Seri Masyarakat. Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang



dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

Institute for Criminal Justice Reform

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

-2- dialami pihak korban dalam bentuk pemberian ganti rugi dari pelaku atau Orang Tua pelaku, apabila pelaku merupakan Anak sebagai akibat tindak pida

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN TERPADU DAN RUMAH AMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI Halaman...3 Halaman...33 Halaman...49 Halaman...59

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 10

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL SATUAN TUGAS PENANGANAN MASALAH PEREMPUAN DAN ANAK

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

PENGERTIAN TRAFFICKING

PEDOMAN WAWANCARA. A. Bagi Pegawai P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. 1. Bagaimana sejarah berdirinya P2TPA Rekso Dyah Utami?

RINGKASAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK JAWA BARAT Jl. Karang Tinggal No. 33 Bandung Telp/Fax

Transkripsi:

Seri Masyarakat Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 2008 1

Pengarah: Sri Pardina Pudiastuti Penyusun (menurut abjad): Andy Sutejo - Saung Bogor Anto Ikayadi - YKAI Bdarudidin Nur - LPA NTB Budi Rahardjo - Impact Indonesia Catrinna - YPI DKI Edy Hartono - LPPA Jawa Tengah Endah Khodijah - PPSW Sukabumi Farid Ma ruf - KNPP Suma Mihardja - Konsorsium CAPIL Hendra Jamal - KNPP Hari Sadewo - UNICEF Ismangil - KNPP Meiliani Yuliasari - LPA Papuan Jabar Prioyono Adi Nugroho - LPA Jawa Timur Rita Hastuti - Kakak Surakarta Rusdjiono - LPA Probolinggo Seirindah Nur - FA Surabaya Suprapto - FA Cirebon Winny Isnaini - LPA Tulungagung Vici Yulian - FA NAD Buku ini dapat digandakan dan disebarluaskan dengan bebas selama tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Gambar sampul oleh Pandan, peserta anak Lokakarya Pemberantasan Perdagangan Orang. 2

Seri Masyarakat Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 2008 3

APAKAH PERDAGANGAN ORANG ITU? Perdagangan orang adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi apabila serangkaian proses cara dan tujuan seperti tergambar di bawah ini: PROSES + CARA + TUJUAN Ancaman Penggunaan EKSPLOITASI Perekrutan Pengangkutan Penampungan Pengiriman Pemindahan Penerimaan dengan Kekerasan Penculikan Pemalsuan Penipuan Penyalahgunaan Kekuasaan Jeratan Hutang untuk termasuk Pelacuran Kerja Palsa Perbudakan Kekerasan Seksual Transplantasi Organ 12

Apabila salah satu dari proses, salah satu dari cara dan salah satu dari tujuan di atas terpenuhi, maka sudah bisa dikelompokkan sebagai tindak pidana perdagangan orang. Khusus apabila korbannya adalah anak (usia di bawah 18 tahun, termasuk yang masih dalam kandungan), meskipun tidak memenuhi cara-cara di atas, sudah merupakan tindak pidana perdagangan orang. 13

Contoh Kasus: Siti dari Jawa Timur berangkat menjadi TKW melalui sponsor Pak Dedi. Pak Dedi sering bertandang ke rumah dan mendorong Siti untuk mau menjadi TKW. Siti memilih Pak Dedi, sebab menurutnya dapat memberangkatkan lebih cepat dibandingkan melalui Dinas Tenaga Kerja. Saat pemberangkatan ke Jakarta, semua dokumen pribadi (KTP) dan uang Siti dipegang Pak Dedi dengan alasan agar aman. Sesampai di Jakarta, ternyata Siti tidak dapat menghubungi dan dihubungi keluarganya. Siti akhirnya berangkat dengan menyepakati gaji sebesar Rp. 5 juta/bulan, dengan tidak digaji selama 6 bulan pertama sebagai ganti biaya di penampungan. Tetapi pada kenyataannya dia tidak digaji selama 9 bulan (lebih panjang 3 bulan dari kesepakatan) dan setelah bulan 14

