GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMUNODEFICIENCY SYNDROME

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 13 TAHUN2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BENGKULU. dan GUBERNUR BENGKULU MEMUTUSKAN:

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BUPATI BONDOWOSO TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROMES DI BONDOWOSO

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROVINSI PAPUA BUPATI YALIMO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN YALIMO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

WALIKOTA KENDARI, PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG. Selatan. C:\Users\user\Dropbox\BAGIAN HUKUM\RAPERDA 2017\HIV & AIDS\_Raperda HIV-AIDS (30-3).doc 1

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN BUPATI BATANG

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

Transkripsi:

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 4, Pasal 14, Pasal 21, dan Pasal 27 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Human Immunodefficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pelaksanaan Penanggulangan HIV dan AIDS. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah; 11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Human Immunodefficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 12); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Human Immunodefficiency Virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah virus penyebab AIDS yang digolongkan sebagai jenis yang disebut retrovirus yang menyerang sel darah putih dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh dan ditemukan dalam cairan tubuh pengidap HIV dan AIDS yang berpotensi menularkan melalui darah, air mani, air susu ibu dan cairan vagina. 2. Acquired Immuno Defficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi. 3. Pelaksanaan Penanggulangan HIV dan AIDS adalah kegiatan yang meliputi sistem rujukan, pengurangan dampak buruk menularkan atau tertular HIV, sistem pembiayaan, promosi di perusahaan dan pencegahan penularan di tempat usaha yang berpotensi menularkan HIV. 4. Promosi adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pengendalian dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS.

5. Sistem rujukan adalah sistem pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (ke unit yang lebih mampu menangani) atau horizontal (antar unit-unit yang setara kemampuannya). 6. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. 7. Jaminan pelayanan kesehatan adalah pembayaran atas diberikannya pelayanan kesehatan oleh pengelola dana jaminan pelayanan kesehatan kepada fasilitas pelayanan kesehatan. 8. Standar Pelayanan Minimum adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang wajib dipenuhi oleh sarana pelayanan kesehatan dan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah untuk pengawasan pelaksanaannya. 9. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 10. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Pemerintah Kabupaten Sleman. 11. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. 12. Dinas adalah Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB II PENGURANGAN DAMPAK BURUK TERTULAR DAN MENULARKAN HIV Pasal 2 (1) Pengurangan dampak buruk tertular atau menularkan HIV disusun dalam rencana strategis. (2) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kegiatan dan rincian pembiayaan. (3) Rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Pasal 3 (1) Visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan perumusan cita-cita luhur dilakukannya kegiatan pengurangan dampak buruk. (2) Misi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan perumusan strategi untuk mewujudkan visi. (3) Tujuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan perumusan hasil yang dapat terukur. (4) Sasaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi masyarakat umum, anak jalanan, pekerja seks laki-laki dan perempuan, warga binaan pemasyarakatan, laki-laki yang berhubungan seks dengan lelaki, pengungsi serta migran, dan populasi rawan lainnya.

(5) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi : a. kegiatan promosi dan edukasi pencegahan penularan HIV; b. pengurangan permintaan dan peredaran narkotika; c. penyediaan alat suntik steril, penyediaan terapi substitusi; dan d. penyediaan kondom. (6) Pemilihan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan mempertimbangkan kelayakan (feasibility) dan kemampuan untuk diterima (acceptability). Pasal 4 Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyusun Rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). Pasal 5 Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang: a. komunikasi dan informasi; b. penanggulangan peredaran narkotika; c. lembaga pemasyarakatan; d. kesehatan; dan e. kependudukan. Pasal 6 (1) Dinas menyediakan fasilitas pelayanan komprehensif untuk pengurangan dampak buruk tertular dan menularkan HIV. (2) Fasilitas pelayanan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyediaan informasi dan edukasi pencegahan penularan HIV; b. penyediaan alat suntik steril, penyediaan terapi substitusi; c. pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual; dan d. penyediaan kondom. (3) Fasilitas pelayanan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperuntukkan bagi pekerja seks dan pengguna narkotika suntik. (4) Fasilitas pelayanan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disediakan di tempat pelayanan kesehatan yang ditunjuk berdasarkan analisa kebutuhan, kemampuan, dan kemanfaatan. (5) Pemerintah Kabupaten/Kota harus menyediakan minimal satu fasilitas pelayanan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Rumah Sakit Umum Daerah. (6) Biaya penyediaan fasilitas pelayanan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan/atau sumber dana lain yang sah.

