PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

ERNUR RIAU TENTANG GUBERNUR RIAU. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tk. I Sumatera Barat,

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GELAR DAERAH

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

MEKANISME DAN PROSEDUR PENGUSULAN CALON PAHLAWAN NASIONAL DAN PERINTIS KEMERDEKAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 11 TAHUN 2007

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 19 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PENGHARGAAN TERHADAP INSAN BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

1 of 5 02/09/09 11:52

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN DAN ATAU PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 28 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2008 TATA CARA PENCALONAN, DAN PENGANGKATAN SERTA PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 706 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL GALUH PAKUAN TELEVISI KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak memajukan, memperjuangkan dan memperoleh kesempatan yang sama dalam membangun masyarakat, bangsa, dan Negara sehingga patut mendapatkan penghargaan atas jasa-jasa yang telah didarmabaktikan bagi kejayaan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; b. Bahwa untuk menghargai, menghormati dan mengenang jasa-jasa para Perintis, Pendiri, Tokoh dan Pejuang di daerah Riau sejak zaman Belanda, zaman Jepang dan Masa Kemerdekaan Republik Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan daerah tentang Pemberian Gelar, Tanda Jasa, Tanda Kehormatan Tokoh dan Pejuang Daerah Riau; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran - 1 -

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023); 6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5432); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah kabupaten/kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5089); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5115); - 2 -

11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD Provinsi Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101); Dengan persetujuan bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI RIAU dan GUBERNUR RIAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN TOKOH DAN PEJUANG DAERAH RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Eksekutif Daerah ; 2. Gubernur, adalah Gubernur Riau ; 3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Riau ; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau; 5. Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan adalah Dewan yang bertugas memberikan pertimbangan kepada Kepala daerah dalam pemberian gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan. 6. Gelar adalah penghargaan daerah yang diberikan Kepala Daerah kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti, dan karya yang luar biasa kepada daerah Riau. 7. Tanda Jasa adalah penghargaan daerah yang diberikan Kepala Daerah kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi daerah Riau 8. Tanda Kehormatan adalah penghargaan daerah yang diberikan Kepala Daerah kepada seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi atas darmabakti dan kesetiaan yang luar biasa terhadap daerah Riau. - 3 -

9. Tokoh adalah seseorang yang menonjol dirinya dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain pada mas hidup maupun setelah ia meninggal dunia. 10. Pejuang adalah Perintis, Pendiri Provinsi Riau dan seseorang yang telah berjasa dalm bidang tertentu semasa hidupnya sesuai dengan kriterianya dan gelar yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia atau sesorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah Riau, yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa, negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kejuangan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan Daerah Riau. 11. Lembaga Adat Melayu adalah Lembaga Adat Melayu Riau. 12. Budayawan adalah seseorang yang ahli dalam bidang Kebudayaan. 13. Tokoh perempuan adalah perempuan yang menonjol dirinya dalam bidang tertentu dibandingkan dengan perempuan lain pada masa hidupnya. 14. Akademik adalah kajian yang dilakukan sesuai dengan metodologi secara ilmiah. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diberikan berdasarkan asas : a. kebangsaan ; b. kemanusiaan ; c. kerakyatan ; d. keadilan ; e. keteladanan ; f. kehati-hatian ; g. keobjektifan ; h. keterbukaan ; i. kesetaraan ; dan j. timbal balik. Pasal 3 Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diberikan dengan tujuan : a. Menghargai jasa setiap orang, kesatuan, institusi pemerintah atau organisasi yang telah mendarmabaktikan diri dan berjasa besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di daerah Riau ; b. Menumbuhkembangkan semangat kepatriotan, dan kejuangan setiap orang untuk kemajuan dan kejayaan Daerah Riau ; dan c. Menumbuh kembangkan sikap keteladanan bagi setiap orang dan mendorong semangat melahirkan karya terbaik bagi kemajuan daerah Riau. - 4 -

BAB III BENTUK, WAKTU, DAN TATA CARA PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 4 ( 1 ) Gelar untuk Tokoh dan Pejuang Daerah Riau diberikan dalam bentuk plakat dan piagam. ( 2 ) Pemberian Gelar dapat disertai dengan pemberian Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan. ( 3 ) Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan diberikan dalam bentuk Medali dan Piagam. ( 4 ) Waktu pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Daerah. ( 5 ) Pengajuan seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi untuk diberikan Gelar, Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan Tokoh dan Pejuang Daerah Riau dapat diusulkan oleh Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan. ( 6 ) Dewan Gelar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meneliti, membahas, dan memverifikasi usulan, serta memberikan pertimbangan mengenai pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan kepada Kepala Daerah. ( 7 ) Pemberian Gelar, Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan Tokoh dan Pejuang Daerah Riau diberikan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau. ( 8 ) Syarat-syarat memperoleh Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB IV SYARAT SYARAT MEMPEROLEH GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 5 Untuk memperoleh Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan harus memenuhi syarat : a. Umum ; dan b. Khusus. - 5 -