Dari contoh di atas, maka kisah Siti tersebut sudah dapat disebut tindak pidana perdagangan orang (PTPPO) dengan melihat: 1. Proses: Terjadi perekrutan, pemindahan, penampungan. 2. Cara: Terjadi bujuk rayu untuk menjadi TKW yang berangkat secara ilegal; ada penipuan - sebab informasi yang diberikan oleh sponsor tidak benar; ada penjeratan hutang dengan istilah ganti biaya penampungan; ada penipuan sebab gaji tidak sesuai perjanjian. 3. Tujuan: Ada eksploitasi mengingat jam kerja lebih dari 8 jam sehari, tidak digaji selama 3 bulan dan juga terjadi penggajian yang tidak adil. 15

BAGAIMANA KETENTUAN PIDANANYA? Pelaku perdagangan orang akan dijerat dengan menggunakan Undang-undang PTPPO yang menyebutkan ketentuan pidana secara terperinci sesuai dengan bentuk kejahatan dan peran yang diambil oleh pelaku. Dalam Undang-undang PTPPO, secara garis besar bentuk pidana yang ditetapkan bagi pelaku adalah sebagai berikut: Bagi orang yang terbukti melakukan tindak pidana perdagangan orang diancam diancam hukuman paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun, ditambah denda paling sedikit Rp. 120 juta, dan paling banyak Rp. 600 juta. Jika korbannya meninggal, maka ancamannya menjadi lebih berat. Pidana penjara minimal 5 (lima) tahun dan paling lama seumur hidup, ditambah dengan pidana denda paling sedikit Rp. 200 juta, dan paling banyak Rp. 5 milyar. 16

Perlu diingat!!! Baru merencanakan melakukan pemufakatan untuk menjalankan perdagangan orang saja, sudah dapat dijerat dengan Undang-undang PTPPO. 17

SIAPA PELAKU PERDAGANGAN ORANG? Semua jenis pelaku tindak pidana perdagangan orang dapa dikenakan hukuman seperti yang disebutkan di atas. Pelaku bisa menjalankannya secara langsung tidak langsung. Karena itu perdagangan orang bisa saja dilakukan oleh: Orang yang menjalankan dan membantu proses perekrutan, penampungan, pemindahan, pengiriman, dan pengangkutan terhadap korban. (rekruter, tekong, sponsor, calo, makelar, kafil, dan sebagainya). Orang yang melakukan dan membantu penyekapan, penipuan, penculikan, penjeratan hutang, ancaman dan penggunaan kekerasan terhadap korban (agen tenaga kerja, germo, mafioso, mami, bos besar, PT, dan sebagainya) Orang yang melakukan eksploitasi terhadap korban (majikan, germo, mucikari, mami, bos jermal, tuan, pemangsa anak, dan sebagainya) Orang kelompok (petugas, pejabat, biro jasa) yang terlibat dalam pembuatan dokumen palsu (pemalsuan nama, pemalsuan umur, alamat, 18

status perkawinan) termasuk yang memberikan keterangan palsu (saksi palsu) untuk pembuatan dokumen tersebut. Orang yang menghalangi proses pengusutan tindak pidana perdagangan orang, termasuk yang menyembunyikan membantu pelaku menghindari tuntutan hukum. Semua orang bisa menjadi pelaku. Bahkan orang terdekat sekalipun, yang seharusnya melindungi, antara lain: Orang tua. Tetatngga. Pacar. Teman. Suami/istri. Kakak/adik. Saudara dan Sanak Kerabat. Aparat (Camat, Lurah, RW, RT, Polisi, Bidan, dan lain-lain). Tokoh masyarakat. Untuk itu kita harus WASPADA! 19

BAGAIMANA CARA KERJANYA? Mereka yang melakukan praktek perdagangan orang seringkali menyamarkan kejahatannya dengan berbagai tipu muslihat: Memberikan hutang dengan syarat-syarat tertentu yang memaksa orang tersebut/keluarganya untuk terus menerus bekerja sebagai pelunasan hutang. Menjanjikan pengiriman Tenaga Kerja ke kota, ke luar kota ke luar negeri. Menjadi PRT, menculik dan mengaku sebagai ibunya. Menggunakan kedok penyalahgunaan kesempatan dalam kegiatan resemi seperti: Duta seni/budaya/kontes kecantikan. Mencarikan pekerjaan yang menarik dengan gaji menggiurkan. Pendidikan/pemagangan kerja. Pertukaran pelajar/pemuda. Perjalanan religius. 20

