BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti bank sentral harus bebas dari segala macam bentuk campur tangan pemerintah dan lembaga lain. Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia diberikan kebebasan dalam menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan moneter. Bank Indonesia memiliki tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejarah berdirinya Bank Indonesia terjadi setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag pada tahun 1949. Konferensi ini menetapakan De Javasche Bank, sebuah bank Belanda, sebagai bank sentral, yang pada masa kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda. De Javasche Bank ini sendiri didirikan pada tahun 1828, selain sebagai bank sirkulasi De Javasche Bank juga melakukan kegiatan komersial. Sebenarnya, pemerintah telah mendirikan Bank Negara Indonesia pada tahun 1946 yang semula akan dijadikan sebagai bank sentral dan bank sirkulasi, namun pada kenyataannya justru diberi tugas sebagai bank pembangunan. Hal ini karena sebagai negara yang baru saja merdeka, Indonesia membutuhkan bank yang bertugas dalam membiayai pembangunan. Tetapi di sisi lain, Indonesia juga membutuhkan sebuah bank sirkulasi dan bank sentral yang bertugas untuk menjaga dan memelihara stabilitas moneter. Oleh karena itu, keputusan KMB dalam memutuskan De Javasche Bank sebagai bank sentral dapat dikatakan sebagai titik balik berdirinya bank sentral di Indonesia. Sejak lahirnya Gubernur De Javasche Bank dipimpin oleh orang Belanda, hingga pada tahun 1951 orang pribumi asli yaitu Syarifuddin Prawiranegara ditetapkan sebagai Gubernur De Javasche Bank yang menggantikan Dr. Houwink. Hal ini menjadi angin segar bagi Indonesia untuk menasionalisasi De Javasche 1
Bank sebagai bank sentral. Pada tanggal 15 Desember 1951, diumumkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1951 tentang Nasionalisasi De Javasche Bank (Lembaran Negara RI No.120 Tahun 1951) namun baru dinyatakan berlaku pada 1 Juni 1953 yang menjadi hari terbentuknya Bank Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, peran Bank Indonesia diubah dan didudukkan secara murni sebagai Bank Sentral, yang artinya Bank Indonesia sudah tidak lagi melakukan kegiatan komersial. Pelepasan fungsi komersial ini pada kenyataannya dilakukan secara bertahap, sejalan dengan perkembangan situasi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Ini menunjukkan bahwa beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut dalam kenyataan tidak memberikan jaminan yang cukup untuk terselenggaranya fungsi Bank Sentral yang independen. Penetapan status dan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Oleh karena itu, pada tanggal 17 Mei 2000, Undang-Undang No. 23 tahun 1999 ditetapkan sebagai pengganti Undang-Undang No. 13 tahun 1968, yang isinya memberikan status dan kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dan bebas dari campur tangan pihak luar termasuk pemerintah. Kebijakan Nilai Tukar, nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997. Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktuwaktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan. 2
Visi dan Misi Bank Indonesia (BI) adalah Visi : Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik diregional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. 3
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Bank Indonesia Gubernur Deputi Gubernur Senior 4 s.d 7 Deputi Gubernur Asisten Gubernur MONETER. Stabilitas Sistem Keuangan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah MANAJEMEN INTERN Jaringan Kantor (Sumber : http://www.bi.go.id/, diakses 11/02/20116) Dalam penugasannya divisi sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah memiliki tanggung jawaab dalam menjaga kestabilan nilai tukar, berikut departemen departemen yang berada pada divisi sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah : 1. Departemen kebijakan dan pengawasan sistem pembayaran a. Grup kebijakan dan perizinan sistem pembayaran b. Grup pengawasan sistem pembayaran dan pedagang valuta asing 2. Departemen penyelenggaraan sistem pembayaran a. Grup pengembangan dan pemeliharaan sistem pembayaran bi b. Grup penyelenggaraan sistem pembayaran bi 3. Departemen pengelolaan uang a. Grup kebijakan pengelolaan uang b. Grup operasional pengelolaan uang 4. Departemen pengelolaan pinjaman dan transaksi pemerintah 4
a. Grup pengelolaan transaksi pemerintah dan bi b. Divisi review ketentuan dan persyaratan pinjaman dan transaksi pemerintah dan bi 1.2 Latar Belakang Penelitian Globalisasi dalam bidang ekonomi, menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis yaitu terjadinya perdagangan internasional antar negara-negara di dunia. Adanya perbedaan mata uang yang digunakan baik di negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang (kurs). Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Roshinta : 2014). Adanya perubahan nilai tukar mata uang juga berdampak pada apresiasi dan depresiasi mata uang. Apresiasi merupakan kenaikan nilai tukar negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain (Berlianta, 2005:9). Sedangkan depresiasi mata uang menurut Berlianta (2005:8) adalah penurunan nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain. Mata uang yang digunakan sebagai pembanding dalam tukar menukar mata uang adalah Dollar Amerika Serikat (US Dollar) karena Dollar Amerika merupakan salah satu mata uang yang kuat dan merupakan mata uang acuan bagi sebagian besar negara berkembang. Selain itu, Amerika Serikat merupakan partner dagang dominan di Indonesia sehingga ketika Rupiah terhadap Dollar AS tidak stabil, maka akan mengganggu perdagangan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi karena perdagangan dinilai dengan Dollar. 5
Gambar 1.2 Nilai Tukar Rupiah atas Dollar AS Tahun 2005-2014 13000 12000 11000 10000 9000 8000 9710,64 9166,51 9136,35 9679,55 10398,35 9084,55 8779,49 9380,39 11878,3 10451,37 7000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (Sumber : http://www.bi.go.id/,diolah,diakses 22/02/2016) Roshinta (2014) mengungkapkan bahwa, perubahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar AS dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi makro ekonomi suatu negara. Kondisi makro ekonomi yang digunakan sebagai variabel bebas dalam mempengaruhi perubahan nilai tukar Rupiah adalah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki hubungan erat dengan nilai tukar. Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja dan Manurung, 2008:165). Sehingga perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional. Dengan adanya perdagangan internasional inilah maka muncul masalah baru yaitu perbedaan mata uang yang digunakan baik di negara yang menjadi pengimpor maupun pengekspor maka menimbulkan suatu perbedaan nilai tukar mata uang (kurs). Secara operasional, masalah ini dapat diatasi dengan pasar valuta asing (valas) yaitu tempat dimana berbagai mata uang dari berbagai negara diperjual-belikan (Ulfia : 2011) Samuelson dan Nordhaus (2004) dan Madura (2006) dalam Manajemen Keuangan Internasional juga menyebutkan bahwa inflasi merupakan faktor 6
penentu dalam perubahan nilai tukar. Oleh karena itu, tingkat inflasi dipilih sebagai variabel bebas utama dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Berlianta (2005:12) mengungkapkan bahwa tingkat inflasi ini biasanya dinyatakan dalam persen per tahun. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Selain itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatanper kapita yang biasanya diukur menggunakan data produk domestik bruto (Gross Domestic Bruto-GDP) yang juga merupakan tolok ukur dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan sumber utama dalam upaya meningkatkan standar hidup masyarakat. Nanga (2005:273) mengungkapkan bahwa kemampuan suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya sangat bergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Penelitian Ulfia dan Aliasuddin (2011) mengungkapkan bahwa ketidakstabilan kurs dapat mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional. Oleh karena itu adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menciptakan kondisi ekonomi yang lebih baik dimasa mendatang dan nilai tukar Rupiah lebih stabil. 7
Gambar 1.3 Tingkat inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode tahun 2005-2014 14 12 10 8 6 4 2 0 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 Inflasi Pertumbuhan Ekonomi (Sumber : http://www.bi.go.id/ dan www.bps.go.id diolah,diakses10/03/2016) Dapat dilihat pada gambar 1.3 rata - rata perkembangan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi di indonesia periode 2005 sampai dengan 2014 mengalami fluktuasi. Seperti yang di ketahui pada, selasa (16/12) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mencapai Rp12.835 per US$1. (Sumber : http://www.bbc.com/, diakses 10/02/2016). Menteri Koordinator Perekonomian Sofjan Djalil mengatakan nilai tukar rupiah yang rendah terhadap Dollar AS disebabkan oleh faktor eksternal. Kadek merasakan adanya tekanan inflasi domestik. Selain kenaikan harga bahan bakar minyak, dalam waktu dekat ada pula rencana kenaikan tarif listrik dan tarif kereta api, Hal itu menyebabkan ekspektasi inflasi tinggi, sehingga rencana investor untuk menanamkan investasinya di pasar Indonesia menjadi berkurang. Kombinasi faktor-faktor inilah mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Dalam konferensi pers, Selasa (16/12). (Sumber : http://www.bbc.com/, diakses 10/02/2016). 8
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014, dengan tahun dasar 2010 tumbuh sebesar 5,02 persen (kumulatif kuartal I-V). Sementara itu dibanding periode sama tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) RI tumbuh 5,01 persen. Dengan tahun dasar sama, pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 6,38 persen, sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,17 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2012 tercatat sebesar 5,58 persen, sedangkan pada 2014 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 persen. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu signifikan, namun tetap dalam kondisi stabil. (Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/, diakses 10/02/2016). 1.3 Perumusan Masalah Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah. Salah satu indikatornya adalah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki hubungan erat dengan nilai tukar. Oleh karena itu, tingkat inflasi dipilih sebagai variabel bebas utama dalam mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Selain itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan perubahan nilai tukar Rupiah juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatanper kapita yang biasanya diukur menggunakan data produk domestik bruto (Gross Domestic Bruto- GDP) yang juga merupakan tolok ukur dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan sumber utama dalam upaya meningkatkan standar hidup masyarakat. Oleh karena itu adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menciptakan kondisi ekonomi yang lebih baik dimasa mendatang dan nilai tukar Rupiah lebih stabil. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah inflasi dan pertumbuhan ekonomi benar benar mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, atau malahan inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak ada hubungan sama sekali terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah atas dollar AS. 9
Berdasarkan latar belakang penelitian dan inkonsistensi penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pergerakan nilai tukar rupiah, maka penulis mengambil judul PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH ATAS DOLLAR AS. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka pertanyaan penelitian adalah: a. Bagaimana tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi dengan nilai tukar rupiah atas dollar AS, studi kasus pada Bank Indonesia, periode 2005 samapai dengan periode 2014? b. Apakah tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS? c. Apakah tingkat inflasi berpengaruh secara parsial terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS? d. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara parsial terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS 1.5 Tujuan Penelitian a. Mengetahui bagaimana tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS, studi kasus pada Bank Indonesia, periode 2005 samapai dengan periode 2014. b. Mengetahui apakah tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara simultan terhadap nilai tukar rupiah atas dollar AS. c. Mengetahui apakah tingkat inflasi berpengaruh secara parsial nilai tukar rupiah atas dollar AS. d. Mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara parsial nilai tukar rupiah atas dollar AS. 10
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis Kegunaan penelitian ini di tinjau dari aspek teoritis : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ekonomi terutama mengenai pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap nilai tukar rupiah b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pengembangan teori dan menjadi bahan informasi untuk pendalaman penelitian berikutnya yang berkaitan dengan nilai tukar rupiah 1.6.2 Aspek Praktis Kegunaan penelitian ini dalam aspek praktis : a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi perusahaan, khususnya bagi individu atau akademis yang tertarik pada masalah keuangan khusus kepada persoalan nilai tukar mata uang b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai indikator nilai tukar bagi para pelaku usaha 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah tentang apa itu nilai tukar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar tersebut. Kemudian sejauh mana Faktor faktor tersebut mempengaruhi nilai tukar. 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang-undang RI No. 23 Tahun 1999 adalah lembaga negara yang independen dan memiliki satu tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. 1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian Data yang digunakan dimulai pada rentan waktu 2005 sampai dengan 2014 dengan kurun waktu per tiga bulan atau per kuartal. 11
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Berikut adalah ringkasan laporan penelitian : a. Bab I Pendahuluan, berisi tentang gambaran umum perusahaan atau industri yang akan diteliti, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir b. Bab II Tinjauan Pustaka dan Ruang Lingkup Penelitian, berisi tentang tinjauan pustaka penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian c. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, analisis statistik, dan analisis pengaruh variabel. e. Bab V Kesimpulan dan saran 12