BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada Bank Bjb Kantor Cabang Pembantu Ujung Berung

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II LANDASAN TEORI

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Wawancara dengan Rudi Rusmanto, Manajer BMT Aulia tanggal 15 Februari. 2 Wawancara dengan Lilik, Marketing tanggal 20 Februari 2016.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB V PENUTUP. golongan-golongan yang telah ditentukan oleh pihak Bank BTN. 1. Pembiayaan lancar, yaitu pembiyaan yang memenuhi kriteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

BAB II KAJAIN PUSTAKA. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Henny (2011) melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermansyah, 2008:57). Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (T. Suyatno, 2003:12). Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang akan disepakati (Mulyono, 2001:9).

2.1.2. Jenis Jenis Kredit Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut: 1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk diperlukan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang realtif lebih lama. b. Kredit Modal Kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses perusahaan. 2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. b. Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasikan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan ruamh tangga, dan kredit konsumtif lainnya. c. Kredit Perdagangan Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor. 3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kredit berkisar 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. c. Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumstif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jamian, jaminan tersebut dapat berupan barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kedit tanpa Jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama ini. (Kasmir, 2003:103) 2.1.3. Kolektibilitas Kredit Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut: 1. Lancar (pas) Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila : a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan c. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau; d. Bagian dari kedit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). 2. Dalam Perhatian Khusus (special mention) Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dari atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau d. Mutasi rekening relatif aktif; atau e. Didukung dengan pinjaman baru. 3. Kurang Lancar (substandard) Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau f. Dokumen pinjaman yang lemah. 4. Diragukan (doubtful) Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet (loss) Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain : a. Terdapat tunggakan pembayaran angusaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. (Kasmir, 2003: 123) 2.1.4. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Menurut Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No.31 (2000), kredit bermasalah (non performing loan) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non

performing terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tersebut adalah apabila kualitas kredit tergolong pada tingkat kolektibitas kurang lancar, diragukan, atau macet (Hermansyah, 2008:75). Kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak adak pembayaran (Siswanto, 2007:181). Rincian Non Performing Loan (NPL) adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, Non Performing Loan (NPL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Non Performing Loan (NPL) = Kredit Bermasalah Total Kredit 100% =. % Keterangan : NPL Kredit Bermasalah Total Kredit = Non Performing Loan = Kurang Lancar + Diragukan + Macet = Jumlah Kredit yang Diberikan

2.1.5. Kredit Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 1 menyatakan bahwa Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui: a. Penurunan suku bunga Kredit; b. Perpanjangan jangka waktu Kredit; c. Pengurangan tunggakan bunga Kredit; d. Pengurangan tunggakan pokok Kredit; e. Penambahan fasilitas Kredit; dan/atau f. Konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara Alasan Bank melakukan restrukturisasi kredit dapat diantaranya sebagai berikut: 1. Debitur tidak melakukan pembayaran kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian turutannya dan debitur masih cooperative dengan Bank, yaitu memiliki itikad baik serta kredibilitas managemen tinggi dan mempunyai sikap positif dalam membayar kewajibannya. 2. dilakukan oleh karena debitur tidak dapat melakukan pembayaran sesuai dengan yang diperjanjikan akan tetapi usaha debitur masih berjalan dan hanya dapat memberikan pembayaran sebagian kewajiban, sehingga dapat dilakukan restrukturisasi maka debitur tetap masih baik dan masih beroperasi serta berjalan terus. 3. Memperbaiki dokumentasi hukum sehingga dapat memperkuat posisi Bank. Pertimbangan lain dalam melakukan restrukturisasi, yaitu : a. Apabila ada keyakinan dari Bank bahwa debitur akan melakukan pembayaran kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi kredit. b. Bank mempunyai keyakinan bahwa prospek usaha dari debitur akan membaik. c. Bank tidak bisa menarik seluruh dana yang diberikan kepada debitur melalui eksekusi dari jaminan fasilitas kredit. (Endang Suhartati: 2008, 25)

Ketentuan umum restrukturisasi kredit sesuai dengan Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 52 dan 53 yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 52 Bank hanya dapat melakukan Kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan / atau bunga Kredit; dan b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit direstrukturisasi. Pasal 53 Bank dilarang melakukan Kredit dengan tujuan hanya untuk: a. Memperbaiki kualitas Kredit; atau b. Menghindari peningkatan pembentukan PPA tanpa memperhatikan kriteria debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52. 2.2. Penelitian Terdahulu Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pengaruh restrukturisasi kredit yang telah dilakukan oleh peneleti sebelumnya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan 1. Ar Razaq Analisis Kontribusi Variabel kredit Subhan independen : memiliki kontribusi yang Jath Kredit Terhadap tinggi dalam mengurangi Kredit Bermasalah (Non Performing Kredit Variabel kredit bermasalah karena dengan dilakukannya

No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan Loan) Pada PT dependen : restrukturisasi maka NPL akan Bank Rakyat Kredit dapat berkurang rata-rata Indonesia (Persero) Tbk (2011) Bermasalah (Non 1,02% atau Rp 1.401.305,67 dari jumlah kredit bermasalah Performing sebelum dilakukannya Loan) restrukturisasi kredit 2. Anggun Analisis Variabel Apabila restrukturisasi KPR Dieta Implementasi independen : berhasil diimplementasikan Cahyani maka kredit yang semula Kredit dalam Kredit dikategorikan non performing Upaya Meminimalisir Non Performing Loan (NPL) (Studi Kasus pada KPR PT Bank Tabungan Negara Variabel dependen : Non Performing Loan (NPL) loan akan menjadi performing loan dengan demikian NPL dapat diminimalisir terbukti secara umum NPL tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan NPL yang signifikan setelah dilakukan restrukturisasi KPR (Persero) Cabang Malang) (2010)

2.3. Kerangka Konseptual Kredit bermasalah yang timbul harus dilakukan penanganan segera oleh pihak bank. Hal ini untuk menghindari jumlah kredit bermasalah yang ditetapkan oleh oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan PBI No.13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Pasal 3 ayat 1 dan 2 yaitu tidak melebihi 5% secara neto. Oleh karena itu, salah satu upaya pihak bank dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah adalah melakukan restrukturisasi kredit. Terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan pengaruh upaya restrukturisasi kredit dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah diantaranya adalah Anggun Dieta Cahyani (2010) tentang implementasi restruktusasi kredit dalam upaya meminimalisir NPL. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan variabel depeden yaitu restrukturisasi kredit dan variabel independen yaitu non performing loan. Hasilnya adalah terjadi penurunan NPL yang signifikan setelah dilakukan restrukturisasi KPR. Serta penelitian yang dilakukan Ar Razaq Subhan Jath (2011) tentang kontribusi restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dengan restrukturisasi kredit sebagai variabel dependen dan kredit bermasalah sebagai variabel independen dengan hasil bahwa restrukturisasi kredit memiliki kontribusi yang tinggi dalam mengurangi kredit bermasalah. Oleh karena itu, restrukturisasi kredit

yang merupakan variabel X berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) yang merupakan variabel Y. Berdasarkan hal yang dikemukan diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual yang menjelaskan pengaruh restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah (non performing loan). Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini. Kredit (X) Kredit Bermasalah (NPL) (Y) Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Variabel dependen dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit yaitu jumlah kredit yang direstrukturisasi selama tahun berjalan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Variabel independen adalah jumlah kredit bermasalah (non performing loan) yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet. 2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2006 : 51). Sesuai dengan judul penelitian yang diambil maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H 0 : kredit tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI H 1 : kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI