TINJAUAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEMPERKAYA DIRI DAN ORANG LAIN. Oleh. Perbuatan korupsi sangat identik dengan tujuan memperkaya diri atau



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. tindakan mengambil uang Negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri.

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

BAB II IDENTIFIKASI DATA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

Kasus Korupsi PD PAL

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG GRATIFIKASI, SEBAGAI AWAL DARI KORUPSI. Oleh : Ennoch Sindang Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK, Kementerian Keuangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 SEBAGAIMANA YANG DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

JURNAL SKRIPSI PELAKSANAAN TERHADAP PENJATUHAN SANKSI PIDANA MATI UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

BAB II. A. Bentuk-Bentuk Perbuatan Yang Digolongkan Dalam Perbuatan Tindak. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa

I. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pelayanan umum (public services) dan hubungan kerja

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Di Indonesia langkah- langkah pembentukan hukum positif untuk

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemain sandiwara atau pemain utama; dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu :

ETIK UMB TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

Pertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

I. PENDAHULUAN. tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio atau corruptus

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

MANTAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN KARIMUN MASUK BUI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai 5 sub pokok bahasan

KORUPSI DI INDONESIA

PERAN SERTA MASYARAKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 1. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU.

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Pendahuluan. Modul ke: Daftar Pustaka. 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOL. III. Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2009

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

ETIK UMB. Pengembangan Wawasan (Mengenali Tindakan Korupsi) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PUNGLI KEJAKSAAN NEGERI LAMONGAN

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, CFrA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah yang sering dipakai dalam bidang filsafat dan psikologi.(ensiklopedia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENYIDIKAN, PENGHENTIAN PENYIDIKAN, KOORDINASI, TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KEDUDUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Korupsi dan Tindak Pidana Korupsi

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

BAB II PENGADAAN DANA PENGHARGAAN DITINJAU DARI UU NO. 31. TAHUN 1999 jo UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

TETAPKAN TERSANGKA ADD, TUNGGU KERUGIAN NEGARA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PERLUKAH PASAL 12 B DIHAPUS? Agustinus Pohan

Transkripsi:

TINJAUAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEMPERKAYA DIRI DAN ORANG LAIN Oleh Ir. H. Hirwan Jack, MBA, MM Widyaiswara Madya BKPP Aceh A. Pendahuluan Perbuatan korupsi sangat identik dengan tujuan memperkaya diri atau orang lain. Jarang sekali koruptor mengkorupsi harta Negara untuk beramal atau tujuan baik lainnya. Dengan kata lain untuk apa korupsi bila tak ada untungnya. Terkadang pola perbuatan korup ada kemiripan dengan orang yang berdagang. Pedagang menjual sesuatu barang dan berharap mendapat keuntungan dari hasil penjualan. Koruptor bermodal jabatan dan kesempatan, berharap memperoleh keuntungan dari pelaksanaan kegiatan di tempat kerjanya. Bahkan untuk bisa berkorupsi, juga dimulai dengan perbuatan korupsi. Sebagai contoh, biasanya koruptor mencari posisi basah (posisi/jabatan yang banyak mengandung uang). Nah untuk menduduki posisi tersebut, yang bersangkutan juga menyuap atau memberikan upeti kepada yang orang yang patut menerima. Lama-lama, korupsi terus berlangsung bak lingkaran roda. Mula-mula ia menyuap supaya dapat jabatan basah. Kemudian memperkaya diri, setelah itu ia membalas jasa dengan kembali memperkaya orang lain. Begitu 1