Pencarian model/bintang film/artis. Mencari pengantin. Pengangkatan anak. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perdagangan orang antara lain: Kemiskinan. Perempuan tidak dihargai, dianggap barang. Anak dianggap sebagai budak. Pendidikan dan keterampialn rendah. Perilaku konsumtif dan modis. Keluara yang tidak harmonis. Pernikahan dan perceraia usia dini. Masyarakat yang tidak peduli dan kurangnya informasi tentang perdagangan orang. Norma-norma sosial yang merugikan seperti lamaran pertama harus diterima. 21

Mental aparat yang mendiamkan. Masyarakat yang asertif (menerima sebagai hal yang wajar). Sebagai akibatnya, jumlah perdagangan orang tidak juga menurun sebagaimana dapat dilihat pada data pada tabel berikut. Tahun Kasus Pelaku Dewasa Korban Anak 2004 76 83 103-2005 71 83 125 18 2006 84 155 496 129 2007 123 139 210 71 2008 Sumber: Bareskrim - Mabes Polri, 2008 22

APA AKIBAT PERDAGANGAN ORANG? Secara fisik: Luka ringan hingga berat Cacat Kehamilan yang tidak dikehendaki Terkena penyakit menular, penyakit kelamin, HIV, AIDS Kematian Secara psikologis: Rendah diri Merasa tidak berguna Ketakutan yang berlebihan Trauma Gangguan jiwa/ stress Secara seksual: Hilang keperawanan Secara sosial: Terkucil dari masyarakat Berikut ini adalah contoh-contoh kasus: 23

Kasus Eksploitasi Seksual Pasca bencana di suatu daerah, banyak datang orang luar memberikan bantuan. Namun ada suatu kelompok pemuda yang datang ke satu wilayah dengan modus berjualan dari rumah ke rumah. Kemudian mereka melakukan pendekatan dengan salah satu perempuan muda. Mereka kemudian berpacaran. Si Pemuda tersebut menunjukkan perilaku yang baik. Namun, akhirnya mereka kawin lari karena pihak keluarga wanita tidak menyetujui hubungan tersebut. Akhirnya pemuda tersebut membawa pasangannya ke provinsi lain. Sesampainya di sana ternyata perempuan tersebut dijadikan pelacur, padahal saat itu dia sedangang hamil tua. Akhirnya dia mencoba melarikan diri dan bertemu dengan LBH. Dia disembunyikan karena suaminya terus mencari dengan maksud anak yang lahir nantinya akan dijual ke Negeri Jiran dan ibunya akan dijadikan pelacur. Proses pemulangan begitu sulit, oleh karenanya dia diminta menunggu sampai melahirkan baru kemudian dikembalikan ke daerahnya. Diduga, suaminya adalah anggota suatu jaringan perdagangan orang. 24

Proses: Pemindahan, penampungan Cara: Penipuan, penyekapan Tujuan: Eksploitasi (pelacuran) 25

Kasus Pemindahan Pentransplantasian Organ dan Jaringan Tubuh Di Kota B, sebuah keluarga telah kehilangan anaknya selama 1 minggu. Anak itu hilang saat pulang dari sekolahnya. Ada orang yang melihat anak tersebut dipaksa oleh 2 orang naik sepeda motor. Minggu berikutnya keluarga tersebut menemukan anak itu berada di Kota C dengan kondisi sudah tidak bernyawa lagi dan organ-organ tubuhnya sudah tidak ada lagi. 26

Proses: Pemindahan Cara: Penculikan Tujuan: Transplantasi organ 27

BAGAIMANA CARA MENCEGAHNYA? Mengatasi perdagangan orang memang membutuhkan perhatian dan dukungan dari semua lapisan masyarakat, misalnya melalui: Keluarga (penguatan fungsi keluarga, sehingga terbentuk keluarga harmonis). Masyarakat agar lebih kritis dan waspada terhadap bujuk rayu yang menawarkan pekerjaan bagus, mudah dan dengan gaji besar. Tekad aparat dan masyarakat untuk tidak memalsukan identitas/keterangan pribadi (misalnya memalsukan usia untuk menikah, bekerja alasan-alasan apapun). Memastikan mengenai benar-benar tersedianya pekerjaan di daerah, dalam negeri maupun di luar negeri yang ditawarkan. Kesadaran untuk tidak menelan mentahmentah informasi yang diterima (termasuk dari perangkat desa, orang yang mengakuaku tokoh masyarakat/agama). 28

