BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

2 kromosom Y diduga mempunyai pengaruh terhadap fenotip seks secara tidak langsung.8 Hal ini dapat dipahami oleh karena kromosom Y mengandung lokus kr

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meliputi epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra. Kelenjar kelamin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

57 konsentrasi pada profil sitogenetik kromosom Y penderita. Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran abnormalitas kr

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau perempuan) adalah hasil akhir dari genetik, hormonal, dan morfologi seks

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

KISI-KISI INSTRUMENT. Perhatikan gambar berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB V PENUTUP. kelamin laki-laki maka dia dihukumi sebagai seorang laki-laki dan. melalui buang air kecil belum dapat ditentukan laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

Sejak dilahirkan jenis kelamin merupakan suatu. Cara Pengasuhan Anak Sebelum Ditegakkan Diagnosis Gangguan Perkembangan Sistem Reproduksi 46,XY

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan industri menghasilkan banyak manfaat dalam

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan peningkatan produksi dan pemakaian pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

Fisiologi poros GnRH-LH/FSH- Estrogen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

HIPERPLASIA ADRENAL KONGENITAL

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP. : 4 x 40 menit (2x pertemuan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem reproduksi manusia dan berbagai faktor yang berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini terkait dengan adanya berbagai jenis kelainan perkembangan seksual yang banyak ditemukan di masyarakat. Gangguan pada sistem ini akan membawa dampak besar pada kehidupan seksual maupun psikologis anak di masa yang akan datang. Sehingga upaya untuk menemukan terapi efektif dengan didasari oleh pengetahuan tentang mekanisme perkembangan sistem reproduksi dan faktor-faktor yang terkait di dalamnya sangat diperlukan. Pertumbuhan panjang penis yang dapat diamati sejak lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hormon testosteron merupakan salah satu faktor hormonal yang diduga berperan penting dalam pertumbuhan panjang penis. Sistem reproduksi normal akan tumbuh dan berkembang mengikuti suatu pola tertentu. Beberapa fase perkembangan dalam pola tersebut, akan meningkat secara bermakna pada usia-usia tertentu dari seorang anak. Perkembangan sistem reproduksi sudah terjadi sejak dalam kandungan yaitu pada masa gestasi sekitar 6-14 minggu ( Hughes, 2001 ). Perkembangan normal sistem ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase determinasi dan fase diferensiasi. Fase determinasi diartikan sebagai fase penentuan jenis gonad, sedangkan diferensiasi merupakan fase

2 terjadinya perkembangan genitalia interna dan genitalia eksterna yang sesuai dengan kromosom seks ( Tridjaja, 2010 ). Penis merupakan organ genitalia eksterna yang berkembang pada lakilaki. Kecepatan pertumbuhan penis meningkat secara bermakna pada 3 bulan pertama kehidupan seorang anak ( Boas, dkk., 2006 ). Selain faktor hormonal, terdapat beberapa faktor lain yang diduga berperan dalam pertumbuhan penis, di antaranya adalah usia kehamilan saat bayi lahir, berat badan, panjang badan, ras, genetik, reseptor androgen, faktor lingkungan dan status nutrisi ( Boas, dkk., 2006; Hanninen, dkk., 2010 ). Testosteron sebagai salah satu faktor hormonal yang berperan merangsang pertumbuhan penis pada laki-laki, dihasilkan oleh sel Leydig testis ( Ji, dkk., 2008 ). Kadar hormon ini bervariasi dan menunjukkan adanya 3 periode lonjakan yang terjadi sejak janin hingga seseorang tumbuh dewasa. Periode lonjakan pertama yaitu pada masa fetus kira-kira usia kehamilan 11 minggu. Pada periode ini testosteron berperan dalam diferensiasi genitalia interna & eksterna ( Tridjaja, 2010 ). Setelah itu kadar testosteron mulai menurun sampai akhirnya mengalami peningkatan kedua saat bayi lahir. Peningkatan testosteron pada periode kedua sampai saat ini masih belum diketahui fungsinya secara jelas. Peningkatan kadar testosteron ketiga terjadi pada periode pubertas yang berperan dalam proses pacu tumbuh serta menginduksi pertumbuhan seks sekunder ( Ji, dkk., 2008; Tridjaja, 2010; Hanninen, dkk., 2010 ).

