Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI POLLARD DENGAN ARAS BERBEDA

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

E. Rianto, Nurhidayat, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

MATERI DAN METODE. Materi

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI CAIRAN RUMEN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA

KADAR HEMATROKRIT, GLUKOSA DAN UREA DARAH SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PEMANFAATAN PROTEIN PADA KAMBING KACANG MUDA DAN DEWASA DENGAN ARAS PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TESIS. Oleh NURUL MUKMINAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul keluaran kreatinin lewat urin pada domba lokal

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

Transkripsi:

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda (Growth and Carcass Physical Components of Thin Tail Rams Fed on Different Levels of Rice Bran) Edy Rianto, Evi Lindasari, dan Endang Purbowati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang Abstract This experiment was aimed to investigate the effect of rice bran supplementation on live weight gain (LWG), the proportion of carcass meat, bone and fat of Thin Tail Rams. Twelve thin tail rams, aged about 12 months, weighed 20.95 ± 1.52 kg (CV = 7.26%) were allocated into a Randomized Block Design with 2 blocks and 3 treatments. The treatments applied were levels of rice bran supplementation, i.e. Napier grass ad libitum without rice bran (T 1 ), Napier grass ad libitum and 200 g rice bran (T 2 ) and Napier grass ad libitum and 400 g rice bran (T 3 ). The results showed that rice bran supplementation highly significantly (P<0.01) increased liveweight gain, hot and cold carcass weight. The treatment applied also significantly (P<0.05) increased slaughter weight, hot and cold carcass percentage, and carcass meat weight. However, the treatments did not significantly (P>0.05) influence the percentage of carcass meat and bone percentage. It was concluded that rice bran supplementation increased slaughter weight, carcass weight and carcass percentage, carcass meat and bone weight, and carcass fat percentage, but did not influence the percentage of carcass meat and carcass bone. Key Words : Thin Tail Rams, rice bran, carcass physical components. Pendahuluan Domba lokal atau domba ekor tipis adalah domba asli Indonesia dan domba ini banyak dipelihara oleh para petani di pedesaan. Produktivitas domba ekor tipis pada umumnya rendah, antara lain karena rendahnya jumlah dan mutu pakan yang diberikan. Oleh karena itu, salah satu upaya meningkatkan produktivitas domba tersebut adalah dengan meningkatkan mutu pakan, misalnya dengan menambahkan pakan penguat guna memenuhi kebutuhan nutrisi domba tersebut. Bahan pakan yang sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak adalah limbah industri pertanian, salah satunya adalah dedak padi. Dedak padi mudah didapat dan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, karena mempunyai kandungan energi dan protein yang cukup tinggi. Pertumbuhan dan pertambahan bobot badan pada ternak berkaitan dengan proporsi daging, tulang dan lemak karkas domba. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging dan lemak karkas berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian dedak padi terhadap pertambahan bobot badan dan proporsi daging, tulang dan lemak karkas pada Domba Ekor Tipis (DET) jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pengembangan peternakan domba di pedesaan. Metode Penelitian Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor DET jantan berumur sekitar 12 28

