STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

Irma Setiawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Pos-el:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk

ABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA. Allan, Keith Natural Language Semantics. Massachusetts: Blackwell.

APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA

CULTURAL SCRIPTS IN BALINESE LANGUAGE By: I Made Netra Faculty of Arts-Udayana University ABSTRACT

MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

PERANAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI DALAM PENCARIAN MAKNA VERBA BAHASA BALI RASA PADA ANGGOTA TUBUH

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

PERBANDINGAN PENGGUNAAN SAPAAN PRONOMINA PERSONA DALAM KOMIK RUROUNI KENSHIN DENGANBEELZEBUB. Oleh : Abstract

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

STRUKTUR SEMANTIK Verba PROSES TIPE KEJADIAN Bahasa Jawa : KaJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

VERBA MEMOTONG BAHASA ROTE DIALEK DENGKA: KAJIAN META SEMANTIK ALAMI (MSA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

MAKNA MEMANCING BAHASA BALI DIALEK DESA LEMBONGAN: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: PENGGUNAAN SAPAAN ORANG KEDUA TUNGGAL DALAM BAHASA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA

STRUKTUR SEMANTIS VERBA TINDAKAN BAHASA INDONESIA. Drs. MULYADI. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Univrsitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition)

KONSTRUKSI ATURAN PENGGABUNGAN DUA GRAF KALIMAT (The Construction of a Rule to Combine Two Sentence Graphs)

BAB I PENDAHULUAN. lain. Oleh karena itu komunikasi berperan penting dalam terciptanya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAHASA BALI USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Nengah Arnawa FPBS IKIP PGRI Bali

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk,

SISTEM PENGUTIPAN (Disarikan dari Kemdiknas, Ditjen Dikti DP2M, 2011) Palembang, 23 Mei 2017

Callista Sulaiman

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

ACKNOWLEDGEMENTS. this thesis. I express my greatest thank to my first supervisor, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PENGGUNAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

ABSTRAK SATUAN LINGUAL PENGISI FUNGSI PREDIKAT DALAM WACANA ADAM MALIK TETAP PAHLAWAN PADA RUBRIK TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS

PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa tak sekadar sistem tanda: Berkenalan dengan. Ludwig Wittgenstein. Mata kuliah Bahasa Indonesia Riko, S.S.

PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.

Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

Practical Communication Skill: dalam Bisnis, Organisasi, dan Kehidupan (Indonesian Edition)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik

PEMBINAAN PEMAKAIAN BAHASA BALI YANG BAIK DAN BENAR DALAM UPAYA MEMINIMALISASI DEGRADASI DI DESA PANCASARI, BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya, dalam tataran ilmu bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era perkembangan teknologi sekarang ini menuntut semua perubahan dan

OLEH : I NYOMAN DARSANA

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. Satu bentuk kata dapat memiliki padan leksikon yang beragam. Misalnya,

Transkripsi:

STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI I Ketut Agus Adi Kamajaya Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar Ponsel; 081337186467 gdeujus@yahoo.co.id ABSTRACT Each item of pronoun has the semantic structure that is constructed by the configuration of meaning that reflects the original characteristic of its culture. The Semantic structure of the pronoun in a language can be very complex and complicated, it is because the influence of its cultural background. A number of personal pronouns in Balinese terms of address that derive several semantic primitives, namely; kai, waké, icang, bena, tiang, titiang, gelah, manira, ulun I, cai, nyai, ragané, jeroné, gusti, iratu you, dan ia, dané, ipun, ida someone, something / thing, people / person, body. As for describing the semantic structure in each argument of these pronouns, the Natural Semantic Metalanguage Theory (NSM) is applied as a basic reference and also used as an analitical tool, which focuses on the elements of form and meaning. Keywords: semantic structure, pronoun, term of address. ABSTRAK Setiap butir pronomina memiliki struktur semantik yang tersusun dari konfigurasi makna kata yang merefleksikan ciri khas budaya aslinya. Struktur semantik pronomina dalam sebuah bahasa bisa sangat kompleks dan rumit, hal itu disebabkan karena pengaruh unsur budaya yang melatarinya. Sejumlah pronomina persona dalam sistem sapaan bahasa Bali yang menderivasi beberapa makna asali, antara lain; kai, waké, icang, bena, tiang, titiang, gelah, manira, ulun I, cai, nyai, ragané, jeroné, gusti, iratu you, dan ia, dané, ipun, ida someone, something / thing, people / person, body. Adapun untuk mendeskripsikan struktur semantik yang dimiliki oleh argumen-argumen pronomina tersebut, Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) diterapkan sebagai dasar acuan dan sekaligus dipakai sebagai alat analisis, yang menitikberatkan pada unsur bentuk dan makna. Kata kunci: struktur semantik, pronomina, sistem sapaan. PENDAHULUAN Kajian terhadap suatu bahasa dapat dilihat melalui filsafat gramatika yaitu fungsi, bentuk, dan makna (Satyawati, 2010). Artinya, perbedaan bentuk akan menyebabkan sebuah konstituen memiliki

fungsi dan makna yang berbeda. Dengan demikian, makna akan dipengaruhi oleh fungsi dan bentuk suatu konstituen. Demikian juga pada pronominal, setiap butir pronomina memiliki struktur semantik yang tersusun dari konfigurasi makna kata yang merefleksikan ciri khas budaya aslinya. Struktur semantik pronomina dalam sebuah bahasa bisa sangat kompleks dan rumit, hal itu disebabkan karena pengaruh unsur budaya yang melatarinya. Kendatipun demikian hal ini dapat ditelaah dengan menggunakan seperangkat struktur semantik yang bersifat universal. Sejalan dengan hal tersebut, Tampubolon (dalam Mulyadi, 1998:11) mengungkapkan bahwa sejatinya makna memiliki struktur, seperti misalnya pikiran manusia. Struktur semantik merupakan representasi bahasa yang bersifat mental yang banyak dipengaruhi oleh faktor budaya. Eksistensi struktur semantik di dalam setiap pronomina perlu mendapat pemahaman yang mendalam untuk menyadari bahwa melalui sebuah bahasa alamiah manusia dapat merefleksikan pikirannya. Penerapan Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) di dalam tulisan ini dipakai untuk mengungkap fenomena makna pada setiap butir pronomina persona. Hal itu merupakan sebuah bentuk eksplorasi makna yang sejatinya terefleksikan dari leksikon dan sintaksis yang bersumber pada bahasa alamiah. Teori MSA adalah sebuah terobosan dalam studi semantik, yang telah dikembangkan oleh Wierzbicka (1996) yang kemudian diikuti oleh Goddard (1996), dll. Asumsi teori ini ialah bahwa sebuah tanda tidak dapat dianalisis ke dalam bentuk yang bukan merupakan tanda itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa tidaklah mungkin menganalisis bentuk yang bukan merupakan makna bentuk itu sendiri. Asumsi ini berangkat dari teori semiotik, yaitu teori tentang tanda (Goddard, 1996:1). Berkembangnya asumsi ini dilatari oleh sebuah pemahaman bahwa sebuah kata merupakan konfigurasi dari makna asali, dan bukan ditentukan oleh makna kata yang lain dalam leksikon. Seperangkat makna asali memberikan ekspektasi bahwa makna yang sangat kompleks dan rumit dapat diterangkan secara sederhana dan tanpa harus berputar-putar, seperti yang dikemukakan oleh Weirzbicka (1996:12); Goddard (1996:2).

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah disampaikan di depan karena keterbatasan ruang dan waktu, penelitian ini akan membahas hanya satu permasalahan saja yaitu; bagaimanakah struktur semantik pronomina persona dalam sistem sapaan bahasa Bali? Dengan kata lain, pada prinsipnya penelitian ini merupakan studi kualitatif yang bertujuan untuk menguraikan fenomena makna dan mendeskripsikan tentang struktur semantik yang terdapat pada masing-masing butir pronomina persona dalam sistem sapaan bahasa Bali. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan bahan kajian (data) diambil dari buku yang berjudul Cermin Tak Kasat Mata; Siwaratri Kalpa (2008). Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ron Jenkin & I Nyoman Catra. Data dikumpulkan dengan membaca setiap halamannya, serta menandai setiap kemunculan pronomina yang berkategori pronomina persona. Semua kemunculan pronomina persona tersebut dipetik serta disimpan dengan media computer guna memudahkan proses klasifikasinya. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan atas tiga tipologi pronomina, yaitu; (1) pronomina persona pertama, (2) pronomina persona kedua, dan (3) pronomina persona ketiga. Teori yang diaplikasikan dalam pembahasan permasalahan yang disampaikan di depan ialah, teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) yang dikembangkan oleh Wierzbicka (1996) dengan mempergunakan teknik pemetaan exponen dan explikasi dalam bentuk parafrasa. PEMBAHASAN Pada bagian ini akan mencakup tiga konsep teoritis yang perlu dikemukakan, antara lain: struktur semantik, pronomina persona, dan sistem sapaan.

Struktur Semantik Struktur semantik adalah refleksi dari konfigurasi makna kata itu sendiri. Struktur semantik ini dapat dipahami karena adanya relasi gramatikal antara pronomina dengan argumen yang dimiliki oleh pronomina tersebut. Secara universal setiap pronomina memiliki kaidah-kaidah makna yang variatif sehingga sebuah pronomina dapat memiliki struktur semantik yang sederhana dan yang kompleks. Keunikan struktur semantik yang dimiliki sebuah pronomina erat kaitannya dengan latar belakang genetis, tipologis, serta budaya. Pronomina Persona Pronomina menurut MSA adalah sebuah kata yang menderivasi perangkat makna asali dari prototipe konsep berkategori substantive. Wierzbicka, (1996) memberikan uraian tentang perangkat makna asali sebagai berikut; I, You, someone, something/thing, people/person, body. Hal ini dapat disejajarkan dengan kai, waké, icang, bena, tiang, titiang, gelah, manira, ulun I, cai, nyai, ragané, jeroné, gusti, iratu you, dan ia, dané, ipun, ida someone something / thing, people / person, body. Tabel 1. Profil Pronomina Persona Pronomina Persona Pronomina Persona Pertama Bahasa Inggris I Bahasa Bali Lepas Hormat Hormat Kasar Alus Madia Alus Sor Alus Singgih Kai, Waké, Tiang Titiang Titiang,Gelah, Icang, Bena Manira, Ulun Pronomina Persona Kedua Pronomina Persona Ketiga You Cai, Nyai, Ragané, Jeroné, Gusti, Iratu He/She Ia, Dané Ipun Ida

Sistem Sapaan Sistem sapaan pada bahasa Bali dapat dikatakan sebagai salah satu keunikan sebuah budaya yang tercerminkan melalui bahasa alamiah. Pengertian tentang sistem sapaan pada prinsipnya dapat dipahami dari beberapa sumber, diantaranya dari kutipan sebagai berikut; Form of address is a word or a phrase used for addressing (Braun, 1988:5). Mencermati kutipan tersebut, dapat kita pahami bahwa sapaan adalah sebuah bentuk yang dapat direpresentasikan melalui kata atau prasa yang digunakan untuk melakukan sapaan. Penggunaan kata atau prasa dalam sebuah sapaan tentunya akan melibatkan pronomina persona yang barangkali menderivasi perangkat makna asali yang bersumber dari bahasa alamiah. Kerangka Teori Penelitian ini mencoba menerapkan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) yang dikembangkan oleh Wierzbicka (1996). Dalam teori MSA terdapat konsep teoritis penting, seperti makna asali yang merupakan salah satu asumsi yang mendasari teori MSA. Secara spesifik, makna asali adalah perangkat makna yang tidak dapat berubah (Goddard, 1996:2) karena telah diwarisi oleh seseorang sejak lahir. Makna asali dapat dieksplikasi dari bahasa alamiah (ordinary language) yang merupakan satu-satunya cara dalam merepresentasikan makna (Weirzbicka, 1996:31). Explikasi makna tersebut harus meliputi makna kata-kata yang secara intuitif berhubungan atau sekurang-kurangnya memiliki medan makna yang sama, dan makna kata-kata itu dianalisis berdasarkan komponenkomponennya. Seperangkat makna asali diharapkan dapat menerangkan makna kompleks dan rumit menjadi lebih sederhana tanpa harus berputar-putar, seperti yang dikemukakan oleh Weirzbicka (1996:12); Goddard (1996:2). Hal ini disebabkan karena dalam makna asali terdapat keteraturan. Apabila seluruh leksikon dianalisis secara mendalam, diperkirakan bahwa perangkat fitur semantik pada setiap butir pronomina dapat ditemukan, dengan kata lain apabila makna asali sudah ditentukan akan mempermudah

menemukan makna yang kompleks dan rumit sekalipun. Melalui serangkaian penelitian pada sejumlah bahasa di dunia Weirzbicka (1996) telah menemukan sejumlah makna asali yang terdiri atas beberapa komponen, seperti; (1) Substantives, I, You, Someone, Something/Thing, People/Person, Body. (2) Determiners: His, The Same, Other (3) Quantifiers: Some, One, Two, Many/Much, All. (3) Mental Predicates: Think, Know, Want, Feel, See, Hear. (4) Speech: Say, Words, True. (6). Action/Event/Movement : Do, Happen, Move, Put, Go. (7) Evaluators: Good, Bad. (8) Descriptors: Big, Small, (Long). (9) Time: When/Time, Before, After, A Long Time, Now, A Short Time. (10) Taxonomy, Partonomy: kind of, part of. (11) Logical Concept: if, not, can, because, maybe. (12) Intensifiers: very. (13) Augmentator: more. (14) Similarity: like. (15) Life and death (linker): live, die. (16) Existence: there is. (17) Space: where/place, under, near, above, inside, here, far, side, touching. Struktur Semantik Pronomina Persona Dalam Sistem Sapaan Bahasa Bali Secara umum pronomina persona dalam sistem sapaan bahasa Bali dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu; pronomina persona tunggal (singular), dan pronomina persona jamak (plural). Meskipun mereka dibedakan menjadi dua, akan tetapi mereka memiliki bentuk, fungsi, dan peran yang sama. Sementara itu, kedua bagian pronomina persona ini dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian, antara lain; pronomina persona pertama, pronomina persona kedua, dan pronomina persona ketiga. Dan masingmasing dari ketiga kategori pronomina persona ini memiliki variasi bentuk, fungsi, dan peran secara tersendiri, dimana hal tersebut akan menjadi fokus pembicaraan dalam tulisan ini. Untuk memahami struktur semantik dari masing-masing variasi bentuk pronomina tersebut, Wierzbicka (1996) menawarkan langkah mudah untuk mengkajinya dengan cara parafrasa seperti berikut ini. 1. Parafrasa harus menggunakan kombinasi sejumlah makna asali yang telah diusulkan Wierzbicka. Kombinasi sejumlah makna asali diperlukan terkait dengan klaim dari teori MSA, yaitu suatu bentuk tidak dapat diuraikan hanya dengan memakai satu makna asali.

2. Parafrasa dapat pula dilakukan dengan memakai unsur yang merupakan kekhasan dari suatu bahasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan unsur-unsur yang merupakan keunikan dari bahasa itu sendiri untuk menguraikan makna. 3. Kalimat parafrasa harus mengikuti kaidah sintaksis bahasa yang dipakai untuk memparafrasa. 4. Parafrasa selalu menggunakan bahasa yang sederhana. 5. Kalimat parafrasa kadang-kadang memerlukan indentasi dan spasi khusus. Model yang ditetapkan untuk memparafrasa adalah model yang dikembangkan oleh Wierzbicka dengan formulasi sintaksis sebagai berikut; Sesuatu terjadi pada Y jika X melakukan sesuatu (tindakan), sesuatu terjadi pada Y jika X mengatakan sesuatu (ujaran). Intinya, tindakan maupun ujaran tidak dapat terlaksana tanpa peran pronomina yang bertindak sebagai AGENT untuk membuka slot sintaksisnya. Jadi pronomina memiliki peran kunci ataupun pertanggungjawaban penuh terhadap suatu tindakan maupun ujaran yang direfleksikan melalui verba. Pronomina Persona Pertama Kategori pronomina ini secara langsung menderivasi makna asali I yang merupakan bagian dari prototipe makna substantif. Makna asali ini dapat disejajarkan dengan beberapa variasi makna dalam sistem sapaan bahasa Bali, antara lain; kai, waké, icang, bena, tiang, titiang, gelah, manira, dan ulun. Pronomina Persona kai, wake, icing, dan bena I Kekhususan struktur semantik yang terdapat pada pronomina ini disebabkan karena bahasa Bali mengenal sistem unda-usuk yang dalam tulisan ini mengikuti klasifikasi Bagus (dalam Sutjiati, 2000): bentuk hormat dan bentuk lepas hormat. Perbedaan penggunaan ini ditentukan oleh sejumlah variabel, baik yang bersifat formal maupun nonformal, misalnya pelibat, topik, dan latar situasi. Pronomina kai, waké, dan icang, digunakan untuk bentuk lepas hormat. Hal ini barangkali disebabkan karena antara

