BAB I PENDAHULUAN. tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun Pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

BAB I PENDAHULUAN. MAKMUR. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Juknis Operasional SPM

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Strategi Pembangunan Kesehatan tahun adalah meningkatkan derajat

BAB 1 PEDAHULUAN. Manusia (IPKM). Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

Pendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan. Fatmah Afrianty Gobel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV P E N U T U P

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. (Ocbrianto, 2012). Tiga pilar yang mempengaruhi kualitas hidup sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Status kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 266 /KUM/2012 TENTANG

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan tingkat primer. Puskesmas mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

KATA PENGANTAR. Kepala Dinas Kesehatan. Dr. Balerina JPP, MM

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan keputusan menteri kesehatan NO.HK.02.02/MENKES/ 52/2015 tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah program Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perildungan finansial dan pemerataan pembangunan kesehatan. Sasaran pokok RPJM adalah meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, meningkatnya pengendalian penyakit, meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, meninkatnya cakupan pelayanan kesehatan unifersal melalui kartu indonesia sehat dan kualitas pengelolahan SJSN kesehatan, terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, meningkatkan responsifitas sistem kesehatan Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional, pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengurus utama kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat, penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan interfensi berbasis resiko 1

2 kesehatan, sementara itu dijaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. Berkaitan dengan startegi tersebut, kegiatan yang dilakukan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam standarr pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota bahwa target tahun 2015 dalam pemberdayaan masyarakat ditetapkan bahwa cakupan Desa siaga aktif 80% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2015). Cakupan desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai pos kesehatan desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi kesehatan dasar, penanggulanagn bencana dan kegawatdaruratan, survailans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan gizi, penyakit lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dibandingkan dengan jumlah desa siaga yang dibentuk. Pernyataan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif (Kemenkes, RI 2010) Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang membeikan pelayanan setiap hari melalui pos kesehatan desa siaga (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti pusat kesehatan masyarakat pembantu (Pustu), pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya dan penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit,

3 kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaruratan kesehatan dan penaggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Farich, 2012). Pembentukan desa siaga telah dirintis dari tahun 2006, namun demikian banyak yang belum berhasil menciptakan desa siaga atau kelurahan siaga yang sesungguhnya yang disebut sebagai desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif. Hal ini dapat dipahami karena pembangunan dan pembinaan desa siaga dan kelurahan siaga yang menganut konsep pemberdayaan masyarakat memang memerlukan suatu proses (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arie Patramada (2010) tentang Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Pelaksanaan Desa Siaga Di Desa Margomulyo hasil penelitian ini menunjukan bahwa salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan Desa siaga adalah dengan adanya perilaku hidup berish dan sehat (PHBS), yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam kesehatan masyarakat (Depkes,2008). Desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif yang ada di Indonesia dari 75.410 desa, tercatat 42,295 desa/kelurahan yang telah memulai upaya mewujudkan desa siaga dan kelurahan siaga. Hal ini berarti bahwa 56,1% desa dan kelurahan yang ada di Indonesia telah terbentuk desa siaga. Namun demikian dari semua desa/kelurahan yang telah terbentuk belum semuanya mencapai desa siaga aktif yang sesunguhnya (Kemenkes RI, 2011).

4 Desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif di Provinsi Gorontalo tercatat 64,82% jumlah desa siaga pada tahun 2012 kemudian pada tahun 2013 tercatat 48,8% dan pada tahun 2014 tercatat 52%. Dari 737 jumlah desa yang ada di Gorontalo hanya 384 desa yang terbentuk menjadi desa siaga, tapi dari semua desa yang terbentuk belum semunya mencapai desa siaga aktif yang sesungguhnya (Dikes Provinsi Gorontalo, 2014). Desa siaga atau kelurahan siaga aktif di Kabupaten Bone Bolango dalam menjalankan program desa siaga, belum semuanya mencapai program desa siaga aktif yang sesungguhnya, berikut adalah cakupan pelaksanaan program desa siaga aktif di kabupaten Bone Bolango. Tabel 1.1 Cakupan Desa Siaga Aktif Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2012-2014 No Cakupan Desa Siaga dan Desa Siaga Cakpuan Jumlah Aktif (%) 1 Desa Siaga 150 91,91 2 Desa Siaga Aktif 112 74,67 3 Jumlah Desa di Kabupaten Bone Bolango 165 110 Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Bone Bolango Sebagai pedoman dalam melaksanakan desa siaga, menteri kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan keputusan menteri kesehatan nomor 564/Kemenkes/SK/VIII/2006 tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga. Disebutkan didalam kemenkes tersebut, bahwa salah satu keberhasilan desa siaga dinilai dari dampak yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh desa siaga. Dampak yang dimaksud meliputi jumlah penderita sakit, jumlah penderita