Segera melaporkan kepada pihak yang berwajib jika mengetahui adanya indikasi perdagangan orang. Pemberian sangsi terhadap aparat yang mendiamkan/membantu pihak-pihak yang memalsukan dokumen akan terkena sangsi sangat berat. Penegakan hukum. Pencerahan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama akan dampak negatif dari norma-norma sosial yang berlaku di daerah setempat. 29

ALUR PUSAT PELAYANAN TERPADU Peranserta Masyarakat Pelayanan Terpadu Pelayanan untuk Perempuan dan Anak Identifikasi kasus (perdagangan orang kah bukan), wawancarara Reahibilitasi (pemulihan, penyembuhan, perlindungan) Bantuan Hukum (pendampingan, pembelaan) Pemulangan Reintegrasi (penyatuan kembali kepada masyarakat) 30

APA PERAN MASYARAKAT? Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan penanganan korban perdagangan orang. Masyarakat memberikan informasi dan/ melaporkan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada penegak hukum pihak yang berwajib, lembaga layanan lain seperti Telpon Sahabat Anak (TESA) 129. Selain itu, masyarakat juga bisa ikut serta membantu menyelamatkan korban dengan merujuk korban ke pusat-pusat layanan seperti Pusat Pelayanan Terpadu (PPT). Kalau ada korban kita harus bagaimana? Kita harus segera melaporkan kasus tersebut ke instansi yang terkait di wilayah tersebut agar korban dapat segera dibantu. Jangan menunda-nunda laporan apabila mlihat adanya korban. Mungkin nasib dan nyawa korban akan sangat tergantung kepada uluran tangan anda yang mengetahui kejadian tersebut. Semakin cepat penanganan, pada umumnya akan semakin baik bagi penyelamatan korban. 31

Bagaimana cara pandang kita terhadap anak yang menjadi pelaku tindak pidana perdagangan orang? Terhadap anak, kita harus menempatkannya dalam kerangka pikir sebagai berikut: Anak harus dianggap terpaksa dipaksa untuk menjadi pelaku, bukan semata-mata karena kemauan sendiri. Anak dianggap sebagai korban, seperti salah pengasuhan, salah didik, tekanan teman sebaya, lingkungan masyarakat yang tidak memihak kepada anak. Walaupun anak sebagai pelaku, dia berhak mendapat perlakuan khusus dan tetap dilindungi hak-haknya. Sangsi yang diberikan lebih diarahkan kepada pembinaan, bimbingan dan pemngembalian kepada keluarga danmasyarakat (sesuai dengan restorative justice). 32

Untuk anak yang menjadi korban pun saksi, kita harus menempatkannya dalam perlindungan sesuai UU Perlindungan Saksi dan Korban yang terdiri dari: Pengamanan bagi korban dan saksi (Rumah Aman/Shelter). Pendampingan korban dengan tenaga hukum, kesehatan dan psikologi. Kerahasiaan identitas korban. Perlindungan anak dalam bentuk pemenuhan hak-haknya. Pemulihan fisik (kesehatan), psikis (kejiwaan), ekonomi dan sosial. Pemulangan ke daerah asal. Reintegrasi (penyatuan kembali) dengan keluarga dan masyarakat. 33

KEMANA KITA HARUS MENGADU? Pusat Pelayanan Terpadu (PPT; dan sejenisnya termasuk P2TP2A - Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak, Women and Children Crisis Centre - WCCC) umumnya berada di Provinsi dan Kabupaten/Kota. PPT yang berbasis rumah sakit, seperti yang ada di Rumah Sakita Bhayangkara dan Rumah Sakit lainnya yang menampung rujukan korban anak dan perempuan. Lembaga Perlindugan Anak (LPA), di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI maupun KPAI Daerah). Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Lemabaga Sawadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) terkait yang menangani anak dan perempuan. Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) di Ruang Pelayanan Khusus (RPK) pada Kepolisian Resort (Polres), Wilayah (Polwil) Daerah (Polda). Instansi yang menangani Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Sosial. 34

Children Centre di daerah korban bencana. Telepon Sahabat Abak 129 (TESA 129). Anda juga dapat menghubungi lembaga-lembaga mitra perlindungan berikut ini: Anda juga bisa menghubungi nomor-nomor darurat berikut: (021) 129 - TESA (Telepon Sahabat Anak) Jakarta 110 - Kepolisian (laporan) 118 - Ambulans (tindakan medis) 35

Berantas Perdagangan Orang Sekarang Juga!!! 38