Pasal 6 Syarat Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal (5) huruf a terdiri atas : a.bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Warga Negara Republik Indonesia atau seseorang yang berjuang di wilayah Riau; c. Memiliki integritas moral dan keteladanan ; d. Berjasa terhadap daerah Riau ; e. Berkelakuan baik ; f. Setia dan tidak mengkhianati Daerah Riau, Bangsa dan Negara; dan g. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang ancaman pidananya paling singkat 5 (lima) tahun penjara. Pasal 7 Syarat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal (5) huruf b untuk Gelar diberikan kepada seseorang yang telah meninggal dunia dan yang semasa hidupnya : a.pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa di daerah Riau; b.tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; c.melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; d.pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan di daerah Riau; e.pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat di daerah Riau; f.memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi dan/atau melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. - 6 -

Pasal 8 Syarat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal (5) huruf b untuk Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan terdiri dari : a.pejuang, Perintis, dan Pendiri Propinsi Riau; b.berjasa dan berprestasi luar biasa dalam merintis, mengembangkan, dan memajukan pendidikan, perekonomian, soial, politik, seni, olah raga, budaya, agama, hukum, kesehatan, pertanian, kelautan, lingkungan, dan/atau bidang lain di daerah Riau; c.berjasa luar biasa dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah Riau; dan/atau d.berjasa luar biasa menciptakan karya besar dalm bidang pembangunan di Daerah Riau. Pasal 9 Seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi yang diberikan Gelar, Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan Tokoh dan Pejuang Daerah Riau, apabila terbukti dikemudian hari yang bersangkutan tidak memenuhi syaratsyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal (5) sampai dengan Pasal (8), maka gelar yang telah diberikan dapat dicabut oleh Kepala Daerah atas persetujuan DPRD Riau dan tidak dapat diajukan kembali. Pasal 10 Seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi yang diberikan Gelar, Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan Tokoh dan Pejuang Daerah Riau, dapat diusulkan untuk mendapatkan Gelar, Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan ke tingkat nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB V DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 11 (1) Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dibentuk untuk memberikan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. (2) Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Ibukota Provinsi Riau. (3) Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota yang berasal dari unsur : a.pemerintah Daerah sebanyak 2 (dua) orang; b.akademisi sebanyak 2 (dua) orang; c.lembaga Adat Melayu Riau sebanyak 1 (satu) orang; - 7 -

d.budayawan sebanyak 1 (satu) orang; e.tokoh Wanita/Perempuan Daerah Riau 1 (satu) orang. (4) Calon anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan DPRD. (5) Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua sekaligus merangkap sebagai anggota. (6) Anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah. (7) Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan Pasal 12 Syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan : a.bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b.warga Negara Republik Indonesia; c.sehat jasmani dan rohani; d.memiliki integritas moral dan keteladanan; e.berkelelakuan baik; f.tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; g.mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; h.berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun. Pasal 13 Kepala Daerah dapat memberhentikan Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebelum masa jabatannya berakhir karena : a.meninggal dunia; b.mengundurkan diri secara tertulis; c.tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap; dan d.dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. - 8 -

Pasal 14 (1)Tugas dan kewajiban Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan meliputi : a.meneliti, membahas, dan memverifikasi usulan, serta memberikan pertimbangan mengenai pemberian Gelar; b.meneliti, membahas, dan memverifikasi usulan, serta memberikan pertimbangan mengenai pemberian dan pencabutan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. (2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Instansi Pemerintah yang terkait. Pasal 15 Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Riau BAB VI SUMBER DANA DAN BANTUAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 16 (1)Tokoh dan Pejuang Daerah yang telah diberi gelar, tanda jasa,dan tanda kehormatan diberi bantuan sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah Riau. (2)Bantuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berbentuk jamiman sosial berupa jaminan kesehatan, jaminan hari tua, atau pemberian sejumlah uang secara berkala atau sekaligus sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah. (3)Tokoh dan Pejuang Daerah Riau berhak menerima gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan yang sesuai dengan jasa-jasanya dan diterima oleh keluarga atau ahli waris yang sah. Pasal 17 Bantuan yang diberikan kepada Tokoh dan Pejuang Daerah Riau bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau yang bentuk dan besarannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB VII - 9 -

SANKSI PIDANA Pasal 18 Setiap orang yang memalsukan syarat-syarat yang diusulkan menjadi Tokoh dan Pejuang Daerah Riau sebagaimana dimaksud dalam Pasal (6) sampai Pasal (8) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Pasal 19 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Riau. Ditetapkan di Pekanbaru pada tanggal : 3 Oktober 2011 GUBERNUR RIAU Ttd H. M. RUSLI ZAINAL Diundangkan di Pekanbaru pada tanggal : 3 Oktober 2011 SEKRETARIS DAERAH PROPINSI RIAU Ttd H. WAN SYAMSIR YUS. Pembina Utama NIP. 19530305 197306 1 003 LEMBARAN DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2011 NOMOR : 5-10 -