BAB III PROMOSI DI PERUSAHAAN Pasal 7 (1) Pimpinan Perusahaan wajib melaksanakan promosi berkesinambungan tentang pencegahan penularan HIV kepada pekerja/karyawannya. (2) Pelaksanana Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (3) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara mandiri atau bekerjasama dengan pihak lain. (4) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang tenaga kerja. Pasal 8 Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat dilakukan melalui : a. ceramah; b. diskusi kelompok terfokus; c. pembuatan dan penyebaran buku saku tentang pencegahan penularan HIV; atau d. poster, leaflet dan spanduk atau media lain yang dapat memberikan informasi tentang pencegahan penularan HIV. Pasal 9 (1) Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembinaan tenaga kerja melakukan pembinaan penyelenggaraan promosi pencegahan penularan HIV pada perusahaan. (2) Upaya pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. pelatihan penyuluhan; b. edukasi dan konseling bagi karyawan yang ditunjuk perusahaan; c. pemberian penghargaan bagi perusahaan yang telah melakukan promosi pencegahan penularan HIV; dan/atau d. pemberian teguran tertulis dan pemberitaan di media massa kepada perusahaan yang tidak mengindahkan memberikan promosi pencegahan penularan HIV. BAB IV SISTEM RUJUKAN Pasal 10 (1) Rujukan berasal dari puskesmas, balai pengobatan, klinik bersalin, praktek tenaga kesehatan mandiri, tempat konseling dan tes sukarela, dan fasilitas pelayanan donor darah ke puskesmas, rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas konseling dan tes suka rela, pengobatan, perawatan dan pemberian dukungan kepada ODHA.

(2) Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada orang yang diduga mengidap HIV atau orang yang memiliki simptom AIDS dengan surat rujukan. (3) Surat Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus: a. berisi informasi lengkap tentang keadaan kesehatan orang yang dirujuk; b. bersifat rahasia dan dikirimkan bersamaan dengan orang yang dirujuk dalam amplop tertutup; dan c. mencantumkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju pada amplop surat rujukan. Pasal 11 (1) Fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf c harus menerima rujukan orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2). (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengalihkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang setara karena alasan tertentu. BAB V MEKANISME PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI ODHA Pasal 12 (1) Mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan bagi ODHA diselenggarakan melalui sistem jaminan kesehatan semesta. (2) Mekanisme pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan mekanisme : a. penerima Bantuan Iuran (PBI); dan b. coordination of Benefit (COB). (3) ODHA yang berhak memperoleh pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah yang terdaftar dalam daftar kepesertaan jaminan kesehatan. Pasal 13 (1) Dinas melakukan pendataan dan pemilahan ODHA yang akan diusulkan memperoleh bantuan jaminan kesehatan semesta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). (2) Berdasarkan pendataan dan pemilahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas merekomendasikan ODHA penerima bantuan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 14 Tata cara kepesertaan jaminan pelayanan kesehatan dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Gubernur tentang Sistem Jaminan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Semesta.

Pasal 15 Jenis layanan dan besarnya bantuan ditetapkan berdasarkan ketentuan paket layanan kesehatan yang diatur dalam sistem jaminan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). BAB VI TATA CARA PEMBERIAN SERTIFIKAT Pasal 16 (1) Gubernur memberikan Sertifikat kepada tempat usaha yang telah menerapkan upaya pencegahan penularan HIV. (2) Tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tempat usaha yang kegiatannya berisiko menularkan HIV. (3) Bentuk dan isi sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Pasal 17 (1) Pemberian sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) didahului verifikasi pelaksanaan upaya pencegahan HIV. (2) Upaya pencegahan penularan HIV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. sterilisasi alat yang digunakan untuk melukai kulit; dan atau b. menggunakan alat sekali pakai kepada pengguna jasa. (3) Sebelum verifikasi dilaksanakan, Dinas harus memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis upaya pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di tempat usaha kepada penanggung jawab, pengelola, atau pimpinan usaha. Pasal 18 (1) Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dilaksanakan Tim Verifikasi yang dibentuk secara ad hock dengan Keputusan Kepala Dinas. (2) Anggota Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari Organisasi Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang: a. kesehatan; b. perindustrian dan perdagangan; c. pariwisata; d. tenaga kerja; dan e. Satuan Polisi Pamong Praja.

