EFFECT OF USE OF DIET DIARY TO BLOOD GLUCOSE LEVEL OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 AT BERBAH HEALTH CENTER DISTRICT OF SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

PENGARUH PUASA SUNNAH SENIN KAMIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

Kedokteran Universitas Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

JURNAL JURUSAN KEPERAWATAN, Volume, Nomor Tahun 2016, Halaman 1-8 Online di :

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et


Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ENEMAWIRA

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

Transkripsi:

EFFECT OF USE OF DIET DIARY TO BLOOD GLUCOSE LEVEL OF PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS (DM) TYPE 2 AT BERBAH HEALTH CENTER DISTRICT OF SLEMAN Apriliska Parfitadori 1, Setyowati 2, Farissa Fatimah 3 ABSTRACT Background: Diabetes is a health problem that has increasing prevalence. WHO estimates increase of DM type 2 patients in Indonesia from 8.4 millions in 2000 to about 21.3 millions in 2030. DM is a chronic metabolic disease whereby patients are unable to produce sufficient insulin or the body is unable to use insulin effectively so that there is excessive glucose in the blood. There are four pillars of DM management, i.e. education, clinical nutrition therapy, physical exercise and pharmacological intervention. Out of the four pillars, patients find it more difficult to comply with the diet than any other pillars since complying with the diet means changing lifestyle. Objective: To identify effect of use of diet diary to blood glucose level of patients with DM type 2. Method: The study was experimental with one group pretest and posttest design that was undertaken at Berbah Health Center, District of Sleman Yogyakarta. Subjects of the study were patients of DM type 2 at Berbah Health Center, District of Sleman Yogyakarta that lived in Berbah area when the research was carried out. Results: As many as 12 patients (48%) of DM type 2 used diet diary and 13 (52%) did not use diet diary. As many as 14 patients (56%) had unstable blood glucose level and 11 patients (44%) had stable blood glucose level. The number of patients with unstable blood glucose level that used diet diary was equal with those that did not use diet diary, i.e. 7 patients (53.8%); meanwhile those with stable blood glucose level that used diet diary consisted of 5 patients (41.7%) and did not use diet diary consisted of 6 patients (46.2%). The result of chi square test to identify effect of use of diet diary to blood glucose level was p=1.000 (p>0.05). Conclusion: There was no effect of use of diet diary to blood glucose level of patients with DM type 2. Keywords: diet diary, diabetes mellitus, blood glucose 1. 2. 3. Lecturer of Nutrition Department, Health Polytechnic, Yogyakarta Lecturer of Nutrition Study Program, Respati University, Yogyakarta 1

PENGARUH PENGGUNAAN BUKU HARIAN DIET TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Apriliska Parfitadori 1, Setyowati 2, Farissa Fatimah 3 INTISARI Latar Belakang: Diabetes merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan yang saat ini prevalensinya semakin meningkat. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Melitus (DM) di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik, penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Terdapat empat pilar manajemen diabetes yaitu melalui edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Dari keempat pilar tersebut, para pasien lebih kesulitan dalam mematuhi diet dibandingkan dengan manajemen diabetes lain, karena mematuhi diet berarti mengubah gaya hidup. Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. MetodePenelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian menggunakan one group pre test and post test. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang bertempat tinggal di wilayah Berbah saat penelitian berlangsung. Hasil: Penggunaan buku harian diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu sebanyak 12 orang (48.0%) yang menggunakan buku harian diet dan 13 orang (52.0%) yang tidak menggunakan buku harian diet. Sebanyak 14 orang (56.0%) yang mengalami peningkatan/penurunan kadar gula darah dan 11 orang (44.0%) yang memiliki kadar gula darah stabil. Pasien yang menggunakan dan tidak menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah naik/turun sama banyaknya yaitu sebanyak 7 orang (53.8%) sedangkan yang menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil sebanyak 5 orang (41.7%) dan yang tidak menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil sebanyak 6 orang (46.2%). Uji Chi-square untuk mengetahui pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah, p = 1.000 (p > 0,05). Kesimpulan:Tidak ada pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kata Kunci: Buku harian diet, kadar gula darah, diabetes melitus tipe 2. 1 Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta 3 Dosen Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2

