I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penulisan. Berikut ini akan diuraikan tentang hal-hal tersebut.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal. Penambahan modal ini berupa investasi dan tabungan. Di satu sisi

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dapat dilihat salah satu fungsi bank sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi dalam sebuah negara juga mengukur prestasi dan perkembangan suatu perekomomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai suatu keberhasilan ekonomi suatu Negara atau daerah. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sangat membutuhkan ketepatan kebijakan dalam hal pembangunan. Sasaran pokok pembangunan ekonomi adalah penciptaan suatu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunujukan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukan adanya penurunan. Jalannya perilaku investasi yang ada di Indonesia tidak terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyebab dari semua ini diantaranya adalah masih tingginya resiko investasi, seperti permasalahan mengenai ketidakpastian hukum dan

2 keamanan sampai kepada rumitnya birokrasi perijinan untuk melakukan investasi di daerah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan investasi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara pada umumnya dan daerah-daerah di dalamnya pada khususnya. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal tetap domestik. Investasi merupakan salah satu komponen penting dari permintaan agregat yang merupakan faktor krusial bagi suatu proses pembangunan (sustainable development). Investasi pada hakekatnya yaitu langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak lesunya pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, maka setiap negara/daerah berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Wacana pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan pada akhirnya menempatkan investasi sebagai pendorong utama mengingat perekonomian yang digerakkan oleh konsumsi diakui sangat rapuh terutama sejak tahun 1997. Setiap negara berusaha untuk menciptakan iklim perekonomian dalam rangka mendorong terciptanya akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. Investasi terdiri atas dua, yaitu investasi pemerintah dan investasi swasta. Investasi pemerintah merupakan penempatan sejumlah dana/atau barang yang berasal dari pemerintah. Investasi swasta adalah penempatan sejumlah dana/atau barang yang biasa disebut modal yang berasal dari perusahaan swasta. Investasi

3 swasta terbagi menjadi dua, yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). PMDN adalah realisasi jumlah nilai investasi swasta yang berasal dari dalam negeri yang ditanamkan untuk kegiatan produksi. Sebaliknya, PMA adalah kegiatan investasi swasta asing, yaitu realisasi jumlah investasi yang berasal dari swasta luar negri setiap tahunnya. Provinsi Lampung sebagai daerah dengan letak dan kondisi geografisnya antara lain sebagai gerbang pintu Sumatera, daerah penyangga ibukota negara, daerah penerima transmigran tertua, dan daerah lahan luas yang potensial, secara psikologis mendorong semangat untuk memberdayakan wilayah ini dengan lebih baik lagi. Dalam upaya tersebut maka pemerintah senantiasa menciptakan suasana yang meningkatkan investasi. Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat investasi dari waktu kewaktu salah satunya dengan menyoroti perkembangan investasi swasta (PMA dan PMDN) di Provinsi Lampung, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1 halaman berikut ini. Tabel 1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi Lampung pada tahun 2001-2012 (juta rupiah) Investasi Tahun PMA (Rp) PMDN (Rp) Total Investasi Swasta 2001 814,623 1.445,693 2.260,317 2002 985,060 1.556,803 2.541,864 2003 999,708 1.755,073 2.754,782 2004 1.112,638 1.827,234 2.939,852 2005 1.622,156 2.729,130 4.351,286 2006 2.097,565 2.599,480 4.679,045 2007 2.317,458 951,356 3.268,814 2008 2.235,416 742,635 2.978,052 2009 39,418 1.948,356 1.987,774 2010 1.288,749 857,553 2.146,302 2011 127,967 3.751,948 3.879,915 2012 129,977 2.712,576 2.842,553 Sumber: BPS Provinsi lampung, 2012

4 Berdasarkan Tabel 1 dapat dicermati bahwa perkembangan PMA dan PMDN di Provinsi Lampung tidak menentu, kadang mengalami peningkatan ditiap tahun nya dan kadang mengalami penurunan. Dapat dilihat PMDN pada tahun 2001 sampai tahun 2012 cenderung berfluktuasi, dari data diatas dilihat bahwa pada tahun 2001-2005 mengalami pertumbuhan yang mengembirakan, di mana besarnya nilai PMDN yang terjadi cenderung bertambah dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2006 sampai 2008 mengalami penurunan dan di tahun 2009 kembali mengalami kenaikan tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 serta kembali naik pada tahun 2011 dan 2012, hal ini yang menjadikan peneliti ingin meneliti tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Lampung. Perubahan investasi ternyata menimbulkan kompensasi bagi faktor ekonomi yang lain. Menurut Wira Kusuma, dkk (2004) dari sisi moneter dan pasar keuangan suku bunga kredit investasi mempunyai hubungan yang terbalik dengan investasi. Semakin tinggi suku bunga kredit investasi, menyebabkan baya investasi semakin mahal sehigga menghambat pertumbuhan investasi. Menurut Keynes (dalam Sukirno, 2000:374), terdapat hubungan yang berbalikan antara suku bunga dengan jumlah investasi yang dilakukan pada suatu periode tertentu. Kalau tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi, karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Agar proyek investasi menguntungkan, hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus melebihi biayanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Begitu juga sebaliknya, jika suku bunga