BAB VII PENGAWASAN Pasal 19 (1) Dinas Kesehatan melaksanakan pengawasan pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, tempat usaha yang berpotensi menularkan HIV melalui kegiatan usahanya, dan perusahaan. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan pelaksanaan : a. standar pelayanan minimum; b. upaya pencegahan penularan; c. kewaspadaan standar; d. promosi; dan/atau e. pelayanan komprehensif pengurangan dampak buruk. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit 1 kali dalam 1 (satu) tahun. (4) Prosedur pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kesehatan. Pasal 20 Dinas harus mempublikasikan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 di situs jejaring Dinas Kesehatan, surat kabar lokal dan/atau media elektronik. Pasal 21 (1) Dinas menyediakan layanan pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS. (2) Dalam hal masyarakat menyampaikan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditindaklanjuti dengan verifikasi, klarifikasi atau pengumpulan bahan dan keterangan oleh Dinas. (3) Hasil verifikasi, klarifikasi atau pengumpulan bahan dan keterangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dipublikasikan Dinas. (4) Dalam hal hasil verifikasi, klarifikasi atau pengumpulan bahan keterangan ditemukan indikasi pelanggaran tindak pidana Peraturan Daerah tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, Dinas wajib melaporkan kepada penyidik POLRI/PPNS.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 2012 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TTD HAMENGKU BUWONO X Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TTD ICHSANURI BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NOMOR 37

PENJELASAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS I. UMUM Epidemi HIV dan AIDS masih berlangsung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kasus orang terpapar HIV di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pertama kali ditemukan pada tahun 1994, yaitu pada seorang wisatawan asing. Kasus orang terpapar HIV dan kasus AIDS setiap tahun sejak tahun 1994 terus ditemukan, bahkan telah melibatkan penduduk asli Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Program penanggulangan epidemi HIV dan AIDS baru dimulai pada tahun 2005, sebelas tahun setelah kasus pertama ditemukan. Jumlah ODHA yang telah ditemukan melalui program penanggulangan epidemic HIV dan AIDS sampai Desember tahun 2010 sebesar 1.288 orang. Sehubungan adanya masa kesenjangan antara ditemukannya kasus HIV pertama dengan dimulainya program penanggulangan epidemic HIV dan AIDS, maka dikhawatirkan mesin penularan melalui berbagai episentrum sudah bekerja sebelum dimulainya program tersebut. Hal ini menyebabkan fenomena epidemiologi yaitu fenomena gunung es, dimana kasus yang ditemukan hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya ada di dalam populasi. Untuk dapat berpacu dengan kecepatan epidemic, maka diperlukan upaya penanggulangan yang mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki Pemerintah Provinsi DIY. Penanggulangan epidemic HIV dan AIDS bertujuan menekan laju epidemic hingga menghentikannya. Tujuan ini akan berhasil jika program penanggulangan dilaksanakan secara terpadu, terkoordinasi, dan berkesinambungan. Upaya penanggulangan ini dititikberatkan pada upaya pencegahan penularan HIV kepada populasi rentan dan berisiko, upaya pelayanan kesehatan ODHA, dan rehabilitasi ODHA sesuai kebutuhan. Agar tercipta keterpaduan dalam koordinasi dalam kesinambungan, maka diperlukan perangkat Peraturan Perundang-Undangan Daerah yang selanjutnya diturunkan dalam Peraturan Gubernur. Peraturan Gubernur ini disusun agar dapat dijadikan pedoman teknis dalam melaksanakan program penanggulangan HIV dan AIDS bagi seluruh instansi, dinas dan kelembagaan yang dapat terlibat dalam upaya penanggulangan epidemic HIV dan AIDS di Provinsi DIY. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan pihak lain adalah Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi, lembaga pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang penanggulangan HIV dan AIDS, dan sebagainya. Ayat (4) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan alasan tertentu antara lain alat penegakan diagnonistik tidak berfungsi, sarana perawatan rusak, petugas kesehatan yang memiliki kompetensi sedang tidak di tempat kerja, dan/atau tempat perawatan sudah tidak dapat lagi menampung pasien. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15

Pasal 16 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan tempat usaha yang kegiatannya berisiko menyebarkan HIV antara lain tempat potong rambut, salon kecantikan dan perawatan kulit, akupuntur, bekam, seni tato, seni tindik, bong supit, dan usaha lain yang sejenis. Ayat (3) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksudkan dengan layanan pengaduan adalah sarana menerima keluhan, dan laporan dari masyarakat atas ketidaksesuaian layanan penanggulangan HIV dan AIDS melalui surat, sms, telepon, surat elektronik, web site, dan/atau laporan langsung. Ayat (2) Yang dimaksud dengan verifikasi adalah pengecekan ulang data atau informasi. Yang dimaksud dengan klarifikasi adalah upaya menjelaskan data dan informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya Pasal 22

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS BENTUK DAN ISI SERTIFIKAT BEBAS PENULARAN HIV GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TTD HAMENGKU BUWONO X