3 Peran peningkatan testosteron kedua yang dimulai saat bayi lahir hingga mencapai puncaknya pada beberapa bulan awal kehidupan ini masih menjadi kontroversi. Pada penelitian oleh Hanninen, dkk. ( 2010 ) didapatkan adanya korelasi yang kuat antara hormon testosteron postnatal dengan kecepatan pertumbuhan panjang penis. Grumbach ( 2005 ) juga menduga testosteron pada periode ini berperan dalam merangsang pertumbuhan penis, karena pada bayi dengan hypogonadotrophic hypogonadism yang memiliki kadar testosteron rendah pada 3 bulan awal kehidupannya ditemukan memiliki panjang penis di bawah normal. Pada penelitian lain dikemukakan bahwa pemberian terapi testosteron saat awal kehidupan bayi pada kasus mikropenis akan meningkatkan panjang penis sampai ukuran normal sesuai usia ( Main, dkk., 2002; Ishii, dkk., 2004 ). Namun, Husman ( 2004 ) mengungkapkan pada penelitiannya bahwa terapi testosteron pada kasus mikropenis tidak efektif untuk merangsang pertumbuhan penis. Penelitian yang dilakukan oleh Zenaty, dkk. ( 2006 ) juga menunjukkan kecepatan pertumbuhan penis yang rendah dan panjang akhir penis di bawah normal pada individu yang mendapatkan terapi testosteron saat masih bayi. Data yang mengungkap tentang hubungan antara hormon testosteron postnatal dengan pertumbuhan penis di Indonesia sendiri masih belum ada. Adanya kontroversial akan fungsi lonjakan testosteron tahap kedua saat bayi baru lahir ini mondorong peneliti melakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar testosteron serum postnatal dengan kecepatan pertumbuhan panjang penis pada

4 bayi, agar lebih memahami mekanisme pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi dan faktor hormonal yaitu testosteron yang terkait di dalamnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Berapakah rerata kadar testosteron serum postnatal pada bayi aterm? 2. Berapakah rerata ukuran panjang penis pada bayi aterm baru lahir, usia 3 bulan dan usia 6 bulan? 3. Apakah kadar testosteron serum postnatal yang lebih tinggi pada bayi aterm merupakan faktor terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan panjang penis? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh kadar testosteron serum postnatal yang tinggi terhadap kecepatan pertumbuhan panjang penis pada bayi aterm. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui rerata kadar testosteron serum postnatal pada bayi aterm.

5 2. Mengetahui rerata ukuran panjang penis pada bayi aterm baru lahir, usia 3 bulan dan usia 6 bulan. 3. Membuktikan kadar testosteron serum postnatal yang lebih tinggi pada bayi aterm sebagai faktor terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan panjang penis. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan bidang pengabdian masyarakat seperti di bawah ini : 1. Manfaat Teoritis Dengan mengetahui bahwa kadar serum testosteron postnatal yang lebih tinggi merupakan faktor terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan panjang penis pada bayi aterm, maka diharapkan dapat memberikan acuan dalam penelitian yang akan datang mengenai pengaruh hormonal testosteron terhadap pertumbuhan penis. 2. Manfaat praktis Dengan mengetahui bahwa kadar serum testosteron postnatal yang lebih tinggi merupakan faktor terjadinya peningkatan kecepatan pertumbuhan panjang penis pada bayi aterm, maka diharapkan dapat menjadi acuan pendukung dalam dasar pemberian testosteron sebagai terapi pada kasus-kasus kelainan pertumbuhan penis dengan kadar testosteron yang rendah.