5 tinggi, maka investasi dari kredit bank tidak menguntungkan. Fluktuasi tingkat suku bunga investasi menyebabkan para investor berpikir untuk melakukan investasi atau tidak. Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa suku bunga kredit investasi pada tahun 2007 berjumlah 13,11 persen, sedangkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 14,85 persen. Suku bunga terendah ditunjukkan pada tahun2003 dengan nilai 8,25 persen. Sedangkan suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2005 16,23 persen. Dari gambar bisa dilihat bahwa suku bunga kredit investasi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan. 18 Suku Bunga 16 14 12 10 8 Suku Bunga 6 4 2 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: BPS Provinsi lampung Gambar 1. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi di Bandar Lampung (suku bunga nominal) periode 2001-2012 (persen) Selain faktor suku bunga kredit investasi, menurut Vio Achfuda Putra dalam penelitiannya, tingkat PMDN di Indonesia dipengaruhi oleh kenaikan PDB, itu berarti Produk Domestik Regional Bruto sangat mempengaruhi investasi. Produk

6 Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan sebagai pendapatan atau pengeluaran total daerah atas ouput barang dan jasa dalam periode tertentu, yang dapat mencerminkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin tinggi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka semakin bagus pula kinerja ekonomi pada daerah tersebut, begitu pula sebaliknya. Dari Gambar 2 dapat dilihat mengenai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan di Provinsi Lampung 2001-2012 45.000000 40.000000 35.000000 30.000000 25.000000 20.000000 15.000000 PDRB 10.000000 5.000000 0.000000 Sumber: BPS Provinsi lampung Gambar 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB) selama periode 2001-2012 Suatu peningkatan pada pendapatan akan menodorong jumlah investasi yang tinggi, baik dilihat dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Meningkatnya permintaan akan barang dan jasa akan meningkatkan kebutuhan akan dana modal bagi investor untuk membiayai investasinya dan pada akhirnya akan

7 meningkatkan permintaan dana kredit perbankan untuk membiayai investasi dan selanjutnya meningkatkan investasi didalam negri meningkat (Tambunan, 2006:14). Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2001-2012, terus mengalami peningkatan. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang semakin mantap akan mencerminkan semakin membaiknya kondisi perekonomian dan membaiknya tingkat pendapatan masyarakat sehingga akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. Peningkatan ekonomi ini akan mendorong para pelaku ekonomi untuk meningkatkan permintaan terhadap investasi pada suatu daerah. Namun tingkat investasi tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor ekonomi makro tersebut, jumlah tenaga kerja juga merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan investasi, adanya peningkatan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan kapasitas produksi dimana peningkatan kapasitas produksi tersebut nantinya akan meningkatkan investasi. Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di Provinsi Lampung dari tahun 2001-2005 secara umum terus mengalami peningkatan, namun pada tahun 2006 jumlah tenaga kerja di Provinsi Lampung itu dikarenakan jumlah penduduk pada tahun tersebut juga mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2007-2012 tenaga kerja di Provinsi Lampung kembali meningkat.

8 4500000 Tenaga Kerja 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 Tenaga Kerja 1500000 1000000 500000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber:Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung Gambar 3. Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Lampung periode 2001-2012 (juta jiwa) Disamping faktor-faktor ekonomi tersebut sebagai penentu tinggi atau rendahnya investasi, faktor non-ekonomi merupakan faktor lain yang juga mempengaruhui keberhasilan investasi di Provinsi Lampung. Faktor non-ekonomi yang mempengaruhi investasi khususnya PMDN di Provinsi Lampung adalah kurangnya infrastruktur yang mendukung yang menyebabkan para investor enggan melakukan investasi dan miniminya perkembangan teknologi yang menyebabkan rendahnya pembaharuan, yang menyebakan investasi di Provinsi Lampung menurun. Pada penelitian terdahulu yang diteliti oleh Lely Triyani ( 2003) menyatakan bahwa Variabel Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap investasi sektor properti. Variabel Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap investasi sektor properti. Kenaikan tingkat suku bunga akan

9 meningkatkan investasi, ceteris paribus.variabel PDRB tidak mempunyai pengaruh secara nyata karena dalam temuan empirik Produk Domestik Regional Bruto tidak signifikan dalam mempengaruhi investasi properti secara individual. Dalam penelitian ini penulis akan membahas terkait antara suku bunga kredit, PDRB dan tenaga kerja di Provinsi Lampung, sedangkan variabel inflasi diabaikan karena dianggap tidak relevan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negri di Provinsi Lampung Tahun 2001-2013 B. Rumusan Masalah Investasi merupakan langkah awal dari pembangunan ekonomi, dimana jika investasi bisa diciptakan maka pertumbuhan ekonomi akan ikut tinggi dengan sendirinya. Tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pembangunan daerah itu sendiri. Apabila pembangunan pada suatu daerah berjalan dengan baik maka tingkat kesejahteraan masyarakat otomatis akan meningkat. Agar investasi di Provinsi Lampung tidak dikuasai oleh investasi asing, maka salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan pemberdayaan investasi dalam negeri di Provinsi Lampung. Karena investasi dalam negeri merupakan faktor krusial bagi suatu proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pentingnya investasi dalam negeri tersebut maka penelitian ini akan menganalisis