penyapa dan pesapa masing-masing berada pada golongan tingkat stratifikasi sosial yang sama rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa pronomina ini dipakai sebagai sarana wacana basa kasar. Di samping itu, pronomina ini memiliki fitur semantik yang sangat erat kaitannya dengan ekspresi marah, sikap antipati (tidak hormat), ataupun expresi dari sebuah perlawanan. Ketika seseorang berada pada tingkat emosi yang sangat tinggi, pronomina ini akan dipakai untuk melakukaan sapaan secara tajam, untuk menunjukkan bahwa dalam diri penyapa sedang terjadi pergolakan emosi yang bersifat negatif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Braun (1988:16) yang menyatakan bahwa.spontaneously switching to an expression of anger. Selain itu, bentuk-bentuk variasi yang terdapat pada pronomina kai, waké, dan icang secara intuitif mengindikasikan intensitas dan tingkatan makna sebagai akibat emosi yang bersifat negatif (Pateda, 2001:247). Berdasarkan acuan yang ada, maka komposisi sintasisnya adalah; Eksplikasi kai, waké, dan icang I Sesuatu terjadi pada Y karena X merasakan sesuatu (marah) X mengatakan/melakukan sesuatu (bentuk perlawanan) X ingin ini terjadi Secara terpisah pronomina bena memiliki fitur tambahan selain semua fitur semantik yang disebutkan sebelumnya pada pronomina kai, waké, dan icang, yakni bahwasanya seseorang yang memiliki tingkatan stratifikasi sosial yang lebih tinggi menggunakan pronomina bena untuk menujukkan kekuasaan kepada seseorang yang berada pada golongan sosial yang lebih rendah. Berdasarkan acuan tersebut, maka struktur semantik pronomina ini dapat diekplikasi sebagai berikut; Eksplikasi bena I Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu (sapaan kuasa) X ingin ini terjadi

Pronomina persona tiang, titiang, gelah, manira, dan ulun I Pronomina ini juga memiliki kekhususan struktur semantik yang cenderung memiliki keunikan tersendiri. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini disebabkan karena bahasa Bali mengenal sistem unda-usuk basa. Pronomina tiang, titiang, gelah, manira, dan ulun digunakan untuk bentuk hormat. Hal ini dapat diasumsikan bahwa antara penyapa ataupun pesapa masing-masing berada pada golongan tingkat stratifikasi sosial yang relatif lebih tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pronomina ini dipakai sebagai sarana wacana basa alus. Pronomina ini memiliki fitur semantik yang sangat erat kaitannya dengan sikap penghormatan. Ketika penyapa berada pada situasi formal ataupun pada situasi khusus dimana seseorang memiliki sikap hormat terhadap orang lain, figur, tokoh, pejabat, pendeta, dll, maka pronomina ini akan dipakai untuk melakukaan sapaan sebagai cermin bahwa penyapa menunjukkan sikap hormat terhadap pesapa. Khusus untuk pronomina tiang dan titiang secara intuitif mengindikasikan intensitas (Pateda, 2001:247) dan tingkatan penghormatan sebagai akibat dari perbedaan golongan sosial antara penyapa dan pesapa. Intensitas ini dapat dibuktikan dengan cara menelusuri orientasi maknanya. Ketika seseorang yang bertindak sebagai penyapa melakukan sapaan terhadap orang yang dihormati atau orang yang baru dikenal maka penyapa menggunakan pronomina tiang, dan dengan serta merta pronomina tiang akan meningkat ke pronomina titiang jika seseorang memberikan sapaan kepada orang yang berkedudukan lebih tinggi atau orang yang sangat dihormati. Di sisi lain, pronomina gelah, manira, dan ulun memiliki beberapa fitur tambahan selain fiturfitur makna yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pronomina kelompok ini juga memiliki fitur makna kuasa dan kasih sayang dari penyapa untuk pesapa. Berdasarkan acuan tersebut, maka dapat dicermati bahwa pronomina kelompok ini memiliki struktur semantik yang lebih kompleks dari kelompok pronomina sebelumnya. Oleh karena itu, kelompok pronomina ini harus dieksplikasi secara terpisah, sebagai berikut.