lingkaran perbuatan korupsi terbentuk maka susah juga untuk menghentikannya, kecuali kalau semua yang terlibat tertangkap oleh pihak yang berwajib. Tulisan singkat ini mencoba menyajikan paparan singkat seputar korupsi yang identik dengan perbuatan memperkaya diri dan orang lain untuk mempermudah pembaca menemukan ciri-ciri koruptor tipe tersebut dalam kehidupan berpemerintahan. B. Pembahasan 1. Pengertian korupsi Pengertian korupsi kalau ditelaah pada berbagai referensi tentu banyak sekali. Salah satu cara menyikapi banyaknya pendapat seputar pengertian korupsi adalah dengan mengurutkan pendapat-pendapat tersebut dimulai dari yang umum dulu, baru kemudian dilanjutkan dengan pendapat yang khusus. Berikut kutipan beberapa pendapat yang dimaksud. a. Poerwadarminta : korupsi ialah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan lain sebagainya. 1 b. Gurnar Myrdal : korupsi meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak patut yang berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak patut, serta kegiatan lainnya seperti penyogokan. 2 c. Jeremy Pope : secara sederhana, korupsi dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi..korupsi mencakup perilaku pejabat-pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang yang dekat dengan mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan pada mereka. 3 1 Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2008 hlm. 8 2 Ibid., hlm. 7 3 Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, Penerjemah : Masri Maris, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 6 2

d. Benveniste, korupsi didefinisikan 4 jenis: 4 1) Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi. 2) Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu. 3) Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. 4) Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionery yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Berdasarkan pendapat yang telah disebut di atas, dapat disarikan pengertian korupsi sebagai berikut: Korupsi adalah perbuatan buruk, yang berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu, berupa penyalahgunaan kekuasaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka atau orang-orang yang dekat secara tidak pantas dan melanggar hukum. Adapun bentuk perbuatan korupsi antara lain berupa Discretionery corruption, Illegal corruption, Mercenery corruption, dan Ideological corruption. Tulisan singkat ini lebih menfokuskan kajian lebih lanjut pada bentuk perbuatan Mercenery corruption saja. 2. Tindak pidana korupsi Tindak pidana menurut Moeljatno merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan 4 Ermansjah Djaja, Op.cit.,., hlm. 4 3

tersebut. 5 Berdasar pendapat tersebut, tindak pidana korupsi dapat dimaknai sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan hukum tentang korupsi. Dengan kata lain bila seseorang telah melakukan suatu perbuatan sebagaimana telah diatur dalam suatu undang-undang mengenai perbuatan korupsi, maka yang bersangkutan bisa saja dipidana atas perbuatannya tersebut. Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang No. 31 Tahun 1999 telah menetapkan 30 pasal yang termasuk kategori Tindak Pidana Korupsi. Berikut disajikan dalam Tabel 1 Tabel 1. No Kelompok Tindak Pidana Korupsi Pasal 1. Kerugian keuangan negara Pasal 2 & Pasal 3 2. Suap menyuap Pasal 5 ayat (1) huruf a Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 5 ayat (2), Pasal 13 Pasal 12 huruf a Pasal 12 huruf b Pasal 11 Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 6 ayat (1) huruf b Pasal 6 ayat (2) Pasal 12 huruf c Pasal 12 huruf d 3. Penggelapan dalam jabatan Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b, Pasal 10 huruf c 4. Pemerasan Pasal 12 huruf e Pasal 12 huruf g Pasal 12 huruf f 5 Evi Hartanti, TIndak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 7 4

No Kelompok Tindak Pidana Korupsi Pasal 5. Perbuatan curang Pasal 7 (1) huruf a, Pasal 7 (1) huruf b, Pasal 7 (1) huruf c Pasal 7 (1) huruf d, Pasal 7 (2) Pasal 12 huruf h, 6. Benturan kepentingan dalam Ps 12 huruf i pengadaan 7. Gratifikasi Ps 12 B Tabel 1 menampilkan ketiga puluh pasal beserta pengelompokan tindak pidana korupsi. Dimulai dari kelompok pasal yang berkaitan dengan korupsi yang menyebabkan kerugian keuangan negara hingga pasal gratifikasi. Pada pembahasan ini, pasal yang akan diuraikan lebih lanjut hanya yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi kelompok Kerugian keuangan negara. Ada dua pasal kelompok kerugian keuangan negara, berikut rumusan isi pasal tersebut: 6 a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain dan korporasi dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 2 UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK) 1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). b. Menyalahgunakan Kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan korporasi, dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 3 UU PTPK: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan /atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 6 Percepatan Pemberantasan Korupsi, Modul Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI), Jakarta, 2009, hlm. 23 5