PENDAHULUAN Diabetes merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kesehatan yang saat ini prevalensinya semakin meningkat. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik, penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah (1) World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa pada 2004, jumlah diabetes di Indonesia mencapai 8,4 juta dan jumlah ini akan meningkat menjadi 21,3 juta pada 2030 (2). Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (3) Diabetes melitus merupakan penyakit yang membutuhkan manajemen diri yang baik. Terdapat empat pilar manajemen diabetes yaitu melalui edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Dari keempat pilar tersebut, para pasien lebih kesulitan dalam mematuhi diet dibandingkan dengan manajemen diabetes lain, karena mematuhi diet berarti mengubah gaya hidup. Pada pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan (5) Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah adalah ketidakmampuan pasien dalam merencanakan pola makan disebabkan karena kurangnya pengetahuan (6). Pada umumnya pasien diabetes mencoba untuk mematuhi diet tapi mereka tidak selalu berhasil. Salah satu alasan mereka gagal dalam mematuhi adalah penerimaan mereka terhadap simtom-simtom dalam diri mereka seperti keengganan atau keadaan emosi mereka (7). Reaksi emosi yang muncul dalam diri pasien diabetes tidak hanya mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani diet saja, tetapi juga mempengaruhi kehidupan psikologis dan kualitas hidup pasien tersebut (8). Penanganan utama DM tipe 2 terfokus pada masalah yang melatarbelakanginya, yaitu melalui olahraga dan pengaturan diet upaya yang sesungguhnya diarahkan untuk memangkas jaringan lemak terutama gumpalan lemak di sekitar perut. Berdasarkan studi pendahuluan mengenai jumlah penderita diabetes melitus di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta selama 3 bulan terakhir mengalami peningkatan yang semula 33 orang pada bulan Oktober 2011 menjadi 71 orang pada bulan Desember 2011 yang diperoleh dari pencatatan di laboraturium Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. 3

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian menggunakan one group pre test and post test. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2012 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Subjek penelitian adalah pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang bertempat tinggal di wilayah Berbah saat penelitian berlangsung. Jenis Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu penggunaan buku harian diet sebagai variabel bebas dan kadar gula darah sebagai variabel terikat. Skala data yang digunakan pada penelitian ini yaitu ordinal. Sedangkan teknik olah data yang digunakan yaitu menggunakan uji statistik Chi- Square untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta 2012 Karakteristik Responden n % Umur 45 tahun 25 100 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Berat Badan a. < 63 kg b. 63 79 kg c. > 79 kg 10 15 40.0 60.0 17 5 3 68.0 20.0 12.0 Lanjutan Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta 2012 Karakteristik Responden n % Status Gizi a. Normal b. Overweight c. Obesitas 15 9 1 60.0 36.0 4.0 4