Eksplikasi tiang dan titiang I Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu (sapaan hormat) X ingin ini terjadi Eksplikasi gelah, manira, dan ulun I Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu (sapaan kuasa/ kasih sayang) X ingin ini terjadi Pronomina Persona kedua Secara langsung pronomina yang tergolong dalam kategori ini menderivasi makna asali you sebagai bagian prototipe makna substantif. Makna asali ini dapat disejajarkan dengan beberapa variasi makna dalam sistem sapaan bahasa Bali, antara lain; cai, nyai, ragané, jeroné, gusti, iratu. Kelompok pronomina ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori menurut penggunaannya. Pertama, pronomina cai dan nyai digunakan dalam bentuk lepas hormat, atau dalam konteks sarana wacana basa kasar. Kedua, pronomina ragané, jeroné, gusti, iratu digunakan dalam bentuk hormat, dengan kata lain sebagai sarana wacana basa alus Pronomina Persona cai dan nyai you Secara garis besar pronomina ini merujuk pada faktor gender; cai you merujuk pada pesapa laki-laki, sedangkan nyai you merujuk pada perempuan. Seperti telah dijelaskan di bagian awal bahwa pronomina ini digunakan dalam bentuk lepas hormat. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa acuan antara lain; (1) penyapa dan pesapa berada pada golongan stratifikasi sosial yang lebih rendah, (2) pesapa berada pada golongan stratifikasi sosial yang lebih rendah daripada penyapa, (3) penyapa berada pada tingkatan umur yang lebih tua dari pesapa, (4) penyapa adalah sosok yang memiliki kuasa (raja), dan (5) penyapa dan pesapa berada pada suatu hubungan persahabatan sebagai bentuk dari keakraban. Disamping beberapa acuan yang ada, setelah dilakukan ekplorasi lebih lanjut ternyata pronomina ini juga sering digunakan untuk mengungkapkan rasa kesal, marah dan kebencian

oleh penyapa terhadap pesapa tanpa memandang golongan stratifikasi sosialnya. Sehingga struktur semantiknya dapat terlihat seperti explikasi berikut ini Eksplikasi cai dan nyai You Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu pada seseorang (laki/perempuan) X melakukan ini (sebagai sapaan kuasa, marah, persahabatan) X melakukan sesuatu seperti ini Pronomina Persona ragané, jeroné, gusti, iratu you Variasi sapaan yang tercermin dari pronomina ini digunakan sebagai bentuk sapaan hormat. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa acuan antara lain; (1) penyapa dan pesapa berada pada golongan stratifikasi sosial yang lebih tinggi, (2) pesapa berada pada golongan stratifikasi sosial yang lebih tinggi daripada penyapa, (3) penyapa berada pada tingkatan umur yang lebih muda dari pesapa, (4) pesapa adalah sosok yang memiliki kuasa (patih, raja, dll), dan (5) penyapa dan pesapa berada pada suatu situasi yang sangat formal. Eksplikasi ragané, jeroné, gusti, iratu you Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu (sapaan hormat) X ingin ini terjadi Pronomina Persona Ketiga Pronomina yang tergolong dalam kategori ini menderivasi makna asali someone (he/she), yang dapat disejajarkan dengan beberapa bentuk pronomina sapaan dalam bahasa Bali, antara lain; ia, dané, ipun, ida yang juga sebagai bagian prototipe makna substantif. Kelompok pronomina ini juga pada prinsipnya dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori menurut penggunaannya. Pertama, pronomina ia digunakan dalam bentuk lepas hormat, atau dalam konteks sarana wacana basa kasar, ataupun dalam konteks basa lumrah. Kedua, pronomina dané, ipun, ida digunakan dalam bentuk hormat, dengan kata lain sebagai sarana wacana basa alus.