bulan dengan bobot badan awal 20,95 ± 1,52 kg (CV=7,26%). Domba-domba tersebut ditempatkan dalam kandang individual model panggung dengan ukuran 1 x 0,5 x 1,2 m, yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pakan yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dipotong-potong sepanjang 5 cm dan dedak padi. Hasil analisis kandungan nutrisi bahan pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 kelompok dan 3 perlakuan. Pengelompokan domba berdasarkan bobot badan awal, yakni bobot badan ringan (18-21 kg) dan bobot badan berat (22-23 kg). Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan dedak padi pada rumput gajah yang digunakan sebagai ransum basal, yaitu: T 0 = Rumput gajah, tanpa dedak padi T 1 = Rumput gajah dan dedak padi 200 g T 2 = Rumput gajah dan dedak padi 400 g Prosedur Penelitian Selama 12 minggu perlakuan, pemberian pakan untuk domba diberikan dalam bentuk kering. Air minum diberikan secara ad libitum. Pakan yang diberikan berupa dedak padi dan rumput gajah. Pemberian dedak padi dalam sehari diberikan dua kali, yaitu jam 07.00 pagi dan jam 14.00 siang, sesuai dengan perlakuan. Pemberian rumput gajah diberikan 2 jam setelah pemberian dedak padi. Pemberian rumput gajah ini diberikan secara ad libitum dengan cara pemberian sedikit demi sedikit dan selalu tersedia di dalam tempat pakan. Sisa pakan ditimbang tiap pagi hari. Setiap minggu dilakukan penimbangan bobot badan. Data yang dikumpulkan meliputi data konsumsi bahan kering (BK) pakan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH). Pada akhir tahap perlakuan pakan dilakukan pemotongan ternak. Sebelum dilakukan pemotongan ternak, domba dipuasakan selama 12 jam, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot potong. Kepala dipisahkan pada batas tulang atlas, dan kaki dipisahkan dari tarsus dan carpus, kemudian dilakukan pengulitan dengan pisau. Setelah selesai pengulitan dilakukan pengeluaran isi perut (eviscerating). Karkas kemudian ditimbang dan dilayukan di ruang pelayuan selama 8 jam pada suhu 18 o C. Setelah proses pelayuan, karkas kemudian ditimbang lagi untuk mengetahui bobot karkas dingin. Karkas dibagi menjadi dua bagian sehingga menjadi potongan karkas kanan dan kiri. Karkas kanan kemudian dipotong-potong berdasarkan potongan komersial. Bobot daging, tulang dan lemak karkas diperoleh dengan cara mengurai daging, tulang dan lemak karkas dari separuh potongan karkas sebelah kanan. Lemak diambil di bagian sekitar daging, ginjal, dan subkutan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi bahan kering (BK) pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), bobot potong, bobot karkas panas dan dingin, persentase bobot karkas panas dan dingin, bobot dan persentase daging karkas, bobot dan persentase Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Kandungan Nutrisi dalam 100% BK Bahan Pakan BK PK Abu SK LK BETN (%) ----------------------- % ----------------------- Rumput Gajah 88,80 7,65 16,15 32,64 3,34 40,22 Dedak Padi 85,09 10,49 16,78 28,31 6,81 37,61 Keterangan : BK = Bahan Kering, PK = Protein kasar, SK = Serat kasar, LK = Lemak kasar, BETN = Bahan Ekstrak Tanpa N. 29

tulang karkas, serta bobot dan persentase lemak karkas. Konsumsi BK pakan merupakan hasil pengurangan jumlah pakan yang diberikan dan yang tersisa dikalikan dengan kadar BK masing - masing bahan pakan. Pertambahan bobot badan harian adalah hasil pengurangan bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi dengan lamanya waktu pengamatan. Bobot potong diperoleh dengan cara menimbang ternak sebelum disembelih. Bobot karkas diperoleh dengan cara menimbang ternak setelah ternak dipotong dan dikurangi kepala, darah dan organ - organ internal, kaki, ekor serta kulit. Bobot karkas panas diperoleh dengan cara menimbang ternak sebelum pelayuan, sedangkan karkas dingin diperoleh setelah pelayuan. Persentase karkas diperoleh dengan cara membagi bobot karkas dengan bobot potong dikalikan 100%. Bobot daging, tulang dan lemak karkas diperoleh dengan cara mengurai daging, tulang dan lemak karkas dari separuh potongan karkas sebelah kanan kemudian menimbang masingmasing bagian tersebut. Persentase bobot daging, tulang dan lemak karkas diperoleh dengan cara membagi masing- masing bagian tersebut dengan bobot karkas sebelah kanan dikalikan 100%. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Analisis Ragam sesuai petunjuk Steel dan Torrie (1989). Bila hasil analisis menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilakukan uji polynomial orthogonal untuk mengetahui aras pemberian dedak padi. Hasil dan Pembahasan Pertambahan Bobot Badan Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa konsumsi BK pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) antar pelakuan, tetapi terdapat perbedaan yang sangat nyata linier (P<0,01) dalam pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan dari uji polynomial orthogonal didapatkan kurva berbentuk linier. Semakin tinggi aras dedak padi dalam ransum semakin tinggi pula PBBH, sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi energi dan protein sejalan dengan peningkatan aras dedak padi. Hal ini ditunjukkan oleh konsumsi TDN, yaitu T 1 = 395,95 g/hari; T 2 = 444,60 g/hari; dan T 3 = 511,64 g/hari, sedangkan konsumsi protein pada T 1 = 55,65 g/hari; T 2 = 75,77 g/hari; dan T 3 = 83,61 g/hari. Konsumsi energi dan protein yang tinggi pada domba yang diberi dedak padi menghasilkan laju pertumbuhan yang cepat sehingga meningkatkan PBBH. Rata-rata PBBH hasil penelitian ini berkisar antara 26,49 44,46 g (Tabel 2). PBBH hasil penelitian ini ternyata lebih rendah dibandingkan penelitian Rianto et al. (2004), yaitu sebesar 31,52 83,15 g. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan kualitas ransum yang diberikan. Pada penelitian Rianto et al. (2004) ransum yang diberikan mempunyai kandungan protein antara 11,76 dan 14,99%, sementara kandungan protein ransum pada penelitian ini adalah 8,11% pada T 1, 10,63% pada T 2 dan 12,56% pada T 3. Bobot dan Persentase Karkas Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa bobot karkas berbeda sangat nyata (P<0,01) antar pelakuan dengan bentuk kurva linier. Hasil ini sesuai dengan hasil perhitungan statistik pada bobot potong, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi bobot potong semakin tinggi pula bobot karkas. 30