5 gangguan jiwa, angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita dan jumlah balita dengan gizi buruk. Dengan mengetahui nilai-nilai paramater diatas, maka kita dapat mengetahui tingkat keberhasilan desa yang telah berjalan. Dalam pengembangan melalui SK Menkes NO : 1529/Menkes/SK/S/2010 tentang pedoman umum penegmbangan desa dan kelurahan siaga aktif, pengembangan desa siaga aktif diarahkan menjadi 4 tahapan pengembangan yaitu pratama, purnama, madya, dan mandiri. Tahap mandiri merupakan pengembagan desa siaga yang paling tinggi, sedangkan tahap pratama merupakan pentahapan desa siaga yang paling awal, pentahapan desa siaga aktif di lakukan dengan indikator keberhasilan secara terukur. Pencapaian desa atau kelurahan siaga aktif di Kecamatan Tilongkabila tercatat 100 %, tetapi yang mencapai desa siaga aktif hanya 85,71 %. Dalam menjalankan program desa siaga aktif terdapat pentahapan desa siaga, adapun pentahapan program desa siaga aktif di Kabupaten Bone Bolngo adalah : Tabel 1.2 Pentahapan desa siaga aktif di Kabupaten Bone Bolango No Jlh Desa/ Kelurahan Pratama % Madya % Purnama % Mandiri % 1 165 105 63,6 1 0,6 1 0,6 1 0,6 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dari dari 165 desa/kelurahan di Kabupaten Bone Bolango yang mencapai tahap pratama ada 105 desa, kemudian yang mencapai tahap madya 1 desa, tahap purnama 1 desa, dan tahap mandiri 1 desa,

6 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pencapain desa siaga dan kelurahan siaga aktif masi dikatakan rendah dimana sebagian besar masi pada tahap pratama belum mencapai tahap mandiri. Bolango : Pentahapan desa siaga aktif di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Tabel 1.3 Pentahapan desa siaga aktif Di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango No Tahapan Desa Siaga Aktif Capaian (%) 1. Pratama Iloheluma 20 2. Madya Permata 40 3. Purnama Tunggulo Selatan 68,3 4. Mandiri LonuO 70 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa pencapaian desa siaga aktif pratama 20%, kemudian pencapaian desa siaga aktif madya 40%, pencapaian desa siaga aktif purnama 68,3 % dan pencapaian desa siaga aktif mandiri adalah 70%. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Cakupan Program Desa Siaga Aktif di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Cakupan Pelaksanaan Program Desa Siaga Aktif Di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis cakupan pelaksanaan program desa siaga aktif di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis cakupan keaktifan forum desa/kelurahan siaga aktif di desa Iloheluma, Permata, Tonggulo Selatan dan LonuO 2. Untuk menganalisis cakupan keaktifan kader kesehatan di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan dan LonuO. 3. Untuk menganalisis cakupan akses kemudahan pelayanan kesehatan dasar di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan dan LonuO 4. Untuk menganalisis cakupan keaktifan posyandu dan UKBM di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan dan LonuO 5. Untuk menganalisis cakupan ketersediaan dana kegiatan kesehatan di desa Iloheluma, Permata, Tonggulo Selatan, dan LonuO 6. Untuk menganalisis cakupan keaktifan masyarakat di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan Dan LonuO 7. Untuk menganalisis cakupan keaktifan peraturan kepala desa di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan Dan LonuO 8. Untuk menganalisis cakupan pembinaan PHBS di desa Iloheluma, Permata, Tunggulo Selatan Dan LonuO

8 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar rekomendasi bagi perbaikan dan pengembangan pelaksanaan program desa siaga aktif kususnya di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pustaka serta sebagai informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. 2. Bagi intansi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan program desa siaga aktif kedepannya. 3. Bagi Kelurahan Sebagai masukan bagi kepala desa/kelurahan dalam membuat kebijakan terkait program desa siaga 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan mengenai informasi kesehatan tentang pentingnya pelaksanaan desa siaga aktif.