Pronomina Persona ia someone (he/she) Menurut bentuknya pronomina ini merujuk pada struktur semantik dengan fitur khusus. Pronomina ini lazimnya dipakai pada pesapa dalam bingkai penggunaan lepas hormat. Disamping acuan tersebut, pronomina ini sering dipakai untuk melakukan sapaan terhadap penyapa yang golongan sosialnya lebih rendah ataupun setara. Tetapi, secara praktis pronomina ini sering dipakai pada situasi informal atau pada konteks hubungan persahabatan. Dengan kata lain, pronomina ini dipakai dalam sarana wacana basa kasar maupun basa lumrah. Eksplikasi ia someone (he/she) Sesuatu terjadi karena X melakukan/mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan/melakukan sesuatu pada seseorang (lebih rendah/setara) X melakukan ini (situasi informal, persahabatan) X melakukan sesuatu seperti ini Pronomina Persona dané, ipun, ida someone (he/she) Struktur semantik yang melekat pada pronomina ini dapat dikatakan terbentuk dari fitur-fitur yang bervariasi. Pronomina ini lazimnya dipakai dalam bentuk sapaan hormat. Fitur semantik yang mencolok pada pronomina ini dapat dijelaskan dengan menjabarkan orientasi maknanya sebagai acuan. Secara garis besar orientasi makna pronomina ini ditujukan untuk seseorang yang dihormati, seseorang yang lebih tinggi kedudukannya dalam kehidupan sosial, seseorang yang dihormati sebagai panutan, seseroarang yang dimuliakan, dan dalam konteks komunikasi formal. Disamping itu, secara khusus pronomina iratu juga sering dipakai sebagai sapaan untuk sosok kepribadian mulia (Bethara, Dewa / Tuhan). Meskipun demikian, semua bentuk pronomina sapaan ini dapat dieksplikasi dalam bentuk yang sama. Eksplikasi dané, ipun, ida someone (he/she) X mengatakan ini pada seseorang (yang berkedudukan lebih tinggi) X melakukan ini (situasi formal)

SIMPULAN Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) dapat dikatakan sebagai sebuah teori yang paling mitakhir untuk kajian semantik. Sepertinya teori ini dipandang tepat untuk digunakan untuk menganalisis pronomina persona sapaan dalam bahasa Bali. Teori MSA telah memberikan gambaran konsep secara mendalam dalam kemasan yang sangat sederhana, dengan cara memanfaatkan makna asali untuk membatasi makna kata dengan sistem parafrasa. Secara mendalam MSA menitikberatkan analisisnya pada makna dan bentuk, seperti yang telah dicoba untuk diterapkan pada tulisan ini. Teori ini digunakan untuk menjelaskan struktur semantik yang dimiliki oleh masing masing pronomina, dan untuk menentukan fitur-fitur khusus yang melekat pada setiap makna pronomina tersebut. Sebagai hasilnya, telah ditemukan beberapa pronomina persona sapaan dengan struktur semantic yang bervariasi, antara lain; kai, waké, icang, bena, tiang, titiang, gelah, manira, ulun I, cai, nyai, ragané, jeroné, gusti, iratu you, dan ia, dané, ipun, ida someone, something / thing, people / person, body. Struktur semantik pronomina persona sapaan ini dapat diformulasikan sebagai; Sesuatu terjadi pada Y jika X melakukan sesuatu (tindakan), sesuatu terjadi pada Y jika X mengatakan sesuatu (ujaran). DAFTAR PUSTAKA Braun, F. 1988. Terms of Address Problems of Patterns and Usage in Various Languages and Cultures. New York: Mouton. http://www.books.google.co.id Goddard, Cliff. 1996. Semantic Theory and Semantic Universal. Cross Linguistic Syntax from Semantic Point of View (NSM Approach) 1-5 Australia. Jenkin, Ron and Catra, I Nyoman. 2008. Cermin Tak Kasat Mata; Siwaratri Kalpa. Denpasar. ISI Denpasar. Mulyadi. 1998. Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia. http://www.baliini. blogspot.com. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Satyawati, Sri Made. 2010. Valensi dan Relasi Grmatikal Bahasa Bima. Disertasi. Denpasar: Program S3 Linguistik Unud. Sutjiati, Beratha N.L. 2000. Struktur dan Peran Sematis Verba Ujaran Bahasa Bali. Article. Kajian Serba Linguistik untuk Anton Moeliono. Pereksa Bahasa (Bambang Kaswanti Purwo, Ed.), 241-257. Jakarta: PT. BPK Gubung Mulia.http://www.books.google.com Weirzbicka, Anna. 1996. Semantics: Primes and Universal. Oxford University Press.