Tingkat Pendidikan a. Dasar b. Menengah c. Tinggi Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak Bekerja 15 9 1 60.0 36.0 4.0 8 17 32.0 68.0 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa semua responden dalam penelitian ini memiliki umur 45 tahun (100%). Umur terendah responden 47 tahun dan tertinggi 85 tahun. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (60.0%) dibandingkan responden laki-laki. Sebagian besar responden memiliki berat badan < 63 kg sebanyak 17 orang (68.0%). Sedangkan responden yang memiliki berat badan antar 63-79 kg sebanyak 5 orang (20.0) dan berat badan > 79 kg sebanyak 3 orang (12.0%). Berat badan terendah 48 kg dan tertinggi 95 kg. Sebagian besar responden memiliki status gizi dalam kategori normal sebanyak 15 orang (60.0%) dibanding responden yang memiliki status gizi kategori overweight sebanyak 9 orang (36.0%) dan kategori obesitas sebanyak 1 orang (4.0%). Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan dasar sebanyak 15 orang (60.0%) dibanding yang memiliki tingkat pendidikan menengah sebanyak 9 orang (36.0%) dan responden yang termasuk dalam kategori tingkat pendidikan tinggi sebanyak 1 orang (4.0%). Sedangkan karakteristik berdasar status pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 17 orang (68.0%) dan yang bekerja sebanyak 8 orang (32.0%). 2. Penggunaan Buku Harian Diet Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penggunaan Buku Harian Diet di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta 2012 Kategori Buku Harian Diet n % Digunakan 12 48.0 Tidak digunakan 13 52.0 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori tidak menggunakan buku harian diet sebanyak 13 orang (52.0%). 5

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta tidak menggunakan buku harian diet. 3. Kadar Gula Darah Responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta 2012 Kadar Gula Darah Kategori n % Naik/turun 14 56.0 Stabil 11 44.0 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar kadar gula darah responden termasuk dalam kategori naik/turun sebanyak 14 orang (56.0%). Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta termasuk dalam kategori naik/turun. 4. Pengaruh Penggunaan Buku Harian Diet Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Buku Harian Diet Terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta 2012 Buku Harian Diet Kadar Gula Darah Naik/turun Stabil Total p-value n % n % n % Digunakan 7 58.3 5 41.7 12 100 Tidak digunakan 7 53.8 6 46.2 13 100 1.000 Jumlah 14 56.0 11 44.0 25 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebanyak 14 orang (56.0%) responden mengalami penurunan/kenaikan kadar gula darah, sebanyak 7 orang (53.8%) diantaranya menggunakan buku harian diet dan 7 orang (58.3%) lainnya tidak menggunakan buku harian diet. Sebanyak 11 orang (44.0%) responden memiliki kadar gula darah stabil, 5 orang (41.7%) diantaranya menggunakan buku harian diet dan 6 orang (46.2%) responden tidak menggunakan buku harian diet. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai signifikansi atau nilai p-value adalah 1.000 dimana nilai p-value tersebut lebih besar dari 0.05. Karena p-value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. 6

PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian, semua responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta memiliki usia 45 tahun. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada bahwa faktor resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 meliputi usia di atas 45 tahun maupun riwayat turunan pertama dari orang tua dengan diabetes melitus (9). Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin diketahui sebagian besar responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta memiliki jenis kelamin perempuan sebesar 60.0%. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa proporsi penyakit diabetes melitus lebih banyak diderita oleh kaum wanita dibanding laki-laki (10). Berdasarkan karakteristik status gizi responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi kategori normal sebesar 60%. Sebagian besar responden yang memiliki status gizi kategori normal memiliki jenis kelamin perempuan. Penelitian ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa berat badan berlebih (Body Mass Index/BMI > 25) maupun kelebihan berat badan 20% dapat meningkatkan resiko 2 kali lebih besar menderita diabetes melitus tipe 2 (11). Sebagian besar responden pada penelitian ini memiliki termasuk dalam pendidikan dasar sebesar 60.0%. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah (12). 2. Penggunaan Buku Harian Diet Oleh Responden Hasil distribusi frekuensi tentang penggunaan buku harian diet responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori tidak menggunakan buku harian diet sebesar 52.0%. Alasan tidak menggunakan buku harian diet disebabkan oleh: a) diet yang dianjurkan oleh ahli gizi lebih dari satu sehingga responden merasa bingung ketika menjalankan anjuran diet yang diberikan terutama untuk jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan yang harus dihindari b) faktor perilaku makan responden dalam keluarganya sehari-hari juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan dalam pengaturan makan c) responden merasa bingung ketika mengisi form pada buku harian diet terutama jenis makanan dan jadwal makan. Sedangkan responden yang termasuk dalam kategori menggunakan buku harian diet menyatakan memang memiliki keinginan untuk dapat mengendalikan kadar gula darahnya melalui ketaatannya dalam mengatur pola makan seharihari sehingga responden rutin mengikuti panduan pengaturan pola makan yang terdapat dalam buku harian diet. 7