(lima puluh juta rupiah) paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Kedua pasal tersebut di atas mengatur tentang tindak pidana korupsi berupa perbuatan memperkaya diri sendiri dan orang lain serta menimbulkan kerugian keuangan Negara. Namun unsur tindak pidananya berbeda, berikut rinciannya: Tabel 2 N o Unsur Tindak Pidana Pasal 2 Pasal 3 1. Setiap orang 1. Setiap orang 2. Memperkaya diri sendiri,orang lain atau suatu korporasi 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi 3. Dengan cara melawan hokum 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana 4. Dapat merugikan keuangan Negara 4. yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 5. Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara Berdasarkan Tabel No. 2, unsur tindak pidana yang ketiga dari Pasal 2 & 3 menunjukkan perbedaan. - Unsur pada Pasal 2, dengan cara melawan hukum menurut Penjelasan Pasal 2 ayat (1) disebutkan : bahwa yang dimaksud dengan secara melawan hukum mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela, karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. 6

Menurut R. Wiyono, unsur melawan hukum dari ketentuan tindak pidana korupsi tersebut merupakan sarana untuk melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi. 7 - Unsur pada Pasal 3, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan atau kedudukan tersebut adalah menggunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang melekat pada jabatan atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan, atau sarana tersebut. 8 Berdasarkan penjelasan singkat tersebut di atas dapat disarikan bahwa tindak pidana korupsi pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK) berbeda unsur perbuatannya. Perbedaannya pada sarana memperkaya diri atau orang lain, pada pasal 2 dengan cara melawan hukum, sedangkan Pasal 3 dilakukan dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang melekat pada jabatan. Perbedaan unsur cara melakukan tindak pidana korupsi yang diatur pada Pasal 2 (secara melawan hukum) lebih luas cakupannya dibanding yang diatur pada Pasal 3 (menyalahgunakan kewenangan). Dengan demikian Pasal 2 lebih berpeluang besar menjerat koruptor. 4. Korupsi Memperkaya Diri dan Orang Lain Sebagaimana telah disebutkan pada Tabel 1 tentang pengelompokan pasal tindak pidana korupsi yang terdiri atas 7 kelompok, kesemua tindak 7 R. Wiyono, Pembahasan Undang-undang Pemberantasan TIndak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 39 8 Ibid., hlm. 46 7

