga satuan bangunan semi permanen (dinding bagian bawah batu bat/batako dan bagian atas papan/anyaman bambu) 50% x Hs. 4. NILAI SISA BANGUNAN (Ns) Nilai sisa bangunan ditetapkan 60% sebagai bangunan layak huni. Nilai sisa bangunan antara 20% s/d 100% dengan rata-rata 60%).

2014, No.1145 14 5. FAKTOR KLASIFIKASI TANAH (Fkb) Faktor klasifikasi tanah adalah besar prosentase sewa terhadap klasifikasi tanah/kelas bumi sebagaimana tercantum dalam SPPT Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sebagai berikut: KLASIFIKASI TANAH KELAS BUMI PENGGUNAAN BANGUNAN A1 s/d A10 (%) A11 s/d A20 (%) A21 s/d A30 (%) A31 s/d A40 (%) A41 s/d A50 (%) RUMAH 80 70 60 50 40 6. FAKTOR KERINGANAN (Fk) Faktor keringanan sewa untuk PNS (5%). 7. SEWA RUMAH NEGARA DENGAN LUAS TANAH MELEBIHI STANDAR. Standar luas tanah Rumah Negara sesuai Tipe: TIPE LUAS BANGUNAN LUAS TANAH A 250 M 2 600 M 2 B 120 M 2 350 M 2 C 70 M 2 200 M 2 D 50 M 2 120 M 2 E 36 M 2 100 M 2 Rumah Negara yang berdiri diatas tanah persil dengan luas tanah melebihi luas standar lebih dari 20% dikenakan sewa tambahan atas kelebihan luas tanah sebagai berikut: St St= 2% X [(Lt X NJOP) X Fk ]/tahun : Sewa kelebihan tanah per tahun. 2% : Prosentase sewa terhadap nilai tanah. Lt : Luas kelebihan tanah dari standar, dalam meter persegi. NJOP : Nilai Jual Obyek Pajak sesuai SPPT. Fk : Faktor keringanan sewa untuk PNS (5%). KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, DJAROT SULISTIO WISNUBROTO