faktor ekonomi yang mempengaruhi perkembangan PMDN di Provinsi Lampung, faktor-faktor tersebut adalah, suku bunga kredit, PDRB dan tenaga kerja. 10 Pada tingkat suku bunga yang rendah, semakin banyak proyek investasi yang menguntungkan bagi masing-masing perusahaan sehingga total investasi dalam perekonomian meningkat (Mankiw, 2000: 443). Pada kenyataannya yang terjadi pada tahun 2007 suku bunga menunjukan angka 13,11 persen dan meningkat pada tahun 2008 sebesar 14,85 persen, dan pada tahun 2008 keadaan PMDN menurun menjadi Rp 742,635 juta dari tahun sebelumnya. PMDN juga dipengaruhi oleh PDRB, pada tahun 2002 jumlah PDRB meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 25.433.276 dari Rp 24.079.608, berbanding lurus dengan jumlah PMDN yang meningkat dari Rp 1.445,693 juta menjadi Rp 1.556,803 juta. Peningkatan jumlah tenaga kerja juga mempengaruhi perkembangan investasi, dapat dilihat pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja sebesar 3.313.553 jiwa meningkat menjadi 3.387.175 jiwa pada tahun berikutnya, peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut sesuai dengan keadaan PMDN, dimana pada tahun 2008 PMDN sejumlah Rp 742,635 juta meningkat menjadi Rp 1.948,356 juta pada tahun 2009. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah apakah variabel suku bunga kredit investasi, produk domestik regional bruto dan tenaga kerja berpengaruh terhadap perkembangan penanaman modal dalam negeri di Provinsi Lampung, dimana jika variabel-variabel tersebut

berpengaruh seberapa besar pengaruhnya, baik itu berpengaruh secara positif atau pun negatif terhadap penanaman modal dalam negeri di Provinsi Lampung. 11 C. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah: Untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi, Produk Domestik Regional Bruto dan Tenaga Kerja terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Lampung periode 2001-2013. D. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan ekonomi merupakan target yang ingin dicapai oleh perekonomian suatu negara/daerah dalam jangka panjang, dan semaksimal mungkin konsisten dengan pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tujuannya tidak lain untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Investasi adalah salah satu komponen pengeluaran agregat. Investasi menentukan tingkat pertumbuhan stok kapital dalam perekonomian, dimana stok kapital ini sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pengaruh tingkat suku bunga dengan investasi adalah biaya modal. Dalam hubungannya tingkat suku bunga dengan investasi terdapat fungsi investasi yang mengaitkan jumlah investasi dengan tingkat bunga. Investasi tergantung pada tingkat bunga karena tingkat bunga merupakan biaya dari pinjaman yang dipinjam oleh para peminjam. Para investor akan melakukan investasi apabila investor mendapatkan keuntungan yang tinggi dari bunga yang diperoleh apabila uangnya ditabung. Para investor juga meminjam dana untuk melakukan investasi apabila

12 bunga yang kelak dibayar sedikit, dengan demikian apabila suku bunga rendah maka investasi akan naik dan suku bunga tinggi investasi akan mengalami penurunan.semakin rendah tingkat suku bunga, maka semakin rendah pula permintaan terhadap output (PDRB). Kenaikan PDRB berarti kenaikan permintaan agregat sehingga akan merangsang kalangan pengusaha untuk melakukan investasi. Pengaruh tenaga kerja pada tingkat investasi dapat dilihat dari kegiatan produksinya. Kegiatan produksi dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar, jika permintaan pasar meningkat maka para investor semakin tertarik menanamkan modal di Provinsi Lampung. Kerangka pemikiran faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penanaman modal dalam negeri di Provinsi Lampung dapat dilihat pada gambar berikut: Suku Bunga Kredit Investasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tenaga Kerja - + + Penanaman Modal DalamNegeri Gambar 4. Kerangka Pemikiran

13 E. Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri. 2. Diduga Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri. 3. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup peneletian ini adalah sebagai berikut: 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) PMDN yang dipakai dalam penelitian ini adalah realisasi investasi PMDN di Provinsi Lampung Tahun 2001-2013 yang telah disetujui pemerintah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satuan rupiah. 2. Suku Bunga Kredit (SBK) Data tingkat suku bunga kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi rupiah tahunan pada bank umum di Bandar Lampung yang dinyatakan dalam satuan persen selama periode 2001-2013. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang digunakan untuk keperluan rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, dan pendirian proyek-proyek baru. Data tingkat suku bunga kredit investasi tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

14 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah selama satu tahun dalam satuan juta rupiah. Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Lampung berdasarkan harga konstan 2000 periode 2001-2013. Data PDRB diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung. 4. Tenaga Kerja (TK) Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menggunakan data jumlah tenaga kerja dalam satuan jiwa di Provinsi Lampung pada tahun 2001-2013.Data tenaga kerja diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker Trans) Provinsi Lampung.