pidana tersebut pada dasarnya juga menuju pada tujuan memperkaya diri dan orang lain walau dengan cara dan sarana yang berbeda. SH Alatas mengemukakan bahwa inti korupsi adalah perwujudan immoral dari dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan penipuan. 9 Untuk melengkapi penjelasan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur pada Pasal 2 dan 3, berikut disarikan praktek pelanggar tindak pidana tersebut. 1. ST diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum dan menyalahgunakan kewenangannya dalam penerbitan IUPHHKHT di wilayah Kabupaten Pelalawan kepada sejumlah perusahaan. Pada periode 2004-2005, pihak perusahaan pemohon izin tersebut kemudian mengajukan RKT kepada Kadishut Provinsi yang saat itu dijabat oleh tersangka sehinga RKT diterbitkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Selanjutnya, RKT tersebut dijadikan dasar oleh perusahaan pemegang RKT untuk menebang pohon yang berasal dari tegakan hutan alam. Penerbitan izin tersebut diduga tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengakibatkan kerugian negara kurang lebih sebesar 123 miliar rupaih. 10 2. Dari hasil penyelidikan kami (Jaksa) menemukan indikasi mark up harga barang cetakan dan spanduk. Dimana harga spanduk yang hanya Rp 250 ribu perbuah, dibuat tersangka dengan harga melebihi standar yakni Rp 1,5 juta per buah, terang mantan Kasi Pidsus Kejari Pandeglang tersebut kepada wartawan. Sedangkan berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan Kejari Serang,perbuatan tersangka diduga merugikan keuangan negera sebesar Rp 300 juta 11 3. Dalam amar tuntutannya, jaksa menjelaskan, kedua terdakwa terbukti melakukan perbuatan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi. Kedua terdakwa sudah menguntungkan korporasi milik David K Wiranata dan Hr Bestiadi Fatalatus Soediutomo terkait pelunasan pembayaran pengadaan rumpon dan perahu. Bahkan, keduanya menerima uang Rp 570 juta dari pelunasan tersebut. "Adanya kesengajaan tindakan tersebut ditujukan untuk menguntungkan orang lain atau suatu korporasi, yaitu David K Wiranata, Yendi Naskar Prima Putra, Toto Wirawan, Hr Bestiadi Fatalatus Soediutomo," terang Sarjono. Keduanya, menurut jaksa, juga telah menyalahgunakan kewenangan jabatan. Asep selaku Kuasa Pengguna Anggaran dan Ade sabagi Ketua Panitia Pengadaandalam 9 Syed Hussein Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi, Penerjemah, Nirwono, LP3ES, Jakarta, 1987, hlm. 225. 10 www.kpk.go.id, akses tgl. 08-09-2011 11 fesbukbanten.com, akses tgl 08-09-2011 8

pelaksanaan proses lelang mengabaikan kewajiban untuk bertindak terbuka, bersaing, adil, dan tidak diskriminatif. 12 Ketiga cuplikan kasus korupsi yang tersebut di atas menampilkan tiga bentuk perbuatan korup. Pertama dengan cara melawan hukum dan menyalahgunakan wewenang yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Kedua menaikkan harga barang. Ketiga pelaksanaan tender yang tidak sesuai prosedur. Demikian tiga contoh kasus korupsi, masih banyak lagi perbuatan korup yang dijerat dengan kedua pasal pada kelompok memperkaya diri dan orang lain dengan merugikan keuangan negara. C. Penutup Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa 1. Korupsi adalah perbuatan buruk, yang berkaitan dengan kekuasaan, aktivitas-aktivitas pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu, berupa penyalahgunaan kekuasaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka atau orang-orang yang dekat secara tidak pantas dan melanggar hukum. 2. Tindak Pidana Korupsi yang diatur dalam Undang-undang UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK) dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) bentuk yaitu : Kerugian keuangan negara; Suap menyuap; Penggelapan dalam jabatan; Pemerasan; Perbuatan curang; Benturan kepentingan dalam pengadaan; Gratifikasi. Perbuatan seseorang yang memperkaya diri dan orang lain termasuk kelompok Tindak pidana yang mengakibatkan kerugian keuangan negara. 3. Praktek korupsi sebagaimana diatur Pasal 2 & Pasal 3 UU PTPK antara lain berupa perbuatan menyalahgunakan wewenang yang tidak sesuai ketentuan 12 www.kpk.go.id, akses tgl. 04 Juni 2009 9

yang berlaku. Kedua menaikkan harga barang. Ketiga pelaksanaan tender yang tidak sesuai prosedur. 10

Daftar Pustaka Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2008. Evi Hartanti, TIndak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2007 Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, Penerjemah : Masri Maris, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003. R. Wiyono, Pembahasan Undang-undang Pemberantasan TIndak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Syed Hussein Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi, Penerjemah, Nirwono, LP3ES, Jakarta, 1987 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Percepatan Pemberantasan Korupsi, Modul Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI), Jakarta, 2009. www.kpk.go.id, akses tgl. 08-09-2011 fesbukbanten.com, akses tgl 08-09-2011 11