Tabel 2. Konsumsi bahan kering (BK) pakan, pertambahan bobot badan harian, bobot potong, bobot karkas dan proporsi bagian-bagian karkas. Variabel Perlakuan T 1 T 2 T 3 Uji Statistik Konsumsi pakan BK (g/hari) 852,43 912,94 967,17 tn PBBH (g) -26,49 27,47 44,46 snl Bobot Potong (kg) 21,20 25,00 25,98 nl Bobot Karkas Panas (g) 7194 9789 10148 snl Bobot Karkas Dingin (g) 6730 9311 9651 snl Persentase Karkas Panas (%) 34,00 39,08 39,04 nl Persentase Karkas Dingin (%) 31,58 37,23 37,10 nl Bobot Daging Karkas (g) 4408 6185 6361 snl Bobot Tulang Karkas (g) 1722 1915 1888 tn Bobot Lemak Karkas (g) 475 1063 1303 snl Persentase Daging Karkas (%) 67,09 68,64 69,41 tn Persentase Tulang Karkas (%) 27,94 21,60 20,94 tn Persentase Lemak Karkas (%) 4,97 9,76 9,66 nl Keterangan : nl snl tn BK PBBH : nyata linier (P<0,05) : sangat nyata linier (P<0,01) : tidak nyata (P>0,05) : bahan kering : pertambahan bobot badan harian Hasil uji polynomial ortogonal terhadap persentase bobot karkas menunjukkan adanya perbedaan yang nyata linier (P<0,05). Hasil ini sesuai dengan hasil analisis statistik pada bobot karkas, yaitu bahwa semakin tinggi bobot karkas maka semakin tinggi pula persentase karkas, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi bobot potong semakin tinggi pula bobot dan persentase karkas. Hal ini dikarenakan peningkatan pertumbuhan ternak sebagian besar terjadi pada bagian karkas, dengan adanya pertambahan bobot tubuh menyebabkan peningkatan bobot potong diikuti oleh meningkatnya bobot dan persentase karkas. Perbedaan antara bobot dan persentase karkas panas dan karkas dingin terjadi karena pada saat pelayuan karkas kehilangan air melalui penguapan, sehingga bobot karkas dingin lebih rendah 0,95% dari bobot karkas panas. Rata-rata persentase karkas hasil penelitian ini berkisar antara 31,57% - 37,10% (Tabel 2). Persentase karkas hasil penelitian ini ternyata lebih rendah daripada hasil yang diperoleh Adiwinarti et al. (1999), yaitu 41,11 44,00%, maupun Rianto et al. (2004), yaitu 43,85 49,81%. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Lawrie (1995) bahwa peningkatan bobot potong biasanya diikuti oleh peningkatan persentase karkas. Bobot potong domba pada penelitian yang dilakukan oleh Adiwinarti et al. (1999) adalah antara 22,87 dan 24,13 kg, sementara bobot potong domba pada penelitian Rianto et al. (2004) 31