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa mencatat dan merekam setiap makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam sebuah buku harian khusus atau yang biasa disebut buku harian diet dapat membantu dalam mempelajari kebiasaan porsi makan (13). 3. Kadar Gula Darah Responden Berdasarkan distribusi frekuensi kadar gula darah responden di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki penurunan/kenaikan kadar gula darah sebanyak 14 orang (56.0%). Alasan responden mengalami penurunan/peningkatan kadar gula darah yaitu: a) sia-sia (sayang) jika tidak mengkonsumsi makanan yang sudah dibeli oleh keluarga meskipun seharusnya makanan tersebut dihindari b) kurang teratur mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah yang telah diberikan dari puskesmas c) kurang menjaga dan mengatur pola makan yang dianjurkan oleh ahli gizi. Sedangkan responden yang memiliki kadar gula darah yang stabil sebanyak 11 orang (44.0%). Alasan responden memiliki kadar gula darah yang stabil yaitu: a) responden tersebut benar-benar menjaga dan mengatur pola makannya sehari-hari baik jenis makanan, jumlah dan jadwal makan b) responden mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah maupun herbal secara teratur. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa pada penderita diabetes melitus, kadar gula darah merupakan gambaran yang jelas dari tingkat kepatuhan penderita dalam menjalankan program diet, pengobatan dan melaksanakan pola perilaku hidup sehat (olahraga). Walaupun penderita diabetes melitus sudah mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan diabetes dari hasil konsultasi gizi, terkadang penderita diabetes melitus sering mengalami kesulitan mengaplikasikan anjuran diet setiap harinya dan tidak sedikit dari mereka yang sering melanggar anjuran diet yang seharusnya dilakukan oleh penderita sehingga kadar gula darah normal sulit dicapai (14). 4. Pengaruh Penggunaan Buku Harian Diet Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Hasil uji statistik pada penelitian ini dengan menggunakan uji chi - square diperoleh nilai signifikansi atau nilai p-value adalah 1.000 dimana nilai p-value tersebut lebih besar dari 0.05. Karena p-value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengisian buku harian diet responden mengenai pola konsumsi makanan responden sehari-hari selama 7 hari diketahui bahwa banyaknya responden yang termasuk dalam kategori menggunakan buku harian diet dan yang tidak menggunakan buku harian diet dengan keadaan kadar gula darah naik/turun adalah sama yaitu terdapat 7 orang 8

responden yang menggunakan buku harian diet dan 7 orang yang tidak menggunakan buku harian diet. Akan tetapi banyaknya responden yang tidak menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil lebih besar dibandingkan responden yang menggunakan buku harian diet. Berdasar hasil penelitian diketahui sebanyak 5 orang (41.7%) responden yang menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil. Alasan responden yang menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil karena lebih mengutamakan pengaturan pola makan dalam usaha mengendalikan kadar gula darahnya. Sedangkan responden yang tidak menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil sebanyak 6 orang (46.2%). Alasan tidak menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil karena responden kurang menjaga pola makannya dalam keteraturan hal jadwal makan tetapi mereka merasa sudah teratur mengkonsumsi susu maupun obat penurun kadar gula darah setiap hari serta membatasi porsi makanan yang harus dikonsumsinya. Responden tersebut termasuk dalam kategori tidak menggunakan buku harian diet karena tidak rutin/teratur menjalankan anjuran jadwal makan seperti yang tercantum pada buku harian diet yang diberikan. Sedangkan jenis makanan dan jumlah makanan sudah termasuk dalam kategori sesuai dengan anjuran diet. Hal ini yang mungkin dapat dijadikan bahan koreksi bagi peneliti untuk lebih cermat dalam menentukan waktu makan bagi pasien diabetes melitus sehingga tidak langsung mengklaim bahwa pasien tersebut tidak patuh terhadap jadwal makan yang ditentukan. Responden yang menggunakan buku harian diet dengan kadar gula darah stabil mayoritas adalah perempuan. Hal ini menandakan bahwa perempuan lebih memperhatikan dan peduli pada kesehatan mereka dan lebih taat dalam menjalankan diet yang dianjurkan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang meneliti tentang Pengaruh Buku Saku Sebagai Media Konsultasi Gizi Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah anggota PERSADIA RSUD Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh buku saku sebagai media konsultasi gizi terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus (15). Akan tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang meneliti tentang pengaruh konsultasi gizi dengan standar diet terhadap pengendalian kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUP Manado. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsultasi gizi dengan standar diet mempengaruhi pengendalian asupan zat gizi, berat badan dan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe 2 (16). Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan buku harian diet pada penderita diabetes melitus tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar gula darah. 9

KESIMPULAN 1. Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskemas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta tidak menggunakan buku harian diet sebanyak 13 orang (52.0%). 2. Sebagian besar kadar gula darah pasien diabetes melitus di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta mengalami peningkatan/ penurunan kadar gula darah sebanyak 14 orang (56.0%). 3. Tidak ada pengaruh penggunaan buku harian diet terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan nilai signifikansi p-value 1.000 (p > 0.05). SARAN 1. Perlunya meninjau dan menyempurnakan kembali isi buku harian diet yang dibuat agar dapat efektif digunakan sebagai sarana evaluasi pengaturan makan bagi pasien diabetes melitus. 2. Pentingnya ahli gizi di puskesmas untuk melakukan re-edukasi secara berkala bagi pasien diabetes melitus tipe 2 melalui konsultasi maupun penyuluhan dengan menggunakan media yang sudah ada seperti leaflet, brosur maupun media lain sebagai salah satu sarana dalam pengaturan makan dan pengendalian kadar gula darah pasien. 3. Sebaiknya buku harian diet dilengkapi dengan contoh gambar jenis makanan maupun porsi makanan sehingga menjadi lebih komunikatif dan mudah dipahami oleh pasien diabetes melitus. 4. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kepustakaan di Universitas Respati Yogyakarta sehingga dapat menjadi wacana bagi penelitian lain. 10

DAFTAR PUSTAKA 1. Atun. 2010. Diabetes Melitus. Bantul: Kreasi Wacana 2. Kariadi, Sri Hartini. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!. Bandung: Mizan Media Utama 3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta 4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta 5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta 6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta 7. Sarafino. 1998. Pocket Guide Nutrition and Diet Therapy. Hipokrates. Jakarta 8. Miller dan Schnoll. 2000. Family Nursing Research, Theory and Practice, 4 Ed. Stanford: Appleton & Lange 9. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta 10. Roza, Muhammad. 2006. Efektivitas Leaflet Diabetes Melitus Modifikasi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis: Universitas Sumatera Utara 11. Henry. 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 12. Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas 13. Susanto. 2011. Manfaat Buku Harian Diet. Majalah Tempo: Jakarta. www. ajcn.org diupload tanggal 11 Februari 2012 14. Syafinah, Tengku Dayu Wahyuni. 2010. Pengaruh Buku Saku Sebagai Media Konsultasi Gizi Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Anggota PERSADIA RSUD Kota Yogyakarta. Skripsi: Fakultas Kedokteran UGM Jurusan Gizi Kesehatan 15. Salman. 2002. Pengaruh Konsultasi Gizi dengan Standar Diet Terhadap Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pasien DM-2 Rawat Jalan di RSUP Manado. Tesis: Fakultas Kedokteran UGM Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat 11