adalah antara 21,72 dan 27,08 kg. Perbedaan persentase karkas ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi tubuh ternak pada saat dipotong. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Laju pertambahan bobot badan domba pada penelitian ini adalah antara 24,49 dan 44,46 g/hari, sementara pada penelitian Rianto et al. (2004) didapatkan pertambahan bobot badan antara 31,52 dan 83,15 g/h. Bobot dan Persentase Daging Karkas Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan dedak padi dalam pakan menyebabkan perbedaan yang nyata linier (P<0,05) pada bobot daging, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase daging. Perbedaan yang nyata linier (P<0,05) pada bobot daging disebabkan karena adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) pada bobot karkas antar perlakuan. Semakin tinggi konsumsi protein pakan akan menyebabkan semakin besar pula deposisi protein dalam tubuh. Konsumsi protein kasar (PK) yang terdeposisi dalam tubuh pada T 1 sebesar -3,31 g; pada T 2 sebesar 12,10 g; dan pada T 3 sebesar 16,47 g. Deposisi protein tubuh yang tinggi akan digunakan tubuh untuk pertumbuhan daging sehingga akan meningkatkan bobot karkas dan pada akhirnya meningkatkan bobot daging. Tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) dalam persentase daging menunjukkan bahwa laju pertumbuhan otot daging seiring dengan laju pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Rata-rata persentase daging karkas hasil penelitian ini berkisar antara 67,09-69,41% dari karkas (Tabel 2). Persentase daging hasil penelitian ini ternyata lebih tinggi dibandingkan penelitian Rianto et al. (2004), yaitu sebesar 65,11-60,16% dari karkas. Hal ini diduga karena ternak secara efisien menggunakan protein yang terdeposisi untuk membentuk jaringan sehingga bobot daging yang diperoleh menjadi lebih besar. Bobot dan Persentase Tulang Karkas Hasil perhitungan statistik terhadap bobot tulang dan persentase tulang karkas menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) antar pelakuan. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tulang relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh laju pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Domba yang dipotong juga berumur 1,7 tahun, sehingga laju pertumbuhan tulangnya sudah lambat. Hal ini menyebabkan respon pertumbuhan tulang terhadap pakan juga sudah sangat rendah. Menurut Soeparno (1998) tulang merupakan komponen karkas yang paling cepat berhenti pertumbuhannya dibandingkan otot dan lemak. Rata-rata produksi tulang hasil penelitian ini berkisar antara 27,94-20,94% dari karkas (Tabel 2). Persentase tulang hasil penelitian ini ternyata lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Rianto et al. (2004), yaitu sebesar 19,07-15,66% dari karkas. Hal ini disebabkan karena proporsi lemak pada penelitian ini lebih rendah daripada penelitian Rianto et al. (2004), sehingga proporsi daging dan tulang lebih tinggi. Menurut Judge et al. (1989), didalam penilaian komposisi karkas ada tiga variabel yang penting, yaitu tulang, daging dan lemak karkas, apabila ada proporsi yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki lebih sedikit atau kedua variabel sebagai sisanya. Bobot dan Persentase Lemak Karkas Hasil statistik terhadap bobot lemak dan persentase bobot lemak karkas menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) antar pelakuan. Meskipun menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) antar perlakuan tetapi terdapat kecenderungan bahwa bobot dan persentase lemak karkas mengalami peningkatan 32

seiring penambahan aras dedak padi dalam pakan. Penambahan aras dedak padi dalam pakan menyebabkan konsumsi energi pakan meningkat dan diikuti pula peningkatan deposisi energi di dalam tubuh. Peningkatan deposisi energi akan digunakan tubuh untuk mempercepat laju metabolisme dan apabila kelebihan akan dibentuk menjadi lemak. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian untuk konsumsi energi terdeposisi sebesar T 1 = 4,19 g; T 2 = 7,036 g; dan T 3 = 8,22 g. Menurut Anggorodi (1994), ternak menggunakan energi yang berasal dari pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Apabila terdapat kelebihan energi setelah kebutuhan hidup pokok terpenuhi maka kelebihan energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan pembentukan lemak tubuh. Rata-rata produksi lemak hasil penelitian ini berkisar antara 4,97-9,66% dari karkas (Tabel 2). Persentase hasil penelitian ini ternyata lebih rendah dibandingkan penelitian Rianto et al. (2004), yaitu sebesar 15,81-23,08% dari karkas. Hal ini disebabkan karena kelebihan energi hasil dari metabolisme energi masih rendah sehingga untuk pembentukan jaringan lemak masih relatif rendah. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan dedak padi meningkatkan PBBH, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan bobot daging pada DET jantan. Terdapat kecenderungan adanya peningkatan bobot dan persentase lemak karkas akibat penambahan dedak padi di dalam pakan. Sementara itu, bobot dan persentase tulang karkas pada DET jantan tidak terpengaruh oleh perlakuan pakan. Mengingat kenyataan bahwa dedak padi sering digunakan sebagai bahan pakan penguat tunggal dalam usaha peternakan domba rakyat, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peningkatan pemberian dedak padi yang lebih efektif untuk ternak, mengingat hasil dari parameter yang diteliti belum menunjukkan pengaruh yang maksimal terhadap pertambahan bobot badan dan proporsi daging, tulang dan lemak karkas DET jantan. Daftar Pustaka Adiwinarti, R., C.M.S. Lestari, E. Purbowati, E. Rianto dan J.A. Prawoto. 1999. Karakteristik karkas dan non karkas domba yang diberi pakan tambahan limbah industri kecap dengan aras yang berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 24 (4): 137-145. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Judge, M.D., E.D. Aberle, J.C. Forest, H.B. Hedrick dan R.A. Merkel. 1989. Principles of Meat Science. Kendal Hunt Publishing Company, Dubuque. Lawrie. R.A. 1995. Ilmu Daging. Terjemahan A. Parakkasi. Meat Science. UI-Press, Jakarta. Rianto, E., M. Budiharto dan M. Arifin. 2004. Proporsi Daging, Tulang dan Lemak Karkas Domba Ekor Tipis Jantan Akibat Pemberian Ampas Tahu dengan Aras Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I, hal. 309-313. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B. Sumantri). 33